Ruang Publik Dibatasi, Tahun Baru Spesial di Rumah Saja
Ruang publik dan fasilitas umum di Ibu Kota masih diramaikan masyarakat jelang pergantian tahun 2021. Namun, rumah akan tetap menjadi pilihan utama untuk merayakan malam Tahun Baru.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ruang publik dan fasilitas umum di Ibu Kota masih diramaikan masyarakat jelang pergantian tahun 2021. Namun, dengan aturan pembatasan keramaian serta kesadaran untuk mencegah penularan infeksi Covid-19, rumah akan tetap menjadi pilihan utama untuk merayakan malam Tahun Baru.
Rabu (30/12/2020), beberapa pusat perbelanjaan yang didatangi Kompas, seperti Senayan Park di Jakarta Pusat dan Pusat Grosir Cililitan (PGC) di Jakarta Timur, cukup ramai didatangi masyarakat. Suasana liburan terlihat dari pengunjung yang sebagian besar keluarga dengan anak-anak dan lansia.
Bazar makanan di Senayan Park, misalnya, menjadi salah satu lokasi yang didatangi Anggraeni Fatma (34) bersama suami dan dua anaknya. Lokasi bazar yang berada di luar ruangan dan bersebelahan dengan telaga buatan membuat mereka tidak terlalu khawatir dengan risiko penularan Covid-19.
”Selain karena penasaran dengan mal baru ini, kami ke sini sekarang karena mumpung masih hari kerja. Kalau besok atau hari pertama tahun baru takutnya ramai. Jadi, nanti mending di rumah aja,” ujarnya.
Anggraini menyadari betul adanya risiko keluarganya bisa tertular atau menularkan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Oleh karena itu, ia setuju dengan arahan pemerintah untuk di rumah saja selama libur pergantian tahun.
Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membatasi waktu operasional tempat hiburan sampai pukul 19.00 pada 31 Desember 2020 dan 1 Januari 2021. Tidak hanya itu, perayaan malam Tahun Baru juga dilarang dilakukan di kawasan terbuka seperti di silang Monas, Bundaran Hotel Indonesia (HI), kawasan Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, termasuk hotel dan restoran.
Untuk itu, warga seperti Laeli (49), yang ditemui di mal sama, memanfaatkan kesempatan cutinya hari ini untuk membawa anak dan keponakan kecilnya keluar rumah. Namun, besok dan awal 2021, ia memastikan mereka di rumah saja. Sebuah rencana perayaan Tahun Baru spesial kali ini pun sudah ia siapkan bersama keluarganya.
”Sekarang enggak terlalu susah untuk minta mereka di rumah aja karena mereka sudah terbiasa. Tapi, supaya mereka lebih ceria, rencananya kita mau barbekuan di rumah sama sediakan permainan buat keluarga,” ujarnya.
Sementara itu, Femmy, perantau yang belum bisa kembali ke kampung halaman, masih kecewa dengan pembatasan waktu operasional di pusat perbelanjaan dan penutupan tempat wisata. Pekerja lepas itu mengaku sangat membutuhkan ruang publik seperti itu untuk nongkrong bersama teman, seperti yang ia lakukan di PGC hari ini.
”Tapi, kalau semua ditutup cepat dua hari mendatang mau gimana lagi. Mau numpang sama keluarga temen juga enggak enak karena takut dicurigain bawa virus,” ujar pemuda 26 tahun tersebut yang mengaku belum pernah menjalani tes Covid-19.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan berharap agar warga mendukung kebijakan pemerintah untuk mengurangi mobilitas, setidaknya selama pergantian tahun. Hal ini agar tujuan pemerintah mengurangi jumlah warga yang terinfeksi dapat tercapai.
”Tahun Baru ini adalah tahun baru yang spesial. Untuk itu, kita harus membuat diri kita spesial. Perhatikan kesehatan diri agar tahun depan kita bisa sehat dan tetap beraktivitas. Jadi, sama-sama menjaga diri agar tidak menambah beban bagi siapa pun,” katanya saat dihubungi.
