Penumpang Bus di Terminal Pulo Gebang Bisa Tes Antigen Gratis
Calon penumpang yang hendak berangkat di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, bisa mendapatkan fasilitas tes cepat antigen gratis. Namun, tes gratis ini hanya tersedia sampai pukul 12.00.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penumpang bus antarkota antarprovinsi di Terminal Pulo Gebang, Jakarta, yang tidak memiliki surat keterangan sehat atau surat hasil negatif Covid-19 memiliki dua pilihan. Pertama, mereka bisa mengikuti tes cepat antigen gratis. Namun, tes gratis ini dibatasi sampai pukul 12.00. Apabila tak bisa mengikuti tes secara gratis, calon penumpang bisa ikut tes cepat antigen berbayar di lantai satu terminal dengan biaya Rp 150.000.
Dua penumpang tujuan Palembang, Sumatera Selatan, Zakaria (52) dan Bahrang (44), tiba di pos pemeriksaan dokumen Terminal Pulo Gebang, Senin (28/12/2020) pukul 14.00. Karena tidak mengantongi surat keterangan sehat atau surat hasil negatif Covid-19, petugas menyuruh mereka ke lantai dua terminal untuk mengikuti tes cepat antigen gratis.
Tiba di lantai dua, lokasi tes cepat antigen sudah tutup. Menurut petugas terminal, Loona, tes cepat antigen gratis dibatasi dari pagi hingga pukul 12.00. Setelah itu, penumpang bisa menggunakan layanan tes cepat antigen berbayar di lantai satu.
Terkait pembatasan tes cepat antigen gratis, Kepala Unit Pengelola Terminal Terpadu Pulo Gebang Bernad Octavianus menjelaskan, kebijakan itu dipilih karena kapasitas tenaga kesehatan terbatas. ”Banyak yang kena Covid-19. Cuma satu regu yang bisa masuk. Makanya kami batasi sampai pukul 12.00,” ujarnya.
Terminal Pulo Gebang mendapat 800 unit tes cepat antigen. Tes cepat antigen gratis diberikan oleh Satuan Tugas Covid-19. Tujuannya untuk pemeriksaan acak terhadap penumpang dan sopir bus. Tes cepat antigen gratis dilakukan sejak Selasa (22/12/2020).
Karena layanan tes cepat gratis tak lagi tersedia pada Senin siang, Zakaria dan Bahrang menuju lantai satu untuk menjalani tes cepat antigen berbayar. Sebelumnya, mereka tak mengetahui aturan ini. Mereka tinggal di lokasi proyek dan tak ada televisi di tempat itu. ”Kami enggak tahu. Kalau tahu, kami pasti sudah tes sejak kemarin,” kata Zakaria.
Banyak yang kena Covid-19. Cuma satu regu yang bisa masuk. Makanya kami batasi sampai pukul 12.00.
Mereka mengaku tak keberatan dengan aturan ini. Pria yang bekerja sebagai buruh bangunan di Bekasi, Jawa Barat, ini tak ingin perjalanan ke Palembang terganggu lantaran syarat keberangkatan tak lengkap.
Selain Zakaria dan Bahrang, penumpang tujuan Bondowoso, Jawa Timur, Fitriyadi (53), juga ikut tes cepat antigen berbayar. Dia sudah tahu aturan ini sebelum berangkat ke terminal. Setibanya di terminal, Fitriyadi tak langsung membeli tiket. Dia ikut tes cepat antigen dulu di lantai satu. ”Sudahlah, ini, kan, aturan untuk kebaikan kita juga. Lebih baik ikut saja,” katanya.
Ada dua petugas tes cepat antigen di lantai satu, Hari dan Widi. Hari mengurus administrasi, sementara Widi mengambil sampel lendir hidung.
Hari menjelaskan, layanan tes antigen berbayar sudah ada sejak 23 Desember lalu. Pada hari pertama, pihaknya juga menyediakan tes cepat antibodi. ”Karena banyak tes cepat antibodi yang hasilnya reaktif, akhirnya pihak terminal memutuskan untuk menggunakan tes cepat antigen saja biar hasilnya akurat. Jadi, dari tanggal 24 Desember hingga sekarang, kami hanya menyediakan tes cepat antigen,” jelasnya.
Beroperasi kurang lebih satu minggu, menurut Hari, ada dua penumpang positif setelah dites dengan tes cepat antigen. Penumpang pertama yang mengikuti tes pada 24 Desember lalu protes dan ingin meminta tes ulang. ”Kami enggak kasih. Kalau dites pun hasilnya tetap sama, makanya kami serahkan hasil tesnya ke pihak terminal agar yang bersangkutan dilarang naik bus,” tambahnya.
Kemarin, menurut dia, ada satu penumpang dengan hasil positif setelah dites dengan metode tes cepat antigen. Penumpang itu membawa tiga anggota keluarga.
”Penumpang yang kemarin ini sebenarnya sedang menjalani masa penyembuhan setelah dinyatakan positif Covid-19. Keluarganya pun juga sudah tahu. Namun, masih nekat juga berangkat. Kalau tak ikut tes, bisa jadi berpotensi menularkan Covid-19 ke orang satu bus itu,” katanya.
Karena banyak tes cepat antibodi yang hasilnya reaktif, akhirnya pihak terminal memutuskan untuk menggunakan tes cepat antigen saja biar hasilnya akurat. Jadi, dari tanggal 24 Desember hingga sekarang, kami hanya menyediakan tes cepat antigen.
Keterangan dari petugas layanan tes cepat antigen ini menunjukkan pentingnya penapisan di terminal. Selama ini syarat keberangkatan penumpang dalam masa pandemi Covid-19 di terminal terbilang longgar dibandingkan stasiun ataupun bandara.
Di bandara, penumpang bandara wajib melampirkan hasil tes cepat antigen. Sementara di terminal masih boleh menggunakan surat sehat. Terkait hal ini, manajemen terminal menyatakan, Surat Edaran Gugus Tugas Covid-19 terbaru hanya mengimbau penumpang moda darat untuk melampirkan hasil tes cepat antigen. Jadi, mereka menggunakan standar paling bawah dengan memberikan opsi surat keterangan sehat untuk penumpang yang ingin keluar Jakarta.
Kompas mencatat, operator bus AKAP juga bisa mengakali aturan selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat di Jakarta. Ketika PSBB ketat, orang yang masuk dan keluar Jakarta harus mengurus surat izin keluar masuk (SIKM). Agen tiket pun bersiasat dengan membawa penumpang tanpa SIKM ke pul bus terdekat, lalu penumpang dengan leluasa naik bus dari pul tersebut. Ini jadi celah operator bus untuk mengangkut penumpang tanpa SIKM (Kompas, 29/6/2020).