Keinginan untuk menjaga kesehatan selama pandemi Covid-19 membuat sebagian warga lebih intens belanja obat-obatan dan multivitamin. Pengeluaran mereka untuk obat-obatan pun bertambah ratusan ribu rupiah.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah warga di Jakarta lebih intens berbelanja kebutuhan obat dan multivitamin selama pandemi Covid-19. Intensitas kegiatan tersebut berlandaskan keinginan untuk tetap sehat di tengah pandemi yang belum terkendali.
Ihsanul Huda (23), warga Matraman, Jakarta Timur, mengakui lebih intens membeli obat dan multivitamin sejak sekitar April silam. Pengeluaran untuk keperluan itu berkisar Rp 300.000 hingga Rp 500.000.
Total pengeluarannya itu lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari sebelum pandemi. Dulu, Ihsan biasa membeli obat dan multivitamin tidak lebih dari 300.000. Obat yang dia beli juga bisa bertahan selama beberapa bulan lantaran tidak dikonsumsi secara rutin.
Kini, hampir setiap bulan dia rutin membeli obat dan multivitamin untuk orang di rumah. Saat ditemui pada Jumat siang di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Ihsan membeli masker medis, multivitamin, dan obat kumur antiseptik dengan total harga Rp 325.000.
”Kalau belanja rutin ini habis sekitar Rp 300.000-an. Saya coba batasi uang belanja itu karena biasanya bisa tekor banyak. Nanti kalau obat-obat itu habis sekitar dua minggu, biasanya saya beli lagi. Ngejar di pasar karena lebih murah,” ujar Ihsan, Jumat (8/1/2021). siang.
Yoga Yudha (26), warga Cempaka Putih, Jakarta Pusat, juga lebih sering berbelanja obat dan multivitamin sejak pertengahan 2020 kemarin. Pegawai di perusahaan farmasi ini merogoh kocek sekitar Rp 300.000 sampai Rp 400.000 per bulan untuk obat-obat dan masker.
Bagi Yoga, bujet itu menjadi tuntutan profesinya sebagai sales perusahaan farmasi. Kadang dia masih harus bepergian ke sejumlah rumah sakit yang menjadi pelanggan obat dari perusahaannya. Terutama untuk masker medis, hal itu menjadi kebutuhan yang wajib.
”Rp 300.000 sampai Rp 400.000 itu pengeluaranku yang sudah secara khusus saya alokasi setiap bulan. Terutama masker medis, itu penting banget buat ketemu klien setiap hari. Pengeluaran ini juga di-reimburse sama kantor, sih,” ucap Yoga.
Farrah Meuthia (25), warga Jakarta Timur, juga kerap belanja obat dan multivitamin secara rutin lewat layanan daring. Dia menghabiskan uang sekitar Rp 400.000 untuk obat kumur antiseptik, cairan antiseptik, masker, multivitamin, dan beberapa obat herbal.
Kebutuhan itu terutama untuk dirinya sendiri yang sedang hamil sejak akhir 2020. ”Hamil di tengah pandemi sebenarnya banyak membuat khawatir. Saya berusaha menjaga kesehatan saja dengan konsumsi vitamin dan lain-lain. Mudah-mudahan tidak turut terpapar Covid-19,” kata warga Jakarta Timur ini.
Meningkat
Yoyon (52), pengurus Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, mengatakan, penjualan berbagai jenis vitamin dan obat yang meningkatkan imunitas belakangan makin banyak dicari. Meski begitu, Yoyon menuturkan, persediaan obat-obatan itu masih memadai.
Ada beberapa merek vitamin dan suplemen yang diincar warga. Sebagian orang juga sering membeli antiseptik kumur. Beberapa barang kesehatan itu menjadi banyak dicari selama pandemi Covid-19.
”Orang masih sering belanja vitamin dan obat suplemen. Banyak pula yang mencari obat kumur antiseptik. Selain itu, masker medis juga banyak dicari. Semua barang itu harganya relatif masih stabil di sini,” ucap Yoyon.
Kanal penjualan daring juga mengalami peningkatan pesanan barang-barang kesehatan. Executive Vice President of Operational Blibli.com Lisa Widodo menuturkan, ada perubahan preferensi konsumen untuk mencari barang serba sehat di kanal daring. Hal ini bahkan terlihat sejak fase awal-awal pandemi di Indonesia.
Pada tiga bulan pertama pandemi, Lisa menyebutkan, konsumen banyak memburu cairan pembersih tangan, suplemen, dan multivitamin. Pada bulan-bulan berikutnya, permintaan bergeser ke produk rumah tangga dan hiburan di rumah. ”Ada perubahan preferensi konsumen yang awalnya mengincar produk ’serba sehat’, kemudian bergerak ke kebutuhan kompensasi agar tetap ’waras dan eksis’,” ucap Lisa, seperti dilaporkan Kompas.com, 16 Desember 2020.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menemukan tren serupa. Selama pandemi, ada tiga tren terkait perubahan perilaku konsumen. Pertama, orang menjadi lebih sadar menjaga kesehatan, antara lain dengan tetap memakai masker, mengonsumsi vitamin, dan berolahraga.
Kedua, masyarakat berharap sebisa mungkin untuk tetap di rumah. Mereka belajar, bekerja, dan beraktivitas di rumah. Jika terpaksa ke luar, mereka tidak terlalu jauh meninggalkan rumah.
Selain itu, ketiga, pandemi telah menekan perekonomian. Dampaknya, antara lain, terlihat dari meningkatnya angka putus kerja, penurunan pendapatan, dan konsumsi sehingga warga cenderung berhemat dan selektif dalam belanja.
”Kami sadar, dengan keterbatasan ruang gerak selama pandemi, e-dagang menjadi esensial bagi masyarakat. Oleh karena itu, kami ingin memastikan operasional dapat berjalan dengan normal dan optimal tanpa mengabaikan keamanan karyawan,” ujar Rachmat, Rabu (6/1/2021).