Ragunan Tutup hingga Batas Waktu yang Belum Ditentukan
Terus melonjaknya kasus positif Covid-19 bisa jadi merupakan salah satu pertimbangan pimpinan Taman Margasatwa Ragunan untuk menutup sementara tempat tersebut.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tempat-tempat wisata berkonsep taman di Jakarta tutup pada 25 dan 31 Desember 2020 serta 1 Januari 2021 guna membantu menekan laju pertambahan kasus Covid-19. Namun, di saat obyek-obyek lain buka kembali Sabtu (2/12/2021) ini, Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta Selatan masih tutup hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Penutupan bahkan sudah berlangsung sejak Rabu (30/12/2020). Pantauan pada Sabtu, petugas keamanan berjaga di depan gerbang Ragunan dan memberi tahu calon pengunjung yang datang ke sana bahwa kebun binatang itu masih tutup.
Kepala Unit Pengelola Ragunan Ketut Widarsana mengatakan, kebijakan itu merupakan arahan dari pimpinannya, tetapi ia tidak mendapatkan arahan terkait informasi tentang alasan yang mendasarinya. ”Maka, yang saya sampaikan ke teman-teman media juga baru sebatas itu,” ucap dia saat dihubungi.
Namun, menurut Ketut, terus melonjaknya kasus positif Covid-19 bisa jadi merupakan salah satu pertimbangan pimpinan Ragunan menutup sementara Taman Margasatwa tersebut. ”Nanti kalau buka kembali, akan kami informasikan,” ujarnya.
Nanti kalau Ragunan buka kembali, akan kami informasikan. (Ketut Widarsana)
Ketut menuturkan, sebelumnya Ragunan berencana untuk tutup sesuai arahan terhadap tempat-tempat wisata ruang terbuka di Jakarta, yakni hanya pada 25 dan 31 Desember serta 1 Januari. Dasarnya, Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 64 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pengendalian Kegiatan Masyarakat dalam Pencegahan Covid-19 di Masa Libur Hari Raya Natal 2020 dan Tahun Baru 2021.
Selain itu, Seruan Gubernur DKI No 17/2020 tentang Pengendalian Kegiatan Masyarakat dalam Pencegahan Covid-19 pada Masa Natal-Tahun Baru, serta Surat Edaran Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI No 38/2020.
Ketut mengakui, penutupan Ragunan pada libur Natal, dilanjutkan dengan mulai 30 Desember hingga batas waktu yang belum ditentukan, merupakan pengorbanan besar bagi tempat wisata yang salah satu sumber pemasukan andalannya dari penjualan tiket masuk.
Sebagai gambaran, setiap hari libur nasional termasuk libur Tahun Baru 1 Januari, pengunjung Ragunan rata-rata 160.000 orang dalam satu hari. Sebelum pandemi, pengunjung pada Sabtu umumnya 15.000-20.000 orang sehari dan di hari Minggu 40.000-50.000 orang sehari.
Adapun Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta Timur dan Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta Utara sudah beroperasi lagi Sabtu ini. Meski demikian, pengorbanan para pengelolanya juga besar akibat penutupan pada 25 dan 31 Desember serta 1 Januari.
Suseno, Kepala Bagian Humas dan Promosi TMII, mengatakan, pengunjung TMII setiap 31 Desember rata-rata 70.000 orang karena banyak di antara mereka yang menyambut Tahun Baru di sana.
Department Head Corporate Communication Ancol Rika Lestari menyebutkan, Ancol normalnya dikunjungi rata-rata 120.000 orang pada 31 Desember, yang sebagian besar biasanya memadati kawasan pantai saat malam pergantian tahun untuk menonton pertunjukan kembang api.
”Kami intinya yang penting sehat terlebih dahulu. Ini dedikasi kami mendukung pemerintah,” kata Rika.
Kami intinya yang penting sehat terlebih dahulu. Ini dedikasi kami mendukung pemerintah. (Rika Lestari)
Suseno menambahkan, berdasarkan data hingga siang, jumlah pengunjung TMII pada 2 Januari 4.606 orang. ”Harapan kami untuk tahun 2021 ini, semoga Covid-19 cepat sirna dari Indonesia karena itu sangat memengaruhi perkembangan perekonomian,” ucapnya.
Di Ancol, terdapat 21.000-an pengunjung hingga pukul 14.00 pada Sabtu. Jumlah tersebut masih jauh dari batas maksimal jumlah pengunjung yang boleh masuk Ancol, yakni 60.000 orang atau 50 persen dari daya tampung tertingginya.
Selain berdampak pada pendapatan pengelola tempat wisata, penutupan selama tiga hari ”emas” dalam masa libur Natal dan Tahun Baru juga memukul para pedagang di dalam atau dekat Ragunan, TMII, dan Ancol. Apalagi, mereka juga kurang beruntung pada Tahun Baru 2020 setahun sebelumnya akibat hujan yang berlanjut banjir.
Penjual es cendol di TMII, Waluyo (35), misalnya, pada Tahun Baru 2019 dua tahun silam bisa menjual 120 gelas es cendol dalam sehari. Di tahun-tahun sebelumnya lebih banyak lagi, yakni 150-170 gelas sehari.
Pada libur Tahun Baru 2020, Waluyo memilih tidak berjualan karena yakin TMII sepi akibat banjir. Tahun baru 2021, ia terpaksa tidak berjualan lagi dan melepas potensi penjualan ratusan gelas es cendol akibat pandemi. ”Jadi, sudah dua tahun ini tidak merasakan tahun baruan,” katanya.