Tak Ada Tempat Pembuangan Sementara, Sampah di Ciledug Dibuang di Median Jalan
Kecamatan Ciledug di Kota Tangerang tersandera persoalan sampah yang selalu dibuang di median jalan. Ketiadaan TPS mendorong warga melakukan kebi.asaan tersebut
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Deretan sampah terbungkus kantong plastik berjejer di median Jalan Raden Fatah, Sudimara Selatan, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Senin (21/12/2020). Pemandangan tersebut merusak estetika kota dan menimbulkan bau tak sedap. Kebiasaan warga membuang sampah di median jalan itu salah satunya terbentuk karena tiadanya tempat pembuangan sampah sementara di sekitar sana.
Pengendara yang melintas di sepanjang Jalan Raden Fatah pada pagi hari hampir pasti akan menemui pemandangan berupa sampah plastik berjejer di median jalan. Seiring matahari yang mulai meninggi, petugas kebersihan akan mengangkut sampah-sampah itu. Menjelang tengah hari, hanya tersisa beberapa kantong plastik sampah yang masih tertinggal karena baru dibuang oleh warga sekitar.
Menurut penuturan Agus (60), seorang warga Sudimara Selatan, sampah-sampah mulai dibuang warga sejak pukul 21.00 dan kian banyak menjelang subuh. Mereka biasanya mengendarai sepeda motor, mobil, atau sepeda sambil menenteng kantong plastik berisi sampah rumah tangga.
”Selain warga sini, banyak warga Tangerang Selatan yang ikut-ikutan buang sampah,” kata Agus.
Kebiasaan membuang sampah di median jalan itu, kata Agus, memberikan kesan buruk buat estetika atau keindahan Kota Tangerang. Selain itu, deretan sampah setiap pagi menimbulkan bau tidak sedap.
Pihak kelurahan dan kecamatan, ujar Agus, bukannya tak berbuat apa-apa. Beberapa kali pihak kelurahan bersama warga mengadakan razia dan menangkap basah warga yang kedapatan membuang sampah di median jalan. Setelah diberi peringatan, warga sempat berhenti membuang sampah di median jalan. Namun, selang dua atau tiga hari kemudian, mereka kembali mengulangi perbuatannya.
Soal mengapa sampah dibuang di median jalan dan bukan di tepi jalan, Agus mengatakan, lebih praktis bagi warga membuang sampah di median jalan.
”Karena, kalau di tepi jalan itu kadang suka kehalang sama pedagang kaki lima sehingga tidak terangkut petugas kebersihan,” kata Agus.
Lurah Sudimara Selatan Junaidi menjelaskan, kebiasaan warga membuang sampah di median jalan sudah berlangsung sejak 2018. Sebelum itu, warga kerap membuang sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) yang berlokasi tak jauh dari Asrama Ciledug. Setelah TPS tersebut ditutup, warga kebingungan karena tak lagi memiliki pilihan lokasi untuk membuang sampah.
Hingga akhirnya warga melihat pedagang di Pasar Lembang, Ciledug, yang memang sedari dulu punya kebiasaan meletakkan sampah pasar di median jalan. Kebiasaan itu yang kemudian diikuti warga sekitar.
”Sampah tengah jalan yang semula hanya diisi sampah pasar kemudian jadinya bertambah banyak, bercampur dengan sampah rumah tangga yang dibawa warga,” kata Junaidi.
Beberapa upaya sempat dilakukan Junaidi untuk menghalangi warga membuang sampah di median jalan. Salah satunya dengan meletakkan pot tanaman hias di median jalan. Pot-pot tanaman hias itu memenuhi median jalan sehingga warga tidak bisa membuang sampah.
Kebiasaan warga membuang sampah di median jalan sudah berlangsung sejak 2018. Sebelum itu, warga kerap membuang sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) yang berlokasi tak jauh dari Asrama Ciledug. Setelah TPS tersebut ditutup, warga kebingungan karena tak lagi memiliki pilihan lokasi untuk membuang sampah.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, pot-pot tanaman hias itu berkurang. Penyebabnya karena tersenggol kendaraan yang melintas dan kurang terawat sehingga tanaman mati kekeringan. Setelah pot tanaman berkurang, warga kembali membuang sampah di median jalan.
Hingga kini Junaidi mengaku hampir kehabisan akal untuk mengatasi persoalan kebiasaan warga membuang sampah. Apa yang bisa ia lakukan hanya mengimbau warga untuk meningkatkan kesadaran terhadap kebersihan lingkungan.
”Tapi, saya masih mencoba merundingkan dengan camat, apakah masih bisa untuk kami membangun TPS di sekitar sini,” ucapnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Dedi Suhada mengatakan, ide untuk membangun sebuah TPS di Ciledug hampir pasti tak akan bisa terlaksana. Alasannya, keberadaan TPS tak bisa menunjang estetika kota. Apalagi Jalan Raden Fatah merupakan kawasan pertokoan dan termasuk jalur protokol yang cukup strategis sebagai pusat perdagangan dan bisnis.
Sebagai gantinya, Dedi berencana menerapkan sistem pembuangan sampah secara transit. Di sistem tersebut akan coba dicapai kesepakatan antara warga, kepala lingkungan, dan pemerintah terkait dengan jadwal pembuangan dan lokasi peletakkan sampah untuk diangkut.
”Asalkan jangan (sampah) dibuang di tengah jalan. Kita sepakati di mana warga meletakkan sampahnya untuk kemudian diambil sama petugas. Mengenai lokasinya masih dibicarakan dengan kepala lingkungan dan juga warga,” tutur Dedi.
Cikupa
Situasi serupa terjadi di depan Pasar Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten. Sampah pasar terbungkus kantong plastik bertebaran di median jalan. Menurut Camat Cikupa Abdullah, sampah tersebut dibuang oleh pedagang di Pasar Cikupa. Menurut Abdullah, pemerintah telah menyediakan tempat pembuangan sampah sementara yang berlokasi di belakang pasar.
”Mereka cenderung lebih senang membuang sampah di tengah jalan depan pasar karena alasan kepraktisan. Bisa langsung diangkut petugas sampah,” katanya.
Deretan sampah dalam kantong plastik itu muncul setiap pagi jelang tengah hari. Sampah akan diangkut petugas kebersihan sebelum pukul 08.00. Abdullah mengatakan, pihaknya kini berusaha menumbuhkan kesadaran para pedagang agar tak membuang sampah di median jalan. Mereka diarahkan untuk membuang sampah di tempat yang telah disediakan, yaitu di TPS belakang pasar.