Jika semua orang mengingat pesan ibu, penyebaran Covid-19 dapat diminimalkan. Ibu dinilai memiliki kepedulian lebih dalam hal kesehatan sekaligus berperan lebih banyak selama masa pandemi Covid-19.
Oleh
Agustina Purwanti (Litbang Kompas)
·4 menit baca
Ibu dipilih sebagai sosok yang menginspirasi untuk menerapkan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19. Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menggandeng salah satu grup band Tanah Air, Padi Reborn, untuk mengampanyekan slogan ”Ingat Pesan Ibu” melalui sebuah lagu.
Menerapkan 3M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak menjadi pesan utama dalam lagu berdurasi 30 detik tersebut. Kampanye dimaksudkan agar masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan, sebagaimana anak patuh pada pesan dan nasihat ibu. Sosok ibu dipilih karena dianggap sebagai pemersatu bangsa.
Ibu yang notabene perempuan mempunyai kelebihan lebih patuh terhadap protokol kesehatan. Fakta tersebut tecermin dari Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 yang dilakukan BPS, September lalu. Dalam semua aspek penerapan protokol kesehatan, tingkat kepatuhan perempuan selalu lebih unggul dibandingkan dengan laki-laki.
Ibu yang notabene perempuan mempunyai kelebihan lebih patuh terhadap protokol kesehatan. Dalam semua aspek penerapan prokes, tingkat kepatuhan perempuan selalu lebih unggul dibandingkan dengan laki-laki.
Sebanyak 94,8 persen responden perempuan mengaku selalu memakai masker. Sementara hanya 88,5 persen laki-laki yang rajin memakai masker. Perbedaan jauh terjadi saat menggunakan hand sanitizer/disinfektan. Sebanyak 83,6 persen responden perempuan rajin menerapkannya, sementara responden laki-laki hanya 70,5 persen.
Indikator lain yang menunjukkan kepedulian perempuan terhadap kesehatan adalah akses terhadap air bersih. Publikasi BPS ”Perempuan dan Laki-laki di Indonesia 2018” menunjukkan, sebanyak 41,54 persen rumah tangga dengan kepala rumah tangga (KRT) perempuan dapat mengakses air bersih. Sementara rumah tangga dengan KRT laki-laki yang mengakses air bersih hanya 38,73 persen.
Akses terhadap air bersih ini menjadi penting karena salah satu langkah untuk mencegah paparan Covid-19 adalah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. Sebanyak 80,1 persen responden perempuan rutin mencuci tangan, sementara hanya 69,5 persen responden laki-laki yang melakukannya.
Dengan kepatuhan dan kepedulian tersebut, perempuan dinilai mampu bertahan hidup 3,9 tahun lebih lama daripada laki-laki. Data BPS mencatat, angka harapan hidup (AHH) perempuan tahun 2019 adalah 73,33 tahun, sementara laki-laki 69,44 tahun.
AHH perempuan lebih lama karena perempuan lebih mampu menjaga kesehatan dan lingkungan. Sementara di tengah pandemi Covid-19, Ibu tidak hanya memastikan kesehatan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya.
Kepatuhan perempuan menerapkan protokol kesehatan juga cukup efektif, tergambar dari jumlah perempuan terpapar Covid-19 lebih sedikit daripada laki-laki. Data laman Covid per 15 Desember, dari populasi positif Covid-19, sebanyak 49,8 persen adalah perempuan, sementara laki-laki 50,2 persen.
Peran ganda
Selain lebih patuh menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi dan memastikan anggota keluarga sehat, Ibu berperan lebih luas. Mereka merambah ranah luar rumah yang selama ini didominasi kaum laki-laki.
Survei Angkatan Kerja Nasional BPS awal November lalu mencatat, peran perempuan dalam pekerjaan meningkat di tengah pandemi. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), perempuan meningkat dari 51,81 persen pada Agustus 2019 menjadi 53,13 persen pada periode berikutnya.
Di lain sisi, kebijakan belajar dari rumah (BDR) sejak awal pandemi, membuat para Ibu juga harus menjadi guru sementara bagi anaknya setiap hari. Ibu tidak kehilangan ide untuk memasukkan edukasi penerapan protokol kesehatan selama mendidik anak-anaknya. Menteri Agama Fachrul Razi, dalam sebuah webinar ”Kesiapan Menghadapi Era New Normal dari Perspektif Lintas Agama”, Juni lalu, pun mengapresiasi peran ibu dalam memberikan pendidikan karakter dan bimbingan ibadah yang baik di sela-sela kegiatan BDR.
Akan tetapi, ibu yang menjalankan peran ganda tersebut juga dihadapkan pada keterbatasan pendidikan dan kesenjangan pendapatan. Data BPS (2020), rata-rata lama sekolah perempuan usia 15 tahun ke atas adalah 8,6 tahun. Adapun rata-rata lama sekolah laki-laki adalah 9,19 tahun. Ketertinggalan perempuan tersebut terjadi setidaknya dalam satu dekade terakhir.
Masih rendahnya tingkat pendidikan perempuan berujung pada rendahnya tingkat pendapatan. Salah satunya tecermin dari rata-rata upah buruh perempuan pada Agustus 2020 yang tercatat lebih rendah dari laki-laki, hanya sebesar Rp 2,35 juta per bulan. Sementara rata-rata upah buruh laki-laki per bulan Rp 2,98 juta. Kesenjangan tersebut juga terjadi dari tahun ke tahun.
Dengan kesempatan yang lebih sempit, kaum ibu mampu mengoptimalkan perannya yang semakin bertambah pada masa pandemi. Ibu masuk ke ranah merawat rumah tangga dan mendukung mata pencarian. Di sisi lain sekaligus juga dituntut untuk menjaga kesehatan. Peran ibu ini layak diapresiasi dengan tiga kata, ”Ingat Pesan Ibu”.