Minat warga membeli kue untuk perayaan Natal tidak surut meski dalam situasi pandemi Covid-19. Harga murah menjadi pemicu sebagian orang tetap berburu kue hingga ke pasar tradisional.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Pembeli mencoba salah satu dagangan kue di kawasan Blok III Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (22/12/2020). Beberapa hari menjelang Natal, sejumlah warga terdorong untuk tetap pergi ke pasar demi mengincar harga murah.
JAKARTA, KOMPAS — Beberapa hari menjelang Natal di tahun 2020, sejumlah warga di Jakarta kian ramai ke pasar tradisional untuk mengincar bahan kue dan kue jadi. Situasi pandemi Covid-19 tidak menyurutkan mereka untuk bepergian, terutama demi mengincar harga yang murah di pasar.
Berdasarkan pantauan Kompas sepanjang Selasa (22/12/2020), keramaian warga terlihat di toko bahan kue dan kue jadi kawasan Blok III Pasar Senen, Jakarta Pusat. Toko Kue A22 di lantai dasar Blok III, misalnya, dipadati oleh puluhan pengunjung yang membeli bermacam kue jadi sejak pagi hari.
Mira (54), warga Johar Baru, Jakarta Pusat, berkunjung ke Toko Kue A22 untuk membeli dua toples kue nastar keju dan sagu keju seharga Rp 200.000. Siang itu, Mira mendedikasikan sepanjang hari untuk membeli kue dengan harga murah dibandingkan harga paket kue yang beredar di laman belanja daring.
”Tadi saya mengincar beberapa kue toples untuk konsumsi di rumah. Saya dapat harga lumayan murah, empat toples cuma seharga Rp 200.000. Kalau langsung beli di tempat, kan, masih bisa tawar-menawar,” jelas Mira saat di lokasi, Selasa siang.
Warga memadati Toko Kue A22 di Blok III Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (22/12/2020). Beberapa hari menjelang Natal, sejumlah warga terdorong untuk tetap pergi ke pasar demi mengincar harga murah.
Selvie (39), pedagang Toko Kue A22, mengatakan penjualan kue di tokonya mulai ramai sejak pekan kedua di bulan Desember. Sebagian besar pembeli mengincar kue kering dalam toples dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 180.000. Sebagian pembeli lain mengincar camilan dengan kisaran harga Rp 30.000 hingga Rp 50.000.
Memasuki pekan ini, kue toples paling banyak diincar pembeli. Hingga Selasa siang, Selvie menyebut telah menjual tiga lusin kue toples. ”Baru masuk pekan ini, pembelian kue mulai ramai. Mungkin efek perayaan Natal masih mendorong orang buat ke pasar,” jelas perempuan ini.
Yuki (35), warga Kemayoran, Jakarta Pusat, juga mengincar harga murah untuk bahan baku kue di Blok III Pasar Senen. Dia membeli tepung terigu, keju parut, dan bubuk cokelat dalam jumlah cukup banyak seharga Rp 180.000. Dia dan keluarga berencana membuat sendiri kue untuk konsumsi dan hantaran untuk tetangga dekat.
Tadi saya mengincar beberapa kue toples untuk konsumsi di rumah. Saya dapat harga lumayan murah, empat toples cuma seharga Rp 200.000. Kalau langsung beli di tempat, kan, masih bisa tawar-menawar.
Yuki menuturkan, tujuannya belanja ke pasar juga karena urusan mendesak. Keluarganya kini cukup berhemat dan tidak pergi ke mana-mana saat libur Natal dan Tahun Baru. ”Ini beli bahan baku kue karena keluarga berencana bikin kue sendiri di rumah. Selain ke pasar, kami enggak pergi ke mana-mana lagi,” jelasnya.
Warga membeli kue jadi di sebuah toko kue kawasan Blok III Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (22/12/2020). Beberapa hari menjelang Natal, sejumlah warga terdorong untuk tetap pergi ke pasar demi mengincar harga murah.
Keramaian pengunjung
Manajer Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya Senen Yamin Pane mengatakan, mulai pekan ini memang tampak keramaian pengunjung yang membeli kebutuhan pokok. Menurut dia, pembeli bahan kue dan kue jadi kini paling mendominasi kunjungan di Blok III Pasar Senen.
