Sembilan Keluarga Korban Sriwijaya Air Belum Serahkan Sampel DNA
DNA menjadi penting untuk identifikasi jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC. Data primer ini bisa menjadi petunjuk, terutama apabila kondisi jasad sudah tidak utuh.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masih ada sembilan keluarga korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC yang belum menyerahkan sampel DNA hingga Rabu (13/1/2021) pagi. Berdasarkan pengalaman kecelakaan pesawat Lion Air dan Air Asia beberapa tahun lalu, sampel DNA sangat menentukan proses identifikasi korban.
Hingga Rabu pagi, tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri telah mengumpulkan 112 sampel DNA untuk proses identifikasi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC. Namun, Kepala Laboratorium DNA Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri Komisaris Besar Ratna mengatakan, masih terdapat sembilan keluarga korban yang belum menyerahkan sampel DNA.
”Saya akan menghubungi pihak Sriwijaya Air terkait sembilan keluarga yang belum memberikan data DNA ini,” katanya dalam Konferensi Pers di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Ratna menjelaskan, hingga saat ini belum ada korban kecelakaan Sriwijaya yang teridentifikasi melalui sampel DNA. Meski begitu, proses identifikasi korban sudah mulai dilakukan. Dia menargetkan, analisis akan dilakukan sekitar 1-2 hari mendatang.
Sampel DNA merupakan salah satu data primer dari postmortem. Selain DNA, data primer tersebut bisa berupa sidik jari dan rekam gigi (dental record). Bersama data antemortem, data postmortem ini sangat menentukan keberhasilan dari proses identifikasi korban.
Menurut Ratna, proses identifikasi menggunakan DNA ini tidak mudah. Perlu ketelitian dari tim untuk mencari bagian tubuh jenazah yang memiliki basis data DNA.
”Keberhasilan dari pemeriksaan DNA ini adalah ada atau tidaknya data antemortem dan postmortem. Yang kedua adalah kondisi sampel. Kita tahu, kondisi bagian tubuh korban ada yang terendam di air. Ini memang menjadi tantangan kita untuk lebih teliti dan hati-hati,” katanya.
Ratna menjelaskan, berdasarkan pengalaman peristiwa kecelakaan pesawat, DNA menjadi data yang paling menentukan dalam proses identifikasi. Dalam kasus kecelakaan pesawat Lion Air JT-610, misalnya, dari 92 korban yang diidentifikasi, 88 di antaranya menggunakan data DNA.
”Kemudian, pada kasus kecelakaan pesawat Air Asia, 93 persen korban teridentifikasi berdasarkan DNA,” katanya.
Tantangan lain dalam proses identifikasi korban adalah menjaga sterilisasi dari sampel DNA korban. Sebab, ada kemungkinan bagian tubuh korban telah terkontaminasi dengan bagian tubuh korban yang lain. Untuk itu, perlu ada pemisahan sel-sel.
”Jadi, sembilan keluarga yang belum memberikan sampel DNA bisa memberikan sampel langsung dari orangtua atau anak. Bisa juga menggunakan properti yang biasa dipakai korban secara pribadi,” katanya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Rusdi Hartono mengatakan, hingga Rabu pukul 09.00, tim DVI telah menerima 137 kantong jenazah. Selain itu, ada juga 35 kantong properti yang mereka terima untuk mendukung proses identifikasi.
”Kemudian, sampai pukul 09.00 ini, tim juga berhasil mengidentifikasi empat korban, yakni Okky Bisma, Khasanah, Fadli Satrianto, dan Ashabul Yamin,” katanya.
Keempat korban tersebut berhasil diidentifikasi melalui data sidik jari. Meski begitu, nantinya keempat korban tersebut tetap akan dilakukan pencocokan data DNA.
Dari keempat korban yang telah diidentifikasi, belum ada satu pun yang diserahkan kepada pihak keluarga. Menurut Rusdi, pihak keluarga masih berharap bagian-bagian tubuh korban lainnya dapat ditemukan.
”Karena proses rekonsiliasi masih berjalan, dimungkinkan bagian-bagian tubuh korban bisa lebih banyak ditemukan sehingga keluarga menginginkan yang sudah ditemukan untuk disimpan dulu. Apabila ada penambahan-penambahan, itu akan menjadi bagian yang ditambahkan,” tuturnya.
Direktur Operasional Jasa Raharja Amos Sampetoding mengatakan, Jasa Raharja telah menghubungi pihak keluarga korban yang telah diidentifikasi. Hingga Selasa pagi, sudah ada satu ahli waris yang sudah menerima santunan.
”Siang ini akan kami serahkan (lagi). Ada satu yang masih kami komunikasikan karena kami menghargai kondisi psikologis ahli waris korban,” katanya.
Amos memastikan semua ahli waris korban akan menerima santunan dari Jasa Raharja. Hal ini merupakan salah satu bentuk empati negara kepada masyarakatnya yang menjadi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC.