Kawasan Perkantoran Jakarta Lengang di Hari Pertama Pembatasan
Kawasan Sudirman, Jakarta, sepi di hari pertama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, Senin (11/1/2021). Perusahaan membatasi jumlah karyawan yang boleh bekerja dari kantor. Imbasnya dirasakan pedagang.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas di sekitar area perkantoran relatif sepi pada hari pertama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM di Jakarta. Sebagian karyawan bekerja di rumah seiring kebijakan kantor mereka di masa PPKM ini. Sepinya area perkantoran berimbas kepada para pedagang makanan dan pengemudi ojek daring.
Senin (11/1/2021) siang, suasana di kawasan perkantoran Sudirman, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, relatif lengang. Hanya terlihat beberapa karyawan yang keluar-masuk gedung perkantoran seusai jam istirahat atau sekitar pukul 13.30.
Julius (27), salah satu karyawan perusahaan di kawasan Sudirman, mengungkapkan, mulai Senin ini, jumlah karyawan yang masuk kantor dikurangi seiring PPKM. Jika pekan lalu karyawan diminta masuk kantor 2-3 kali setiap pekan, selama dua pekan ke depan karyawan hanya masuk satu kali sepekan.
”Pekan ini aku masuk satu kali, yaitu Rabu. Minggu depan juga satu kali. Dua minggu lagi baru masuk dua kali,” katanya saat dihubungi di Jakarta.
Hal ini sesuai dengan PPKM di Jakarta yang membatasi hanya 25 persen karyawan yang diperbolehkan bekerja dari kantor. Aturan ini berlaku selama dua pekan, yakni 11-25 Januari 2021.
Menurut Julius, pada hari normal, biasanya sekitar 20 karyawan yang bekerja satu ruang dengannya. Namun, selama PSBB transisi, perusahaan membatasi hanya 8-9 karyawan yang bekerja di dalam ruangan. Jumlah tersebut kini kembali dipangkas menjadi hanya 3-4 karyawan per hari.
”Itu pun kalau ada pekerja yang suhu badannya tinggi tidak boleh masuk. Semakin sedikit yang di ruangan. Buat yang hamil juga belum boleh masuk kantor,” katanya.
Perusahaan Leonnie yang berlokasi di kawasan Sunter, Jakarta Utara, juga menerapkan aturan yang sama mulai Senin ini. Sebelumnya, perusahaan membatasi karyawan hanya boleh masuk tiga kali selama sepekan. Pekan ini aturan diperketat menjadi hanya dua kali sepekan per orang.
”Hari ini aku kerja dari rumah, besok baru kerja dari kantor. Sebenarnya karyawan diizinkan kerja dari rumah sepenuhnya. Namun, banyak yang milih masuk karena lebih enak kerja di kantor,” katanya.
Menurut Leonnie, sistem kerja dari rumah cenderung membuatnya stres. Sebab, selain disibukkan dengan urusan kantor, dia juga terbebani dengan urusan rumah. Untuk itu, perempuan yang tengah hamil empat bulan itu masih menyempatkan diri datang ke kantor.
”Kantor sebenarnya menyarankan saya bekerja dari rumah terus. Namun, karena dokumen kerjaanku banyak di kantor, jadi lebih enak ngerjain di kantor. Selain itu, juga biar enggak stres di rumah,” ujarnya.
Selain membatasi aktivitas karyawan, perusahaan Leonnie juga memperketat aturan lain. Misalnya, karyawan yang baru pulang dari luar kota dilarang datang ke kantor selama dua pekan. Selain itu, tamu yang berkunjung ke kantornya juga dibatasi.
”Kantor enggak menerima tamu, kecuali tamu itu membawa hasil tes swab,” katanya.
Berimbas ke pedagang
Sepinya area perkantoran membuat Aban (35), pedagang ketoprak di Jalan Karet Pasar Baru Timur 5, Karet Tengsin, merana. Pada jam makan siang, biasanya para pesuruh (office boy/OB) dan karyawan menyerbu warung ketopraknya. Senin siang, hal itu tidak terjadi.
”Baru dapat 20 porsi ini. Padahal, Jumat (8/1/2021) pekan lalu habis 50 porsi. Kalau hari normal malah 70 porsi,” ungkapnya.
Aban menjual satu porsi ketopraknya seharga Rp 18.000. Artinya, Jumat lalu dia bisa membawa pulang uang sekitar Rp 900.000. Senin ini, dia hanya mendapatkan Rp 360.000 hingga siang.
Senin ini, kata Aban, suasana gedung perkantoran Sudirman di sekeliling warungnya lebih lengang dari biasanya. ”Biasanya jam istirahat paling ramai. OB-OB biasanya yang kemari. Tadi cuma ada beberapa, itu pun cuma pesan 1-2 porsi. Sebelumnya bisa sampai lima porsi. OB-nya juga lebih banyak,” ujarnya.
Aban mengaku tidak mengetahui jika Senin ini ada PPKM di Jakarta. Dia juga belum melihat ada razia yang lebih ketat dari petugas satpol PP. Padahal, petugas satpol PP rutin menggelar razia masker di kawasannya.
”Biasanya dua minggu sekali ada razia masker di sini, tetapi hari ini belum kelihatan. Jadi, saya juga enggak tahu kalau diketatin lagi,” kata penjual asal Cirebon, Jawa Barat, ini.
Berdasarkan pantauan, puluhan penjual makanan di sekitar Aban berdagang seperti biasa. Beberapa warung terlihat penuh dengan pembeli. Namun, hanya sebagian kecil penjual di sana yang terlihat mengenakan masker siang itu.
Iwan (41), pengemudi ojek daring asal Tanah Abang, Jakarta Pusat, juga mengeluhkan sepinya aktivitas karyawan perkantoran. Senin siang, dia duduk di pinggir jalan sembari menunggu penumpang di kawasan Plaza Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Meski mulai bekerja sejak pagi, Iwan mengaku baru mendapatkan empat penumpang hingga Senin siang. Jika mengacu lokasi tujuan keempat penumpang tersebut, Iwan memperkirakan mereka adalah karyawan yang menuju tempat kerja.
”Kemarin-kemarin masih sepi, dapat tujuh penumpang. Biasanya bisa 20 penumpang. Sekarang malah lebih sepi. Memang berasa, sih, karyawan dikurangi,” ujarnya.
Siang itu, suasana di sekitar Plaza Kuningan relatif lengang. Jembatan penyeberangan orang (JPO) di halte Transjakarta GOR Sumantri yang biasanya ramai dilalui karyawan juga terlihat sepi.