Meski terlihat ramai, Yamin menilai kunjungan Pasar Senen belum pulih seperti tahun lalu. Pada momen Natal tahun lalu, hari-hari seperti ini terhitung sebagai puncak pembelian berbagai kebutuhan warga di pasar.
”Kita bersyukur karena penjualan kue masih cukup bergeliat. Mungkin juga karena ini efek menjelang hari besar Natal. Di tengah keramaian itu, kami juga berupaya menertibkan protokol kesehatan, terutama masker dan jaga jarak fisik yang kerap dilupakan orang,” kata Yamin.
Kondisi kerumunan serupa sebenarnya tidak hanya terjadi di Pasar Senen. Beberapa lokasi seperti Pasar Tanah Abang dan Pasar Asemka juga mulai ramai dengan kerumunan orang sejak Senin (21/12/2020). Protokol jaga jarak fisik relatif longgar saat tidak diawasi oleh petugas.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri sejak Senin kemarin juga mewaspadai potensi kerumunan akibat kunjungan warga di pasar tradisional. Dia mencemaskan penerapan protokol kesehatan yang mengendur pada beberapa bulan terakhir, terutama untuk wilayah pasar di Jakarta.
Warga menelusuri salah satu toko pernak-pernik Natal di Pasar Asemka, Jakarta Barat, Senin (21/12/2020). Menjelang momen perayaan Natal, warga mengincar pernak-pernik dengan harga murah untuk dekorasi di rumah.
Di Jakarta, misalnya, Abdullah menyayangkan prosedur tes untuk deteksi Covid-19 di pasar tradisional yang berhenti sejak Juli 2020. Karena kondisi itu, Ikappi tidak lagi memperbarui data pedagang yang positif Covid-19 lantaran tes bergantung pada dinas kesehatan provinsi setempat.
”Tidak semua dinas kesehatan provinsi setempat rutin melakukan tes. Tentu ini menyulitkan pendataan kami apabila ada pedagang yang sebenarnya positif Covid-19 tetapi tanpa gejala,” ucap Abdullah.
Ada banyak keterbatasan dari kami, terutama untuk penerapan jaga jarak fisik dan pemberian masker yang sudah tidak lagi berjalan. Tetapi, setiap protokol kesehatan yang berlangsung itu selalu kami evaluasi setiap pekan.
Menjelang Natal, Ikappi kini fokus mengoordinasikan anggota pedagang untuk mematuhi protokol kesehatan. Mereka menggunakan pendekatan berbasis komunitas sesuai dengan pergaulan para pedagang di pasar setempat. Hal tersebut sejauh ini dianggap cukup efektif untuk menyosialisasikan protokol kesehatan.
”Lewat cara itu, kami juga membagikan masker untuk pedagang anggota Ikappi setiap dua minggu sekali. Kami berusaha mencegah adanya kluster penularan karena kita tahu pasar jadi titik pertemuan banyak orang,” ungkap Abdullah.
Suasana di Pasar Asemka, Jakarta Barat, saat dikunjungi pada Senin (21/12/2020). Sejumlah pedagang mulai mendapat tambahan pesanan menjelang momen libur akhir tahun.
Manajer Pemasaran Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, Gatra Vaganza, memastikan penerapan protokol kesehatan di jaringan pengelolaan Pasar Jaya berlangsung maksimal. Beberapa pasar telah memasang publikasi khusus terkait penerapan protokol kesehatan, bahkan hingga memasang pengeras suara untuk pengingat bagi seluruh pengunjung pasar.
”Ada banyak keterbatasan dari kami, terutama untuk penerapan jaga jarak fisik dan pemberian masker yang sudah tidak lagi berjalan. Tetapi, setiap protokol kesehatan yang berlangsung itu selalu kami evaluasi setiap pekan,” tutur Gatra.
PD Pasar Jaya juga bergantung pada Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk pelaksanaan tes Covid-19. Adapun sejak Juli lalu, tes terhadap pedagang tidak lagi berlangsung. ”Kami menyesuaikan dengan Dinas Kesehatan, sejauh ini belum mengadakan tes lagi untuk pedagang,” ucapnya.