Aroma Tak Sedap Proyek WC Mewah di Kabupaten Bekasi
Pembangunan 488 WC sekolah di Kabupaten Bekasi yang menelan anggaran mencapai Rp 98 miliar menimbulkan pro dan kontra. Publik mempertanyakan biaya pembangunan satu toilet yang mencapai Rp 198,5 juta.
Pemerintah Kabupaten Bekasi membangun 488 toilet di satuan tingkat pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama tahun 2020. Anggaran pembangunan ratusan toilet itu mencapai sekitar Rp 98 miliar. Proyek berlabel normal baru pada masa pandemi Covid-19 itu menuai kontroversi.
Toilet dibuat dengan tujuan mencegah para siswa, guru, dan tenaga pendidik terhindar dari potensi paparan virus korona baru saat pembelajaran tatap muka efektif bergulir pada Januari 2021. Tak tanggung-tanggung, biaya yang dihabiskan untuk membangun toilet cukup fantastis, sekitar Rp 198,5 juta per unit.
Anggaran pembangunan satu toilet itu lebih tinggi daripada harga satu rumah subsidi. Di Bekasi atau Jabodetabek pada umumnya, sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 242/Kpts/M/2020, batasan maksimal harga jual rumah subsidi sebesar Rp 168 juta.
Dari penelusuran Kompas di berbagai platform daring, salah satunya di situs Dotproperty.id, harga rumah subsisidi di Kabupaten Bekasi berada pada kisaran Rp 158 juta sampai Rp 168 juta. Dari standar harga tersebut, rumah yang ditawarkan memiliki fasilitas berupa dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan luas tanah 30 meter persegi.
Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja, saat ditemui beberapa waktu lalu di SDN Karangraharja 02, Cikarang Utara, mengatakan, program pembangunan 488 toilet sekolah bertukuan untuk memastikan sanitasi layak saat kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah efektif bergulir pada Januari 2021. Pembangunan toilet sekolah merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah mencegah munculnya kluster baru Covid-19 dari satuan pendidikan.
Baca juga : Anggaran Besar Pembangunan Toilet Sekolah di Kabupaten Bekasi Dipertanyakan
Pernyataan serupa disampaikan Kepala Bidang Bangunan Negara Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Bekasi Benny Sugiarto Prawiro. Menurut dia, anggaran besar pembangunan toilet sekolah itu sudah sesuai spesifikasi dan masih dalam tahap wajar.
Hal ini karena proyek itu berbeda dengan bangunan fisik toilet pada umumnya. Sebab, toilet itu dilengkapi urinoar, toren air, septic tank biofilter, serta lima wastafel injak yang dibangun terpisah di lingkungan sekolah.
Satu toilet memiliki ukuran 3,5 meter x 3,6 meter atau seluas 12,6 meter persegi. Bangunan toilet juga dilengkapi dengan selasar sehingga luas keseluruhannya 14 meter persegi.
Sementara dari pengamatan Kompas di salah satu toilet yang dibangun di SDN Karangraharja 02, toilet itu memiliki tiga bilik. Dua bilik di antaranya masing-masing dilengkapi satu kloset jongkok bermerek American Standard. Sementara satu bilik lain dilengkapi dua urinoar bermerek Toto. Daun pintu ketiga bilik itu terbuat dari pelat alumunium.
Selain itu, di teras toilet itu terdapat dua wastafel bermerek Toto, dua cermin, dan tiga keran air wudu. Tak jauh dari bangunan toilet terdapat menara air dan septic tank. Sementara di area lingkungan sekolah terdapat lima wastafel injak.
Baca juga : Bupati Bekasi: Anggaran Rp 198,5 Juta Per Unit Toilet Sekolah Sesuai Spesifikasi
Berbagai spesifikasi dari bangunan toilet di SDN Karangraharja tersebut mirip dengan salah satu dokumen gambaran rencana pembangunan WC di SMPN 10 Tambun Selatan. Dari dokumen itu diketahui bahwa toilet itu juga dilengkapi dengan ventilasi papan kayu motif Betawi berukuran 30 cm x 3 cm.
Spesifikasi lain yang menjadi satu kesatuan dengan pembangunan toilet itu adalah lima wastafel injak yang dibangun terpisah dari bangunan toilet. Dalam dokumen itu disebutkan, wastafel tersebut dilengkapi keran injak bermotif batu alam dan terdapat tulisan ”New Normal”.
Perencanaan wajar
Menurut Benny, anggaran pembangunan toilet sekolah yang mencapai Rp 198.550.000 itu sudah sesuai spesifikasi. Tahap perencanaan juga sesuai dengan harga atau jika tanpa pajak dan keuntungan kontraktor, biaya yang dihabiskan untuk membangun satu toilet sebesar Rp 149 juta rupiah.
