Operasi Pencarian CVR dan Korban Sriwijaya Air SJ-182 Terus Dilanjutkan
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meyakini, dengan dukungan KRI Rigel dan Kapal Riset Baruna Jaya IV, CVR dapat ditemukan. Operasi ini juga belum selesai karena tim gabungan juga terus mengevakuasi korban.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO/M PASCHALIA JUDITH J/STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim Satgas Penyelaman TNI AL telah menemukan perekam data penerbangan atau flight data recorder milik pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan nomor registrasi PK-CLC, Selasa (12/1/2021), di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Operasi dilanjutkan di antaranya untuk mencari perekam percakapan di kokpit atau cockpit voice recorder.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meyakini, dengan dukungan KRI Rigel dan Kapal Riset Baruna Jaya IV, perekam percakapan di kokpit (CVR) dapat ditemukan. ”Operasi ini belum selesai karena juga akan terus evakuasi korban, termasuk potongan bagian pesawat, untuk melengkapi data yang diperlukan KNKT,” ujar Panglima, Selasa kemarin, di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun turut menyaksikan penyerahan FDR, yang dibawa oleh KRI Kurau-856, dari Panglima TNI kepada Kepala Basarnas Marsekal Madya (Purn) Bagus Puruhito. Bagus kemudian menyerahkan CVR kepada Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Soerjanto Tjahjono.
”Alhamdulillah, kita bisa menemukan FDR. Kami perkirakan pengunduhan data berlangsung 2-5 hari sehingga dapat mengungkap penyebab kecelakaan ini,” ujar Soerjanto.
Walau demikian, data dari CVR tetap dibutuhkan untuk dipadukan dengan data FDR. FDR berisi data penerbangan, seperti arah, kecepatan, dan ketinggian pesawat, sementara CVR adalah rekaman percakapan di kokpit. Keduanya menjadi bagian dari kotak hitam (black boxes) yang terpasang di bagian ekor pesawat karena relatif aman dari benturan saat kecelakaan.
Menurut pengamat penerbangan Gerry Soejatman, penemuan tersebut dapat membantu mengungkap penyebab jatuhnya pesawat. ”Namun, data itu tidak akan segera diumumkan karena masih harus dianalisis dulu,” ujar Gerry. Dia menekankan, proses analisis membutuhkan waktu karena tidak sekadar untuk mengetahui apa yang terjadi, tetapi mengapa pesawat itu sampai jatuh.
Menurut Soerjanto, KNKT telah mengumpulkan data radar dari Perum LPPNPI (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia) atau Airnav Indonesia. Dari data itu, 4 menit setelah mengudara, tepatnya pukul 14.40 WIB, Sriwijaya SJ-182 mencapai ketinggian 10.900 kaki.
Pesawat kemudian mulai turun dengan data terakhir posisi pesawat pada ketinggian 250 kaki. ”Dari data ini, kami menduga mesin masih hidup sebelum pesawat membentur air,” ujar Soerjanto.
KNKT juga telah mengamati turbine disc yang telah dievakuasi oleh Basarnas. ”Kerusakan pada fan blade menguatkan dugaan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan,” kata Soerjanto.
KRI Rigel juga telah melaporkan kepada KNKT terkait sebaran reruntuhan Boeing 737-500 Sriwijaya SJ-182 dengan area selebar 100 meter dan panjang 300-400 meter. ”Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air,” kata Soerjanto.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menginformasikan, Presiden Joko Widodo telah meminta percepatan pencarian korban. ”Kami juga diminta mendampingi keluarga korban agar mendapatkan hak-haknya. Presiden berharap agar hak keluarga korban dapat diselesaikan dengan baik dan cepat,” katanya.
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena menyatakan, pihaknya akan memfasilitasi kebutuhan keluarga korban selama proses identifikasi berlangsung. Perusahaan juga memprioritaskan penyelesaian hak-hak penumpang.
Jasa Raharja mulai memproses data ahli waris dalam penyelesaian santunan. Mereka membuka posko di Bandara Supadio, Pontianak, Bandara Soekarno-Hatta, dan di Posko Krisis di Jakarta.
Kepala Cabang PT Jasa Raharja Kalbar Regy S Wijaya di Posko Krisis Bandara Supadio mengatakan, pihaknya baru mendeteksi 55 ahli waris, baik awak maupun penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Korban tanpa ahli waris terdata lima orang.
Menurut data Basarnas, Selasa, sebanyak 65 kantong jenazah telah dievakuasi sehingga total terdapat 139 kantong jenazah. Kantong berisi jasad ini telah dibawa ke RS Sukanto Polri, Jakarta Timur, untuk diidentifikasi. ”Kita akan difokuskan pada evakuasi korban karena sangat ditunggu keluarga,” ujar Bagus menegaskan. (PDS/VAN/DIV/DAN/JUD/ESA/CAS/NTA/SON/KOR)