Banjir Rob Terus Melanda Permukiman di Muara Angke
Banjir rob di permukiman Muara Angke, Jakarta Utara, sulit untuk diatasi, mengingat wilayah itu sebenarnya bagian dari laut.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banjir rob terus melanda permukiman di Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara. Namun, sejauh ini warga masih bisa beraktivitas normal dan tidak ada yang mengungsi. Rob sudah menjadi rutinitas sepanjang tahun bagi mereka.
Pada Rabu (13/1/2021) ini, banjir rob, antara lain, masuk ke permukiman di Blok Empang RT 006 RW 022 Kelurahan Pluit. ”Padahal, sekitar tiga minggu lalu rumah sudah ditinggikan lagi, tapi air tetap masuk rumah,” ucap salah satu warga, Mini (39), saat dihubungi.
Padahal, sekitar tiga minggu lalu rumah sudah ditinggikan lagi, tapi air tetap masuk rumah.
Mini mengatakan, di luar rumah, tinggi air bisa sepaha orang dewasa atau sekitar 1 meter. Di dalam rumah, air setinggi lutut atau lebih kurang 50 sentimeter. Air rob mulai datang sekitar pukul 05.30, kemudian pukul 10.00 air masih saja tinggi meski sudah lebih surut dibandingkan dengan pukul 09.00.
Seingat Mini, setiap bulan pasti ada kejadian banjir rob, setidaknya seusai Idul Fitri 1441 Hijriah tahun lalu. Ia lupa kapan terakhir rob tidak masuk ke rumahnya, tetapi sebelumnya banjir rob hanya jeda ”istirahat” sekitar tiga hari, kemudian melanda lagi setiap hari.
Rumah Mini dihuni delapan orang, yakni dia, suaminya, dan enam anak. Meski banjir rob terus-menerus datang, mereka sejauh ini masih bisa beraktivitas, terutama suaminya tetap bisa pergi bekerja.
Banjir rob di permukiman Muara Angke, termasuk Blok Empang, sulit untuk diatasi, mengingat menurut Lurah Pluit Rosiwan, wilayah itu sebenarnya bagian dari laut. Warga lantas secara bertahun-tahun menguruk laut menggunakan beragam material, termasuk sampah dan limbah kulit kerang, untuk dijadikan daratan. Makin lama, bahan urukan semakin ambles sehingga air laut makin mudah masuk ke rumah-rumah di sana.
”Karena itu, warga di sana sudah terbiasa jika terjadi rob. Yang sekarang, alhamdulillah air tidak limpas ke jalan,” ujar Rosiwan. Air merendam jalan utama untuk mengakses permukiman di Muara Angke, terutama pada Oktober dan November 2020.
Meski demikian, Kelurahan Pluit tetap menyiapkan antisipasi jika banjir rob berdampak signifikan terhadap warga. Sejumlah lokasi sudah disiapkan sebagai tempat pengungsian dan disosialisasikan kepada masyarakat setempat. Kelurahan juga berkoordinasi dengan petugas kesehatan untuk segera menangani jika terdapat warga yang sakit saat rob, apalagi sekarang sedang dalam pandemi Covid-19.
”Kami juga berkoordinasi ke PLN, takutnya ada gardu-gardu listrik yang terendam,” kata Rosiwan.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Mohammad Insaf menyebutkan, sepanjang bencana belum terjadi, pihaknya bertanggung jawab pada penyebaran informasi peringatan dini jika banjir rob diprediksi akan melanda.
Peringatan dini, antara lain, mengacu pada informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta ketinggian air pada pintu air dari Dinas Sumber Daya Air DKI. Saat bencana sudah terjadi, BPBD menyiapkan logistik yang dibutuhkan.
Hari Rabu ini, misalnya, BPBD DKI pada pukul 09.00 menyiarkan informasi peringatan dini ancaman banjir rob yang bisa berdampak kepada warga di Kamal Muara, Kapuk Muara, Penjaringan, Pluit, Ancol, Kamal, Marunda, Cilincing, dan Kalibaru. Itu lantaran tinggi air di Pintu Air Pasar Ikan terpantau sudah mencapai 251 cm dengan status Awas atau Siaga 1.
Merespons peringatan dini itu, Rosiwan meninjau kesiapan di sejumlah titik di Kelurahan Pluit, seperti di Pantai Mutiara dan rumah pompa. Sejauh ini, wilayahnya relatif siap dan aman. Insaf menambahkan, semua warga yang dekat dengan laut menerima siaran peringatan dini BPBD DKI melalui pesan singkat atau dikenal sebagai SMS blast.
BPBD DKI juga menyebarkan ke semua dinas terkait agar turut mengantisipasi potensi dampak. Contohnya, ke Dinas Perhubungan DKI, mengingat rob kemungkinan mengganggu perjalanan masyarakat dan menimbulkan kemacetan lalu lintas.