Kapal Riset Baruna Jaya IV menemukan 34 pecahan puing pesawat Sriwijaya Air selama 7 jam operasi di Perairan Kepulauan Seribu.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kapal Riset Baruna Jaya IV menemukan 34 titik pecahan puing pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di hari pertama operasi pencarian menggunakan teknologi robot bawah laut atau ROV di Perairan Kepulauan Seribu. Puluhan puing pesawat yang ditemukan di dasar laut itu keberadaannya rata-rata berjarak sekitar 52 meter dari temuan perekaman data penerbangan atau FDR Sriwijaya Air.
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Djoko Nugroho, mengatakan, dari operasi pencarian yang dilakukan Baruna Jaya selama kurang lebih 7 jam, ROV berhasil menemukan 34 titik puing pecahan pesawat Sriwijaya Air yang tersebar di dasar laut. Puing pesawat yang ditemukan itu kemudian diberi tanda dan akan dievakuasi oleh para penyelam dari TNI Angkatan laut atau Basarnas.
"Menurut KNKT yang ada di Baruna Jaya, pecahan pesawat itu merupakan bagian yang besar dan baru ditemukan. Ada 34 titik pecahan pesawat yang ditemukan kurang lebih berjarak 52 meter dari titik ditemukannya FDR," kata Djoko, di Baruna Jaya IV, Kamis (14/1/2021).
Kita tahu bahwa CVR yang dicari ini sudah tidak ada beacon. Jadi CVR tidak lagi memancarkan sinyal. Karena itu bisa dikatakan misi ini impossible atau seperti mencari jarum dalam jerami (Djoko Nugroho)
Ke-34 titik pecahan puing pesawat yang berhasil ditemukan itu merupakan hasil operasi pencarian Baruna Jaya IV menggunkan ROV yang dimulai pada Rabu (13/1/2021) pukul 19.00 sampai Kamis pukul 02.00. Pecahan-pecahan puing pesawat itu juga rata-rata ditemukan di luar operasi pencarian yang selama ini dilakukan oleh para penyelam.
"Jadi semua data baik koordinat maupun koordinat marking sudah KNKT laporkan posisi tersebut ke Basarnas atau tim penyelam. Dan kalau memang bila di bagian-bagian itu ada serpihan yang belum ditemukan maka kami akan memperluas area penyisiran," ucap Djoko.
Baruna Jaya IV sejak mendapat perintah dari KNKT dan diberi keleluasan untuk mencari perekam suara kopkit (CVR), kapal riset itu sudah masuk ke titik utama tempat ditemukannya flight data recorder (FDR) Sriwijaya SJ-182, pada Rabu siang. Tim Baruna Jaya kemudian membuat area atau kotak penyisiran dengan panjang 200 meter dan lebar 200 meter dengan titik pusat berada pada tempat ditemukannya FDR.
Dari kotak itu, tim Baruna Jaya kemudian membuat grid menjadi kotak-kotak kecil dengan panjang dan lebar masing-masing 20 meter. Pembuatan kotak itu dilakukan untuk memudahkan penyisiran di dasar laut menggunakan teknologi ROV.
Adapun terkait pencarian CVR, Djoko pada Rabu malam, menyebut, pencarian ini termasuk misi yang mustahil atau ibarat mencari jarum dalam jerami. Hal ini karena beacon dari CVR sudah ditemukan terpisah sehingga pencarian CVR mengandalkan kemampuan visual dari kamera ROV dalam melacak setiap benda yang ada di dasar laut.
"Kita tahu bahwa CVR yang dicari ini sudah tidak ada beacon. Jadi CVR tidak lagi memancarkan sinyal. Karena itu bisa dikatakan misi ini impossible atau seperti mencari jarum dalam jerami," kata Djoko.
Meski demikian, tim Baruna Jaya tetap bekerja maksimal menggunakan berbagai teknologi yang dimiliki untuk menemukan CVR. Proses pencarian itu juga bakal berjalan 24 jam termasuk di malam hari karena ROV yang digunakan dilengkapi dengan lampu.