Tren Vakansi Sehat Warga Kota di Tahun 2021
Saat wisata massal yang mengundang kerumunan kini sulit dilakukan, justru muncul banyak alternatif bervakansi sehat sembari mencegah meluasnya pandemi dan memutar kembali roda perekonomian asal semua pihak mau berubah.
Perayaan Tahun Baru sepi dari kerumunan dan pesta kembang api besar-besaran nyata terjadi di Indonesia. Apakah kebahagiaan lantas berkurang karenanya? Bisa jadi iya, tetapi bisa jadi juga tidak. Yang jelas, hasrat bepergian kaum urban mencicipi kebebasan dari rutinitas bisa ditekan dan dibelokkan sedemikian rupa dengan berbagai alternatif kegiatan di rumah saja ataupun berwisata terbatas dengan protokol kesehatan ketat.
Sampai kapan semua ”di rumah saja” dilakukan, belum ada jawaban pasti. Vaksin yang mulai tiba di Indonesia pun bukan jaminan bagi warga untuk dapat segera berkegiatan seperti pada masa sebelum pandemi Covid-19 menerjang.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres dalam pesannya saat memperingati Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional yang pertama pada 27 Desember 2020 mengatakan, pandemi saat ini bukanlah yang terakhir. ”Saat kita berusaha untuk mengendalikan dan pulih dari pandemi saat ini, kita harus memikirkan (pandemi) yang berikutnya,” katanya.
Saat kita berusaha untuk mengendalikan dan pulih dari pandemi saat ini, kita harus memikirkan (pandemi) yang berikutnya.
Bersamaan dengan distribusi vaksin Covid-19 dengan harapan bisa merata bagi semua orang dan wabah global ini bisa diatasi, Guterres turut mendorong ada upaya sedini mungkin agar dunia siap menghadapi serangan penyakit global berikutnya.
Baca juga : Wahai Kota, Tangkaplah Peluang Tren Kebangkitan Beragama
Dalam kesempatan yang sama, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti banyak penyakit pada manusia yang disebabkan virus ataupun bakteri yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Dengan demikian, semakin penting menerapkan Pendekatan Satu Kesehatan (One Health Approach/OHA).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menerjemahkan OHA sebagai suatu upaya kolaboratif dari berbagai sektor, utamanya kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global untuk mencapai kesehatan bersama yang optimal.
Dengan kata lain, penyelamatan lingkungan akibat eksploitasi oleh manusia di segala sektor kini tidak bisa ditawar lagi. Kegiatan ekonomi tidak lagi bisa dipisahkan atau bertolak belakang dengan upaya konservasi lingkungan.
Bermacam kegiatan ekonomi yang dimaksud termasuk di dalamnya industri pariwisata. Industri pariwisata dalam beberapa dekade terakhir mengalami ledakan pertumbuhan dan turut menyumbang kerusakan lingkungan di seluruh penjuru Bumi, termasuk di Nusantara. Namun, tak bisa pula dimungkiri bahwa industri pariwisata telah menghidupi serta menyejahterakan jutaan pelaku bisnis ini.
Ketergantungan pada pariwisata sebagai pendorong ekonomi memiliki potensi risiko besar. Peningkatan jumlah pengunjung, terutama ke habitat alami, dapat memicu degradasi lingkungan. Sering kali kebutuhan untuk melindungi alam berbenturan dengan iming-iming besar keuntungan menjadikan obyek tersebut sebagai tujuan kunjungan turis.
Ada di antara tarikan konservasi dan eksploitasi, disadari pula bahwa pariwisata pada dasarnya adalah industri sangat tidak stabil. Kegiatan ini melibatkan begitu banyak rantai pelaku usaha dan sangat rentan terpengaruh berbagai gangguan, seperti bencana alam, konflik atau perang, dan isu kesehatan, seperti serangan virus korona jenis baru sepanjang tahun 2019 hingga kini.
Baca juga : Piknik di Trotoar
Menerima bahwa bisnis ini menggiurkan sekaligus sangat rentan, menjadi alasan mengapa konsep pariwisata berkelanjutan sangat penting diwujudkan. Program Pembangunan PBB (UNDP) menyatakan, berkelanjutan bukan hanya tentang ramah lingkungan, melainkan juga bagaimana menemukan cara untuk menjaga kelestarian lingkungan alam dan menambah nilai darinya yang bermanfaat bagi masyarakat. Menjadi berkelanjutan berarti menjadi tangguh, yaitu mampu menghadapi dan mengatasi berbagai guncangan terhadap alam sekitar hingga perubahan minat atau tren pariwisata karena berbagai hal.
UNDP menyatakan, berkelanjutan bukan hanya tentang ramah lingkungan, melainkan juga bagaimana menemukan cara untuk menjaga kelestarian lingkungan alam dan menambah nilai darinya yang bermanfaat bagi masyarakat.
