Semua Sampel Genetika Keluarga Korban Dipastikan Terkumpul
Tim memastikan semua sampel DNA keluarga korban kecelakaan pesawat SJ-182 segera terkumpul. Sampel ini berguna untuk pencocokan data identitas dari jenazah yang ditemukan.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim gabungan memastikan semua sampel deoxyribo nucleic acid atau DNA keluarga korban kecelakaan pesawat SJ-182 PK-CLC segera terkumpul lengkap. Sampel itu berguna untuk pemeriksaan identitas setiap jenazah yang terdata dalam daftar manifes pesawat.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Rusdi Hartono menuturkan, 58 sampel DNA dari keluarga telah terkumpul hingga Selasa pagi. Jumlah itu hampir lengkap apabila melihat total daftar manifes pesawat sejumlah 62 orang.
Menurut Rusdi, ada sekitar empat sampel lagi yang masih dalam perjalanan menuju Jakarta. Kelengkapan sampel ini menjadi penting untuk pencocokan data identitas jenazah.
”Kami masih menunggu kelengkapan data antemortem dan postmortem untuk rekonsiliasi (pencocokan). Dari data itu, tim bisa mengidentifikasi identitas jenazah para korban. Kami tentunya ingin bisa memberikan informasi soal ini selengkap mungkin kepada masyarakat,” ujar Rusdi dalam konferensi pers, Selasa (12/1/2021).
Sementara itu, tim juga telah mengumpulkan 56 kantong jenazah untuk keperluan identifikasi. Puluhan kantong tersebut membawa bagian tubuh korban secara acak dan tidak utuh.
Kepala Bidang Disaster Victim Identification (DVI) Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Komisaris Besar Ahmad Fauzi menjelaskan, tim gabungan masih mengidentifikasi sampel DNA bagian tubuh pada kantong jenazah. Proses itu tidak mudah karena kondisi jenazah yang tidak utuh.
Dia menambahkan, pengambilan sampel DNA mungkin butuh waktu sekitar satu sampai dua minggu atau bahkan bisa lebih lama. Semua bergantung pada kondisi bagian tubuh yang diambil sebagai sampel DNA.
”Sampel DNA dari keluarga mungkin sudah banyak, tetapi sampel DNA dari jenazah belum terkumpul semua dan mungkin butuh waktu. Sebagian sampel DNA dari jasad korban bahkan ada yang sudah tidak lagi segar. Dari sampel DNA keluarga dan korban, tim akan cocokkan lagi sehingga memunculkan data identitas korban,” ucap Fauzi saat dihubungi terpisah di Jakarta, Selasa sore.
Proses identifikasi korban sangat bergantung pada data sampel antemortem dan postmortem. Data sampel antemortem diambil dari sejumlah dokumen korban. Sementara sampel postmortem diambil dari jenazah atau temuan di lokasi kejadian.
Fauzi menekankan, tim akan mengupayakan proses identifikasi yang paling cepat. Sebagian jenazah saat ini masih bisa diidentifikasi lewat rekam sidik jari yang masih utuh.
Kepala Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polri Brigadir Jenderal (Pol) Hudi Suryanto menuturkan, kerja tersebut tidak mudah mengingat sebagian jasad korban kini berupa bagian-bagian tubuh. Tim mesti lebih teliti mengamati bagian mana saja yang bisa diidentifikasi, semisal rekam sidik jari yang ada pada tangan.
”Dalam kecelakaan seperti ini, tidak ada bagian jasad yang masih utuh sehingga hal tersebut menjadi kesulitan tersendiri bagi tim. Tim DVI secara keseluruhan juga mengupayakan identifikasi dari cara lain, seperti dari sampel DNA atau barang-barang yang dipakai korban. Proses ini tidak bisa sebentar dan butuh kerja sama seluruh pihak,” ungkap Hudi, Senin (11/1/2021).
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC rute Jakarta-Pontianak, Kalimantan Barat, hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40. Pesawat diduga kuat jatuh di perairan Kepulauan Seribu antara Pulau Lancang dan Pulau Laki di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.