Ia pun mengingatkan agar masyarakat tetap menjalani 3M plus 1M, yaitu kebiasaan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, ditambah mengurangi rokok. Mengurangi rokok dinilai penting karena perokok lebih mudah terinveksi virus Covid-19 yang menyerang saluran napas dan meningkatkan risiko penyakit berat.
Selain itu, jika hendak mengundang orang lain ke rumah, baik keluarga maupun teman, ia menyarankan agar masyatakat bisa saling menjaga diri. Pasalnya, kerumunan yang ditimbulkan tetap berpotensi meningkatkan risiko penularan karena tidak semua masyarakat pernah mengakses tes Covid-19.
Apalagi, pelacakan kontak berisiko dari satu pasien terinfeksi Covid-19 di Jakarta masih 1 banding 10 orang. Jumlah rerata ini masih jauh dari kebijakan Kementerian Kesehatan untuk melacak 30 orang dari 1 pasien terinfeksi.
”Jadi, walau kita hanya mengundang saudara kita untuk merayakan Tahun Baru, kita harus tetap sama-sama menjaga. Tinggal di rumah saja jadi pilihan terbaik di hari spesial ini,” pungkas Ede.
Tetap ketat
Berbagai kebijakan pemerintah untuk membatasi kerumunan sejak Natal tahun ini dinilai telah membuat minat kunjungan masyarakat ke pusat keramaian di akhir tahun berkurang. Bagaimanapun, pengamanan dan pengawasan tetap akan dijalankan, bahkan diperketat.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan, menurut laporan 82 anggotanya, rata-rata jumlah kunjungan ke mal sampai akhir tahun ini mencapai 40 persen atau kurang dari 50 persen sesuai aturan pembatasan kapasitas kunjungan selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.
”Dengan adanya pembatasan jam tutup sampai pukul 7 malam, ini memberikan pengaruh dan membuat masyarakat enggan ke mal. Jadi, tidak perlu ada kekhawatiran mal akan padat pada akhir tahun,” ujarnya.
Sejauh ini, mal di Jakarta diakui tidak pernah menjadi kluster penyebaran Covid-19. Pasalnya, pengontrolan berlapis diterapkan kepada setiap pengunjung dan karyawan sejak masuk pusat perbelanjaan hingga ketika masuk ke gerai peritel.
Selain menyediakan fasilitas untuk mengukur suhu, cuci tangan, dan jaga jarak, banyak mal juga menyediakan alat otomatisasi dan sistem sanitasi yang mutakhir. Tidak hanya itu, selama ini mal juga dinilai tetap menjalankan pengawasan ketat melalui petugas keamanan dan satuan tugas penanganan Covid-19 internal.
Pengawasan juga akan tetap dilakukan di tempat wisata di Jakarta yang akan tutup selama libur pergantian tahun. Department Head Corporate Communication PT Taman Impian Jaya Ancol Rika Lestari mengatakan, Ancol akan tetap melakukan pengamanan dan pengawasan, baik di dalam maupun di luar kawasan.
Terlebih, karena beberapa fasilitas di kawasan wisata Ancol masih akan bisa dimanfaatkan masyarakat, seperti penginapan Putri Duyung Resort, dermaga Marina Ancol, dan kawasan wisata di Kepulauan Seribu yang dikelola Ancol.
”Fasilitas-fasilitas yang masih tetap beroperasi akan diawasi. Perayaan yang menimbulkan kerumunan tidak boleh karena tempat seperti hotel itu betul-betul hanya untuk menginap,” tegasnya.
Bahkan, akses masyarakat untuk masuk ke Ancol sendiri kini juga semakin diperketat dengan tidak memberi kesempatan pengunjung membeli tiket secara offline. ”Kalau ke Ancol, semua sekarang sudah harus beli tiket secara online sehingga tidak ada kerumunan antrean,” imbuhnya.