KR Baruna Jaya menjalani misi sulit mencari ”cockpit voice recorder” atau CVR, yang dimulai pada Rabu (13/1/2021) kemarin.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
KOMPAS/STEFANUS ATO
Tim Baruna Jaya IV saat menurunkan ROV untuk mencari CVR Sriwijaya Air SJ-182, pada Rabu (13/1/2021) siang.
Kapal Riset Baruna Jaya IV mulai terlibat membantu pencarian kotak hitam Sriwijaya Air terutama bagian cockpit voice recorder atau CVR pada Rabu (13/1/2021) siang. Pencarian CVR itu mengandalkan teknologi robot bawah laut atau ROV yang memiliki kemampuan menyelam hingga 1.000 meter. Pencarian CVR SJ-182 dinilai sebagai misi mustahil atau ibarat mencari jarum dalam jerami.
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Djoko Nugroho mengatakan, KR Baruna Jaya VI pada Rabu pagi mendapat perintah dari KNKT untuk mendekati lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182. Kapal riset tersebut diberi keleluasaan untuk masuk ke titik utama tempat ditemukannya flight data recorder (FDR) Sriwijaya SJ-182.
”Jadi saat ini Baruna Jaya IV berada sekitar 30 meter dari titik ditemukannya FDR. Dari pengalaman kami menemukan kotak hitam pada Lion Air, jarak antara FDR dan CVR itu kurang lebih 80 meter,” kata Djoko.
Dari pengalaman kami menemukan kotak hitam pada Lion Air, jarak antara FDR dan CVR itu kurang lebih 80 meter.
Dari pengalaman itu, Baruna Jaya membuat area atau kotak penyisiran dengan panjang 200 meter dan lebar 200 meter dengan titik pusat berada pada tempat ditemukannya FDR. Dari kotak itu, tim Baruna Jaya kemudian membuat grid menjadi kotak-kotak kecil dengan panjang dan lebar nasing-masing 20 meter. Pembuatan kotak itu dilakukan untuk memudahkan penyisiran di dasar laut menggunakan teknologi ROV.
”ROV yang kami turunkan itu disertai dengan USBL (ultra short base line). Tujuannya agar jalur yang sudah disisir ROV tidak disisir berulang-berulang. Jadi, kotak-kotak itu setelah kami sisir dengan ROV dan jika tidak menemukan sesuatu yang diharapkan langsung diberi tanda silang,” kata Djoko.
KOMPAS/STEFANUS ATO
Tim Baruna Jaya IV saat mempersiapkan penurunan ROV untuk mencari CVR Sriwijaya Air SJ-182, pada Rabu (13/1/2021) siang.
Misi mustahil
Alat yang digunakan oleh Baruna Jaya dalam mencari CVR merupakan robot bawah laut (ROV) yang dikendalikan dengan alat kontrol jarak jauh untuk mencari obyek bawah laut. Rov itu dilengkapi kamera yang mampu mengidentifikasi setiap obyek atau benda yang ditemukan di dasar laut.
Namun, pencarian ini termasuk misi yang mustahil atau ibarat mencari jarum dalam jerami. Hal ini karena beacon dari CVR sudah ditemukan terpisah sehingga pencarian CVR mengandalkan kemampuan visual dari kamera ROV dalam melacak setiap benda yang ada di dasar laut.
”Kita tahu bahwa CVR yang dicari ini sudah tidak ada beacon. Jadi, CVR tidak lagi memancarkan sinyal. Karena itu, bisa dikatakan misi ini impossible atau seperti mencari jarum dalam jerami,” kata Djoko.
Meski demikian, tim Baruna Jaya tetap bekerja maksimal menggunakan berbagai teknologi yang dimiliki untuk menemukan CVR. Proses pencarian itu juga bakal berjalan 24 jam termasuk di malam hari karena ROV yang digunakan dilengkapi dengan lampu.
40 anggota
Baruna Jaya IV yang dikerahkan untuk membantu mencari kotak hitam Sriwijaya Air tiba di Perairan Kepulauan Seribu pada Selasa (12/1/2021) sekitar pukul 12.00. Kapal yang dibeli dari Societe D’Armement Maritime et de Transports (SAMT)/Constructions Mecaniques de Normandie (CMN) pada 1995 itu dinakhodai Anwar Latief.
Sementara dalam operasi pencarian kotak hitam Sriwijaya Air, Baruna Jaya IV dipimpin oleh Adam Nugroho selaku Ketua Tim Survei Baruna Jaya. Secara keseluruhan, tim yang telibat dalam KR Baruna Jaya IV sebanyak 40 orang dengan rincian 20 anggota kru dan 20 anggota engineering.
KOMPAS/STEFANUS ATO
Tim Baruna Jaya IV saat mempersiapkan penurunan ROV untuk mencari CVR Sriwijaya Air SJ-182, pada Rabu (13/1/2021) siang.
Secara umum, ada empat kapal yang dimiliki oleh BPPT, yaitu Baruna Jaya I, II, III, dan IV. Empat kapal riset ini memiliki banyak rekam jejak keberhasilan dalam mencari obyek di bawah laut.
Beberapa keberhasilan itu, antara lain, saat Baruna Jaya I menemukan sinyal kotak hitam (black box) pesawat Lion Air registrasi PK-LQP bernomor penerbangan JT-610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pada 31 Oktober 2018. Selain itu, pada tahun 2007, KR Baruna Jaya juga menemukan lokasi pesawat Adam Air yang jatuh di Selat Makassar.
Kemudian pada saat Kapal Motor Penumpang Bahuga Jaya tenggelam di Selat Sunda tahun 2012, peralatan multibeam echosounder dan side scene sonar yang dimiliki KR Baruna Jaya IV juga berhasil menemukan lokasinya di kedalaman 76 meter.
Adapun pada 2014, lokasi pesawat Air Asia yang jatuh di Selat Karimata juga ditemukan kapal riset ini. Pada 2018, peralatan canggih yang ada di KR Baruna Jaya VI, yaitu ROV, berhasil menemukan KM Sinar Bangun yang tenggelam di dasar Danau Toba, Sumatera Utara.
Dari rekam jejak tersebut, tentu masyarakat Indonesia berharap Baruna Jaya kembali menemukan CVR Sriwijaya Air SJ-182. Temuan CVR sangat penting untuk memadukan data FDR.