Persiapan Vaksinasi dan Kisah Sulitnya Mencari RS Rujukan
Vaksin Covid-19 mulai diberikan pada 15 Januari dan diharapkan mengerem penularan wabah. Saat ini, tingkat keterisian RS oleh pasien korona mencapai 80 persen bahkan lebih.
Oleh
I Gusti Agung Bagus Angga Putra/Johanes Galuh Bimantara/Aguido Adri
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksinasi Covid-19 di kawasan Jabodetabek rata-rata akan diberikan mulai 15 Januari 2021. Di Kota Tangerang Selatan, Banten, segala persiapan dimatangkan, termasuk menguji coba Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi Covid-19. Tujuannya untuk menghindari kerumunan saat vaksinasi berlangsung.
Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany, Selasa (12/1/2021), mengungkapkan, vaksinasi secara simbolis dilaksanakan di Puskesmas Jurang Mangu dan Rumah Sakit Umum (RSU) Tangsel.
Untuk tahap pertama, Kota Tangsel mendapat kuota sebanyak 8.901 dosis vaksin Covid-19. Saat ini, vaksin sedang diambil atau dikirim dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten. Setelah vaksinasi secara simbolis, vaksinasi akan dilaksanakan di 29 puskesmas dan 24 rumah sakit umum di Tangsel.
Sejumlah RS yang menurut EIS DKI masih memiliki ruang perawatan dengan ventilator ternyata saat dijajaki menyatakan tidak lagi memiliki fasilitas yang dituju.
Vaksinasi tahap pertama ini menyasar tenaga kesehatan. Mereka akan mendapat pesan singkat ke banyak nomor secara bersamaan (SMS blast) dan diwajibkan melakukan registrasi. Kemudian, tenaga kesehatan menentukan titik vaksinasi di fasilitas kesehatan yang mereka kehendaki.
”Dari sana akan diketahui berapa orang yang memilih divaksin di satu puskesmas. Dinas kesehatan kemudian mengirimkan dosis vaksin sesuai jumlah tenaga kesehatan yang memilih divaksin di puskesmas itu,” kata Airin saat menghadiri kegiatan uji coba Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Jurang Mangu, Tangsel, Banten.
Selain itu, jam vaksinasi tiap tenaga kesehatan diatur. Tujuannya untuk menghindari adanya penumpukan antrean tenaga kesehatan yang akan divaksin di fasilitas kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti dan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate hadir dalam kegiatan itu.
Johnny menyampaikan, seluruh sistem telah siap untuk melaksanakan vaksinasi. Kementerian Komunikasi dan Informatika beserta operator telekomunikasi telah mengirimkan SMS blast pada hampir 1,5 juta tenaga kesehatan penerima vaksin tahap pertama.
”Alokasi bandwidth agar kecepatan internet cukup di tiap puskesmas juga telah siap. Setidaknya 100 megabyte per detik di setiap fasilitas kesehatan,” kata Johnny.
Ati Pramudji Hastuti menambahkan, lokasi vaksinasi bisa diubah apabila dinilai sudah terlalu banyak tenaga kesehatan yang mendaftar untuk divaksin pada salah satu faskes. Jumlah tenaga vaksinator di Banten total ada 5.900 orang. Saat ini vaksinator yang telah siap berjumlah 1.950 orang.
Tidak sebanding
Semua lapisan masyarakat, mulai dari pejabat hingga warga umum, diimbau tetap ketat melaksanakan protokol kesehatan meskipun sudah ada vaksin.
Vaksin dan ketaatan menjalankan protokol diharapkan dapat mengerem penularan. Saat ini, jumlah tempat tidur unit perawatan intensif (ICU) untuk penanganan Covid-19 masih tidak sebanding dengan jumlah pasien yang membutuhkan.
Seorang perempuan berinisial DI (25), misalnya, bersama keluarganya berjuang untuk mendapatkan tempat tidur ICU bagi sang ayah, SR (54), selama tiga hari. Awalnya, SR menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Ia lalu diperiksa pada Jumat (8/1).
”Pas dicek, paru-paru papa saya infeksi dan infonya masuk gejala Covid-19 berat, butuh ruang ICU yang ada ventilatornya,” kata DI saat dihubungi kemarin. Ayahnya menginformasikan pada Sabtu (9/1) bahwa RSCM meminta bantuan keluarga mencarikan RS dengan ICU berventilator yang bisa menerima SR karena RSCM tidak kunjung menemukannya.
DI ikut sibuk mencari RS rujukan. Padahal, DI juga sedang berjuang untuk kembali sehat dalam perawatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet sebab ia turut terpapar Covid-19.
Sepanjang Sabtu, hasil pencarian DI dan keluarga nihil. Keesokan harinya, SR mengirim pesan ia semakin tidak kuat. DI lantas mencoba membuka Executive Information System (EIS) Dinas Kesehatan DKI pada laman resminya dan mengontak sejumlah RS yang punya tempat tidur ICU dengan ventilator karena informasinya masih tersedia.
Ternyata, semua RS yang menurut EIS Dinkes DKI masih punya tempat tidur ICU lowong menyatakan ke DI bahwa tempat mereka penuh. DI sampai meminta tolong lewat media sosialnya serta menghubungi teman-temannya untuk membantu mencarikan.
”Teman sampai mencari di Bekasi, Bogor, Tangerang, semua penuh,” ujarnya. Akhirnya, SR masuk ICU di Rumah Sakit Kramat 128 di Jakarta Pusat, Senin (11/1) pukul 24.00, lewat bantuan dokter kenalan DI.
Bendera putih
Alif Noeriyanto Rahman, dokter yang bertugas di Rumah Sakit Sentra Medika Cisalak dan Rumah Sakit Bunda Margonda, mengambarkan, rumah sakit di Depok, Jawa Barat, termasuk di tempatnya bekerja dalam kondisi penuh, kritis, dan mengkhawatirkan. Banyak calon pasien antre berhari-hari untuk masuk ke ruang isolasi dan ruang ICU. Tak sedikit, mereka harus pasrah pulang karena tak kunjung mendapatkan ruang perawatan.
”Sejak awal Desember terus meningkat. Sebelum libur Natal dan Tahun Baru, drastis meningkat hingga sekarang. Untuk ruang isolasi dan ICU sudah mencapai sekitar 80 persen. Dalam kondisi 65-70 persen saja itu sudah sangat tidak sehat, tidak kondusif. Pasca Natal dan Tahun Baru, kami kibarkan bendera putih terutama di ICU di Depok dan sejumlah rumah sakit di Jawa,” kata dokter Alif yang juga Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Depok, Selasa.