Respons atas tekanan global terkini, yaitu Covid-19, telah memaksa semua negara melihat dan menelaah kembali industri pariwisata mereka. Agar tidak layu dan mati, pemerintah, pelaku industri wisata, dan para pelancong suka atau tidak terdesak untuk segera berbenah diri.
Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) menyatakan, kondisi buruk sekarang ini justru memberikan peluang mengubah pariwisata, khususnya pariwisata berbasis alam dan rekreasi luar ruang agar semakin mendukung rehabilitasi dan konservasi alam. UNWTO merekomendasikan agar perencanaan pariwisata di masa pandemi dan untuk seterusnya lebih holistik, inklusif, adil, mudah beradaptasi, serta fokus pada apa yang menopang pariwisata dan rekreasi luar ruang.
UNWTO menegaskan, ada lima dimensi arah jalan industri pariwisata di masa depan. Kelimanya yaitu diawali urgensi menumbuhkan keterbukaan terhadap perubahan dengan cara berpikir dan bertindak yang baru. Dimensi berikutnya mengembangkan visi yang dilanjutkan melindungi warisan alam dan budaya bagi kepentingan pelestarian lingkungan daerah dan kebutuhan masyarakat untuk berwisata.
Titik berat pada dimensi keempat ialah memulihkan dan membangun kembali mata pencarian lokal, kesehatan penduduk, serta pengunjung. Terakhir, membingkai ulang pariwisata, termasuk sumber daya yang digunakannya demi menciptakan mata pencarian yang produktif dan sehat tanpa merusak keanekaragaman hayati yang menjadi sandarannya.
Baca juga : Pilkada, Langkah Awal Demokratisasi Mengelola Kota Milik Bersama
Masyarakat perkotaan selama ini berperan penting dalam menggelorakan industri pariwisata dunia. Mereka ujung tombak pemutar roda bisnis pariwisata, baik sebagai pelaku dengan menanam modal, membuka, serta mengelola kawasan-kawasan tujuan, atau sebagai pelaku perjalanan wisata itu sendiri. Dengan tingkat pendidikan serta ekonomi yang memungkinkan mereka mengakses lebih banyak informasi, pada pundak kaum urbanlah bertumpu asa mereka mampu menjadi penggerak perubahan industri wisata di dalam negeri.
Di sisi lain, kawasan perkotaan selama ini juga tidak lepas dari target pembangunan sebagai tujuan wisata. Di era pandemi dan ke depannya nanti, sesuai tujuan parwisata berkelanjutan, kota-kota yang mampu beradaptasi berpeluang besar menjadi obyek vakansi yang akan membantu memulihkan ekonomi yang lesu akibat pandemi.
UNWTO pun menggarisbawahi bahwa adaptasi kota-kota dapat dilakukan dengan memajukan infrastruktur hijau perkotaan untuk meningkatkan aksesibilitas publik. Investasi dalam infrastruktur hijau, yaitu transportasi yang lebih efisien dan mereduksi polusi udara, akan membentuk kota yang lebih cerdas dan ramah lingkungan. Sebuah kota yang memenuhi kebutuhan penduduk, juga para wisatawan.
Dalam koridor pembangunan kota hijau, termasuk pula program regenerasi dan pelestarian warisan budaya ataupun alam. Ini merupakan aset penting yang menjadi sandaran pariwisata perkotaan. Kota hijau turut ditopang dengan penyediaan ruang terbuka hijau dan tempat rekreasi terjangkau, serta dekat hunian ataupun tempat kegiatan rutin publik.
Trik dan tip
Dalam risetnya yang dipublikasikan pada Mei 2020, Tripadvisor menyatakan ada lima tahap pemulihan industri pariwisata dunia. Setelah mengalami penurunan tajam, geliat bisnis pariwisata mencapai titik terendahnya atau nyaris terhenti di saat warga dunia dipaksa menyukseskan ajakan ”di rumah saja” demi menghadang penularan wabah yang mengancam nyawa. Tahap selanjutnya, ketika penularan berkurang jauh, tempat usaha mulai dibuka, orang-orang memberanikan diri bersantap di restoran atau menyambangi mal terdekat untuk ”cuci mata” dan berbelanja.
Jika pandemi berhasil dikendalikan dengan baik, salah satu indikatornya minimnya penambahan kasus positif atau tidak ada berdasarkan pengetesan dan penelusuran kasus secara masif, barulah bisnis pariwisata kembali bergejolak. Gejolak awal ditandai pilihan berlibur ke obyek wisata domestik, bisa dalam satu negara atau wilayah tertentu saja. Tahap pemulihan terakhir yang menunjukkan pandemi total bisa dikendalikan adalah dibukanya penerbangan antarnegara dan pariwisata internasional berdenyut kembali.
