Vaksin Covid-19 menjadi babak baru dalam perang melawan pandemi. Pandemi masih belum dapat berhenti seketika tanpa pelacakan kontak dan penegakan protokol kesehatan yang ketat.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY/SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksinasi bukan akhir dari peperangan melawan pandemi Covid-19. Pemerintah dan masyarakat harus bersama melakukan pelacakan kontak, pemeriksaan, dan perawatan, serta konsisten menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Pada Rabu (13/1/2021), program vaksinasi Covid berlangsung dengan suntikan perdana kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Penyuntikan juga berlangsung kepada 20 orang lain, di antaranya Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Dokter Daeng M Faqih, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Azis, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Amirsyah Tambunan, dan Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ahmad Ishomuddin.
Lewat penyuntikan vaksin ada harapan munculnya kekebalan dan membentuk daya tahan tubuh. Namun, pemerintah dan masyarakat tak terlena dengan tetap waspada melaksanakan 3T dan 3M mengingat kasus harian masih terus meningkat. Data terakhir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, per 12 Januari 2021 pukul 12.00, terdapat penambahan 10.047 kasus baru sehingga secara total mencapai 846.765 kasus.
Sebagian warga mengapresiasi dan mendukung vaksinasi. Bagi mereka ada harapan baru melawan pandemi Covid-19. Bonni (35), warga Permata Hijau, Jakarta Selatan, berharap vaksinasi bisa segera berlangsung kepada masyarakat yang rentan paparan SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Di sisi lain, penyuntikan perdana kepada Presiden dan petinggi negara dapat menjawab keraguan masyarakat terhadap vaksin.
”Semoga tidak ada keraguan terhadap vaksinasi. Tetap jaga jarak, kondisi tubuh, protokol kesehatan, dan tidak beraktivitas di luar jika tidak penting demi kebaikan diri dan sesama,” kata Bonni yang berjualan daring di @dapoerramii semenjak pandemi Covid-19.
Rohaniwan Gereja Kristus Bogor, Andreas Pilipus, juga mendukung vaksinasi untuk memerangi Covid-19. Harapannya ke depan, vaksinasi berjalan dengan lancar dan pemerintah dapat menyajikan data perkembangan kasus lebih akurat untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
”Saya berharap pemerintah dapat membangun kewaspadaan di tengah masyarakat supaya tidak ada masyarakat yang santai di dalam situasi gawat darurat ini. Masyarakat juga harus ambil bagian untuk memerangi Covid-19, setidaknya dengan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat,” kata Andreas.
Vaksinasi, menurut Fino Valico Waristi (35), aparatur sipil negara di Jakarta, menjadi salah satu faktor krusial dalam penanganan pandemi Covid-19. Faktor krusial itu berbarengan dengan tantangan bahwa vaksin bukan satu-satunya strategi untuk mengatasi pandemi. Pemerintah dan masyarakat harus terus melaksanakan 3T dan 3M serta komitmen pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
”Vaksin Covid-19 yang sekarang (Sinovac) tingkat efikasinya rata-rata sehingga pemerintah masih perlu upaya untuk mendatangkan vaksin dengan tingkat efikasi yang lebih tinggi. Mudah-mudahan dapat melawan penularan SARS-Cov-2,” ucap Fino.
Fisena Hardiyanto (29), warga Grogol, Jakarta Barat, pun berharap vaksinasi membawa harapan di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19. Dengan begitu, ada optimisme di masyarakat untuk bangkit dan pulih.
Warga menaruh harapan besar pada vaksinasi. Harapan itu berbarengan dengan terbentuknya kesadaran dan kewaspadaan untuk selalu menjalankan tugas dan tanggung jawab 3T dan 3M serta komitmen transparansi data dan kebijakan.
Vaksinasi menjadi babak baru melawan pandemi Covid-19. Kehadirannya untuk mengendalikan laju penularan SARS-Cov-2. Inisiator LaporCovid-19, Irma Hidayana, menyambut baik adanya vaksin Covid-19. Kendati demikian, kehadiran vaksin, menurut dia, bukan akhir pandemi Covid-19, melainkan salah satu cara untuk mengendalikan laju penularan Covid-19 di Indonesia.
Karena itu, cara yang lebih fundamental harus tetap berlangsung, yakni 3T. Ketiga hal itu harus berlangsung secara merata dan memadai di seluruh Indoensia berbarengan dengan pembatasan sosial yang sangat ketat. ”Kampanye 3T tidak akan sukses apabila pembatasan sosial tidak ketat. Harus juga diikuti 3M dan juga imunisasi untuk vaksin Covid-19,” kata Irma.
Tri Maharani, Kepala Departemen Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Daha Husada, Kota Kediri, Jawa Timur, menyebutkan, pemberian vaksin harus tetap dengan evaluasi mendalam, mulai dari jaminan keamanan hingga manfaatnya bagi semua masyarakat.
”Dalam hal ini, 4M tetap dibutuhkan, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan melawan stigma terhadap Covid-19. Selain itu, juga bisa preventif menggunakan vaksin. Jadi, bagaimanapun juga, kelima hal ini tidak bisa dipisahkan,” ujar Tri Maharani yang juga Kolaborator Ilmuan LaporCovid-19. Vaksinasi hendaknya tak menjadi euforia karena melengkapi strategi lainnya yang sudah ada. Untuk itu, 3T dan 3M harus tetap berjalan dengan ketat.