Tahun Ini, MRT Targetkan Angkut 65.000 Penumpang Per Hari
Selama pandemi Covid-19 di 2020, penumpang MRT Jakarta turun hingga 27.281 penumpang per hari dari target awal 100.000 penumpang per hari. MRT pada 2021 menargetkan mampu mengangkut rata-rata 65.000 orang per hari.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah ridership atau angka keterangkutan penumpang MRT di 2020 hanya 27.281 orang per hari karena pandemi Covid-19, pada 2021 PT MRT Jakarta menargetkan mampu menaikkan jumlah penumpang hingga 65.000 orang per hari. Meski begitu, target itu hendaknya dicapai bertahap sesuai situasi perkembangan pengendalian pandemi.
William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta, dalam acara dialog awal tahun bersama PT MRT Jakarta bertajuk ”Paparan Capaian MRT Tahun 2020 dan Rencana Tahun 2021” yang digelar secara virtual, Selasa (5/1/2021), menjelaskan, target itu merupakan target optimistis.
Pada 2020, hanya di Januari dan Februari angka keterangkutan penumpang rata-rata per hari MRT Jakarta 85.000 dan 88.000 orang. Setelah itu, angka keterangkutan harian terjun bebas pada Maret 2020 karena pandemi dan sejumlah aturan ketat terkait protokol kesehatan. Dengan demikian, rata-rata penumpang harian MRT Jakarta 27.281 orang per hari. Angka itu makin jauh dari target keterangkutan semula, yaitu 100.000 penumpang per hari.
Rata-rata penumpang harian MRT Jakarta 27.281 orang per hari. Angka itu makin jauh dari target keterangkutan semula, yaitu 100.000 penumpang per hari.
Pada 2021, meski pandemi Covid-19 masih membayangi operasional layanan transportasi umum perkotaan, PT MRT berani mematok target rata-rata keterangkutan penumpang per hari 65.000 orang.
William menjelaskan, target itu merupakan wujud optimisme MRT bahwa 2021 akan menjadi tahun yang lebih baik dibandingkan dengan 2020. Optimisme itu muncul salah satunya dengan pertimbangan situasi akan membaik, apalagi dengan kedatangan vaksin Covid-19 dan mulai didistribusikan.
Untuk bisa menarik kembali penumpang lama MRT yang beralih ke moda angkutan lain selama pandemi, MRT akan terus-menerus mempromosikan transportasi publik. Berbagai upaya promosi dilakukan untuk mendorong masyarakat pelanggan MRT yang memiliki alternatif transportasi lain untuk kembali naik MRT.
Tentu saja upaya itu dibarengi dengan langkah-langkah meyakinkan masyarakat bahwa tansportasi publik itu aman, nyaman, dan sehat. ”Ada protokol bangkit yang masih diterapkan. Di antaranya dengan pengecekan suhu tubuh, jaga jarak, tidak berbicara di dalam kereta MRT, juga disinfektan,” kata William.
Aditya Dwi Laksana, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), secara terpisah melihat, target rata-rata keterangkutan 65.000 penumpang per hari itu akan bisa dicapai apabila memang situasi sudah menuju normal secara berangsur-angsur, dengan pandemi bisa dikendalikan.
Ada tiga hal yang bisa mendukung, yaitu masyarakat sudah lebih nyaman dan aman bertransportasi publik, mobilitas masyarakat lebih diperlonggar, dan pembatasan volume penumpang di sarana angkutan umum makin dikurangi sejalan dengan pengendalian pandemi.
Apabila kondisinya masih sama, yaitu pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih berlaku kemudian juga masih ada pembatasan volume penumpang, Aditya melihat, kondisi penumpang tidak akan jauh berbeda dengan situasi pada 2020. Terlebih vaksin masih akan diberikan dalam rentang waktu panjang.
Untuk itu, apabila MRT Jakarta menetapkan target keterangkutan 65.000 penumpang per hari, itu bisa dicapai secara bertahap. Apalagi, MRT memiliki karakteristik yang berbeda dengan KRL ataupun bus Trans-Jakarta, yaitu MRT merupakan moda angkutan perkotaan yang baru melayani jarak 16 km. Di rentang jarak tersebut, masih ada banyak alternatif angkutan lain. Secara tarif, juga segmen pelanggan MRT berbeda dengan segmen KRL ataupun Trans-Jakarta.
Hal-hal itu yang membuat manajemen MRT mesti bisa membuat terobosan untuk bisa meningkatkan keterangkutan penumpang.
Integrasi tiket dan tarif
William menambahkan, di tengah pandemi Covid-19, untuk bisa memberikan pelayanan prima, PT MRT Jakarta mengupayakan proses integrasi layanan tiket dan tarif dengan moda angkutan lain.
Saat ini, MRT Jakarta tengah dalam proses mencari mitra strategis melalui lelang untuk mengintegrasikan tiket MRT dan KRL Jabodetabek. Integrasi itu merupakan penugasan dari Presiden Joko Widodo. ”Kami akan mengadakan proses beauty contest untuk mencari mitra strategis yang akan bekerja sama untuk melakukan integrasi tersebut,” kata William.
Secara bersamaan, PT MRT Jakarta juga masih dalam penghitungan bersama konsultan untuk bisa melakukan akuisisi saham PT KAI di PT Kereta Commuter Indonesia. Langkah itu dilakukan karena integrasi transportasi akan dilakukan secara korporasi sehingga akuisisi menjadi salah satu langkah yang harus dilakukan.
”Untuk nilai akuisisinya, kami belum dapat sampaikan. Oleh karenanya, baru akan bisa kami sampaikan nanti menjelang selesai. Dalam penghitungan ini kami berhati-hati dan didampingi oleh konsultan,” tambahnya.
Adapun integrasi layanan tarif dan tiket di antara berbagai moda itu ditargetkan akan selesai pada Agustus tahun 2021. Di sisi lain, PT MRT Jakarta telah memberikan mandat kepada anak perusahaannya, yakni PT Jaklingko Indonesia yang dibentuk bersama dengan PT Transportasi Jakarta, PT Jakarta Propertindo, dan PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ) untuk menjadi pengelola integrasi layanan tiket berbagai moda di Jabodetabek.
Capaian MRT Jakarta lain yang positif, William menambahkan, adalah meski di tengah pandemi, MRT Jakarta berhasil membukukan laba operasional Rp 75 miliar pada 2020.
”Meski diterpa pandemi, laba MRT Jakarta tetap dalam keadaan positif. Untuk laba operasional 2019 mencapai Rp172 miliar. Memang di tahun ini turun hanya Rp 75 miliar. Tapi ini sangat baik karena masih positif,” kata William.
Menurut William, masih bisa dicapainya laba di tengah penurunan drastis jumlah penumpang ini disebabkan faktor efisiensi yang dilakukan oleh korporasi.