Kenyataannya, tahap demi tahap itu tidak mulus dilalui. Akibat pengendalian yang belum bisa total dilakukan pemerintah dan masyarakat, sering kali kita berkutat di tahap tertentu tanpa bisa bergerak lebih baik. Pada Januari 2021 ini, misalnya, penerbangan internasional kembali ditutup seiring adanya temuan varian baru virus korona jenis baru. Untuk itu, WHO menegaskan bahwa yang terpenting adalah memastikan kesehatan publik terlindungi baru menggapai hal lain, seperti pemulihan ekonomi.
Baca juga : Era Baru Membangun Infrastruktur Perkotaan
Melihat kondisi yang tidak pasti ini, senada dengan rujukan UNWTO tentang wisata kota, Tripadvisor menyarankan agar wisata domestik yang digenjot.Wisata domestik bisa merujuk pada tujuan berlibur di dalam satu wilayah negara atau bisa juga merujuk pada tingkat lokal yang lebih kecil untuk masyarakat setempat saja.
Wisata domestik bisa merujuk pada tujuan berlibur di dalam satu wilayah negara atau bisa juga merujuk pada tingkat lokal yang lebih kecil untuk masyarakat setempat saja.
Hal ini dapat memperkecil kesempatan bepergian jauh dan membuat pergerakan warga di suatu kota atau kawasan tertentu terbatas di area lokal tersebut sehingga menekan persinggungan dengan kelompok masyarakat lain yang berarti menekan risiko penularan penyakit. Yang pasti wisata luar ruang, terlebih di alam bebas, disebut menjadi primadona baru tujuan berlibur kaum urban.
Pelaku bisnis wisata pun didesak kian kreatif menciptakan lokasi dan atraksi wisata menarik dan berbeda, yang membuat pengunjung dapat bersenang-senang melepas kepenatan dengan tetap saling menjaga jarak aman. Pengelola area hiburan bersama calon turis sama-sama membutuhkan transparansi data terkait kepentingan kesehatan dan keamanan mereka. Lalu, mengembangkan sistem pendataan yang memudahkan pengecekan dan penelusuran kontak erat.
Tren wisata massal yang terbiasa menyedot ribuan orang dalam satu waktu di suatu tempat tertentu perlu dibekukan. Tripadvisor menyarankan agar jangan ragu berbagi pengalaman dan harapan tentang bagaimana keinginan seseorang atau keluarga untuk berwisata. Hal-hal ini menjadi masukan bagi pengelola wisata mengembangkan ide-ide baru. Tawaran paket wisata untuk grup kecil menjadi alternatif menjanjikan di masa paceklik akibat pagebluk ini.
Tiga semboyan
Berkenaan dengan perilaku berwisata, warga urban pendamba liburan nyaman aman sehat bisa kembali meneguhkan esensi bervakansi, yakni kebahagiaan. Demi mencapai tujuan mendasar itu, tak ada salahnya mencatut semboyan para pencinta alam, khususnya para penelusur gua. Tiga semboyan yang bisa diadopsi para petualang urban saat berlibur yaitu tidak mengambil apa pun di lokasi wisata kecuali rekaman gambar, tidak meninggalkan apa pun selain jejak kaki, dan tidak membunuh apa pun kecuali waktu.
Tiga semboyan yang bisa diadopsi para petualang urban saat berlibur yaitu tidak mengambil apa pun di lokasi wisata kecuali rekaman gambar, tidak meninggalkan apa pun selain jejak kaki, dan tidak membunuh apa pun kecuali waktu.
Semboyan itu selaras dengan tuntutan pariwisata berkelanjutan. Bagaimanapun, alam merupakan hasil dari proses ribuan bahkan jutaan tahun. Untuk dapat menikmati tanpa merusaknya, perlu menumbuhkan rasa hormat dan sayang atas karya besar Sang Pencipta itu. Berwisata demi kesehatan jiwa akan membuat kita mengoptimalkan waktu menikmati keberadaan diri di obyek wisata, bukan sibuk dengan gawai untuk mengunggah status di media sosial.
Baca juga : Hiperlokal dan Urgensi Pembangunan Kota Digital
Dengan meluangkan waktu dan membelanjakan sejumlah uang saat berlibur bukan berarti lokasi wisata itu menjadi milik kita. Di obyek tersebut, semua orang sama pentingnya dengan semua makhluk dan masyarakat setempat yang telah ada di sana sebelum para turis berkunjung. Sungguh diperlukan mawas diri, tahu hak dan kewajiban diri agar tidak merugikan masyarakat setempat dan lingkungannya, juga wisatawan lain.
Jadi, bervakansi sehat di 2021 sembari mencegah meluasnya pandemi dan memutar kembali roda perekonomian bukanlah mustahil. Syaratnya, semua pihak mau berubah dan beradaptasi dengan aturan baru. Selamat Tahun Baru!