Setiap bangunan toilet dilengkapi selasar seluas 14 meter persegi. Sementara jika ditambah bangunan pendukung di luar toilet, luas keseluruhannya mencapai 35,8 meter persegi.
”Kami menghitung, harga satuan Kabupaten Bekasi per meter persegi bangunan tidak bertingkat dan sederhana itu adalah Rp 5,8 juta. Harga dari toilet ini, kalau dihitung dari semua komponen, masih di bawah angka standar tersebut, yaitu sekitar Rp 4,2 juta,” ujarnya.
Artinya, jika keseluruhan bangunan itu seluas 35,8 meter persegi x Rp 4,2 juta, pembangunan satu toilet bersama berbagai fasilitas pendukung menghabiskan biaya Rp 148,3 juta.
Baca juga : Percepat Pemerataan Akses Pendidikan di Bekasi
Pakar konstruksi Anas Zaini Z Iksan mengatakan, dalam menghitung anggaran pembangunan suatu proyek, semua unsur yang menjadi satu kesatuan dengan proyek tersebut juga dihitung setara. Penghitungan itu mulai dari bangunan utama hingga bangunan pendukung, termasuk luas area pembuatan menara hingga luas area pembangunan wastafel injak.
”Memang, jika harga jatuhnya per meter persegi Rp 4,2 juta, masih wajar. Namun, harga dari Rp 148 juta menjadi Rp 198 juta itu komponennya apa saja,” kata Anas.
Kualitas dipertanyakan
Meski dari tahap perencanaan masih wajar, anggaran besar pembangunan ratusan toilet itu dipertanyakan sebagian kalangan masyarakat. Ketua Umum Lembaga Swadaya Masyarakat Solidaritas Nasional Intelektual Peduli Rakyat (Sniper) Gunawan mengatakan, anggaran yang mencapai Rp 198,5 juta untuk pembangunan satu toilet tak wajar.
”Pejabat pembuat komitmen yang menyusun harga perkiraan sendiri di dalam RAB (rencana anggaran biaya) yang saya miliki itu menggunakan perhitungan yang tidak wajar. Diduga di kemudian hari, ini selesai pembayaran akan menimbulkan potensi kerugian keuangan negara,” kata Gunawan.
Dalam RAB, kata Gunawan, terutama perincian bahan pembangunan toilet, bahan yang dipakai untuk kloset jongkok, wastafael, serta urinoar setara dengan merek Toto. Namun, dari temuan Sniper di SDN 04 Desa Cipayung Timur, Kecamatan Cikarang Timur, berbagai bahan yang terpasang menggunakan merek American Standard.
Baca juga : Usulan Perbaikan Sekolah Rusak di Bekasi Tidak Segera Direspons
Perbedaan merek urinoar, wastafel, hingga kloset jongkok juga ditemukan Kompas di salah satu toilet yang sudah rampung dibangun di SDN Karangraharja 02, Cikarang Utara. Di SDN itu, dua bilik masing-masing dilengkapi satu kloset jongkok bermerek American Standard. Sementara satu bilik lain dilengkapi dua urinoar bermerek Toto dan di pintu masuk toilet terdapat dua wastafel yang juga bermerek Toto.
Dalam dokumen RAB pembangunan toilet di SDN Mekarsari 05 disebutkan bahwa biaya untuk pemasangan satu kloset jongkok setara Toto sebesar Rp 839.000. Sementara itu, harga satuan urinoar setara Toto Rp 3.388.300 dan harga satuan wastafel setara Toto beserta sifon dan afur adalah Rp 1.557.500.
Ketua Ombudsman Perwakilan Jakarta Raya Teguh P Nugroho mengatakan, dari segi pelayanan publik selama pandemi Covid-19, pengadaan toilet sekolah menjelang kegiatan pembelajaran tatap muka memang harus jadi perhatian khusus pemerintah daerah. Kegiatan belajar tatap muka di sekolah tak bisa digelar tanpa memenuhi ketentuan protokol kesehatan, termasuk ketersediaan sanitasi yang layak.
”Persoalannya, anggaran itu bisa dipakai untuk membuat sebuah rumah mewah kelas medium. Jadi, yang jadi pertanyaan, apakah memang harganya harus semahal itu. Penetapan anggarannya melalui APBD Perubahan menjelang akhir tahun. Jadi, kami melihat ada kejar tayang untuk menghabiskan anggaran,” kata Teguh.
Peningkatan kualitas layanan publik, termasuk ketersediaan fasilitas yang memadai, pada masa pandemi Covid-19 merupakan keniscayaan. Namun, ketepatan perencanaan hingga tahap eksekusi tak bisa dikesampingkan. Potensi penyalahgunaan uang negara tak hanya berdampak hukum, tetapi juga menyakiti nurani rakyat yang terengah-engah berjuang selamat dari wabah korona.
Baca juga : Ada 9.686 Ruang Kelas Rusak Menanti Diperbaiki di Kabupaten Bekasi