Keterbatasan tempat tidur pasien Covid-19 memaksa Pemerintah Kota Tangerang Selatan menjadikan puskemas sebagai lokasi transit sebelum pasien bisa dirujuk ke rumah sakit.
Oleh
I Gusti Agung Bagus Angga Putra/Stevanus Ato
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (29/12/2020), memutuskan menjadikan tujuh puskesmas sebagai lokasi transit bagi pasien Covid-19 yang belum mendapatkan ruang perawatan di rumah sakit rujukan. Kondisi itu terjadi setelah seluruh rumah sakit rujukan yang ada di Tangerang Selatan hampir penuh dan tidak mampu lagi menampung pasien.
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengatakan, Tangerang Selatan kembali dinyatakan masuk zona merah penyebaran Covid-19. Status itu karena penularan dan kasus kematian akibat Covid-19 di Tangerang Selatan masih terus terjadi setiap hari.
Laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Tangerang Selatan per 29 Desember 2020 menyebutkan, ada tambahan tiga korban meninggal akibat Covid-19. Dengan begitu, total jumlah korban meninggal di Tangerang Selatan sudah menembus 173 orang. Total kini ada 3.642 kasus terkonfirmasi positif.
Peningkatan kasus dan jumlah pasien membuat kapasitas 22 rumah sakit rujukan Covid-19 di Tangerang Selatan hampir penuh. Sebanyak 26 tempat tidur di ruang unit perawatan instensif (ICU) dan lebih dari 400 tempat tidur ruang high care unit (HCU) di seluruh Tangerang Selatan telah terisi. Demikian pula dengan Rumah Lawan Covid-19 yang menjadi lokasi isolasi mandiri terpusat yang kondisinya juga hampir penuh.
Tangerang Selatan kembali dinyatakan masuk zona merah penyebaran Covid-19. Status itu karena penularan dan kasus kematian akibat Covid-19 di Tangerang Selatan masih terus terjadi setiap hari.
Untuk menambah daya tampung ruang perawatan, kini disiapkan tujuh puskesmas sebagai lokasi transit bagi pasien Covid-19 yang belum mendapat ruang perawatan di rumah sakit rujukan. ”Puskesmas kami jadikan tempat transit sebelum pasien dirujuk ke fasilitas layanan Covid-19 khusus,” ujar Benyamin.
Ketujuh puskesmas tersebut adalah Puskesmas Pamulang, Puskesmas Kampung Sawah, Puskesmas Pondok Ranji, Puskesmas Pondok Betung, Puskesmas Kranggan, Puskesmas Lengkong Wetan, dan Puskesmas Pondok Jagung. Karena dijadikan lokasi transit, untuk sementara ketujuh puskesmas itu tidak melayani pasien rawat jalan, persalinan, dan rawat inap. Layanan akan dialihkan ke puskesmas lain yang lokasinya dekat.
Benyamin mengungkapkan, Pemerintah Kota Tangerang Selatan masih berupaya menambah kapasitas dan jumlah rumah sakit rujukan. Namun, pemerintah kesulitan karena rumah sakit lain juga tidak memiliki ruangan perawatan lagi.
”Kesulitan kami menambah rumah sakit rujukan karena kamarnya penuh. Rumah sakit bukan hanya menangani Covid-19, melainkan ada penyakit lain juga yang harus ditangani,” katanya.
Dihubungi terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Deden Deni mengatakan, di setiap puskesmas yang menjadi lokasi transit akan disediakan 10 tempat tidur untuk menampung pasien Covid-19 bergejala sedang. Pertimbangan menjadikan puskesmas sebagai lokasi transit salah satunya agar pasien bisa segera mendapatkan pertolongan pertama.
Aktifkan rumah sakit tipe D
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, Pemerintah Kota Bekasi akan menambah ruang perawatan pasien Covid-19 di salah satu rumah sakit tipe D di wilayah Kecamatan Bekasi Utara. Selain itu, pemerintah daerah juga berencana menambah 50-75 tempat tidur perawatan di Rumah Sakit Darurat Stadion Patriot Candrabhaga.
”Kami punya rumah sakit tipe D di Bekasi Utara. Sudah selesai (persiapan) akan segera kami isi,” kata Rahmat.
Berdasarkan data Satuan Tugas Covid-19 Kota Bekasi, keterisian tempat tidur perawatan pasien Covid-19 di berbagai rumah sakit di daerah itu mencapai 1.278 pasien atau tersisa 242 tempat tidur yang belum terpakai. Selain itu, dari 81 ruang ICU yang tersedia, 73 tempat tidur sudah terpakai.
Di tengah keterbatasan ruang perawatan, kasus Covid-19 di Kota Bekasi masih terus meningkat. Hingga Selasa, akumulasi kasus Covid-19 mencapai 15.009 kasus. Rinciannya, 813 kasus dalam perawatan, 13.952 kasus sembuh, dan 244 kasus meninggal.
Menurut Rahmat, kasus Covid-19 di Kota Bekasi yang kian meningkat tersebut tak bisa dihindari karena Bekasi atau Jabodetabek merupakan daerah episentrum penularan Covid-19. ”Yang bisa kami lakukan sekarang memperbanyak fasilitas kesehatan, memperkuat layanan kesehatan, dan menyediakan alat tes. Kami punya 5.000 alat tes cepat antigen dalam rangka persiapan tahun baru,” ujar Rahmat.
Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Seluruh Indonesia (ARSSI) Kota Bekasi Eko Nugroho menambahkan, ruang perawatan pasien Covid-19 di Kota Bekasi paling banyak tersebar di rumah sakit swasta. Sejauh ini, ruang isolasi yang masih tersedia rata-rata hanya ada di rumah sakit besar.
”Misalnya di rumah sakit besar, ada 125 tempat tidur, maka yang tersisa paling hanya lima tempat tidur. Jadi praktis sudah susah mencari tempat perawatan untuk yang membutuhkan,” kata Eko.
Keterbatasan itu juga termasuk ruang perawatan ICU. Di Kota Bekasi, setiap hari ruang ICU yang tersedia dan siap digunakan hanya ada pada kisaran 6-10 ruangan ICU.
Eko menambahkan, di Kota Bekasi, berdasarkan data ARSSI Kota Bekasi, pasien dengan kategori merah atau yang kondisinya memburuk dan sewaktu-waktu membutuhkan ruang ICU cukup tinggi mencapai 306 pasien. Sementara pasien dengan kategori kuning ada 620 pasien dan pasien kategori hijau ada 303 orang.
”Pasien kategori merah yang membutuhkan ventilator. Saat ini yang merah itu sewaktu-waktu membutuhkan ruangan ICU,” ujar Eko.