Waktu Penyembuhan Pasien Covid-19 Bergejala Kini Lebih Lama
Waktu perawatan pasien Covid-19 di Kota Bekasi untuk kembali sembuh kini membutuhkan waktu lebih lama. Pemerintah daerah terus memperkuat fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien korona.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
KOMPAS/STEFANUS ATO
Ketua Tim Penanganan Covid-19 Kota Bekasi, Anthoni Tulak.
BEKASI, KOMPAS — Pasien bergejala yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Bekasi, Jawa Barat, di masa adaptasi normal baru membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh, yaitu 10-14 hari. Warga diingatkan untuk selalu patuh pada protokol kesehatan agar fasilitas kesehatan tetap mencukupi dalam merawat pasien korona, terutama pasien bergejala.
Ketua Tim Penanganan Covid-19 Kota Bekasi, Anthoni Tulak, mengatakan, selama sembilan bulan bersama para tim medis dan seluruh perawat di Kota Bekasi menangani pasien Covid-19, ada perubahan jangka waktu penyembuhan pasien Covid-19 di daerah itu. Di awal pandemi, tim medis hanya membutuhkan waktu 5 sampai 8 hari agar pasien kembali dinyatakan negatif Covid-19 atau sembuh.
"Kalau sekarang ini lebih panjang, lebih dari 10 hari. Diduga karena virusnya mulai bermutasi. Jadi lebih lama pengobatannya. Ini untuk pasien yang dirawat, terutama yang bergejala," kata Anthoni, di Bekasi, Senin (1/12/2020).
Dokter spesialis paru itu menambahkan, masa inkubasi virus penyebab Covid-19 itu juga kini makin lama atau lebih dari 14 hari. Bahkan pada kasus tertentu, masa inkubasi virus bisa sampai satu bulan. "Virusnya pintar, virus itu bermutasi. Masa inkubasi bisa lebih dari 21 hari. Tapi itu perlu kajian ilmiah atau penelitian lebih lanjut," ucapnya.
Masa inkubasi virus korona jenis baru kini bisa lebih dari 21 hari. Pasien terjangkit akan butuh waktu lebih lama untuk sembuh. (Anthoni Tulak)
Dugaan mutasi virus pada pasien Covid-19 di Kota Bekasi sejalan dengan pernyataan peneliti genomik molekuler Riza Arief Putranto, pada pertengahan November 2020, (Kompas.id, 12/11/2020). Menurut Riza, 50 persen virus penyebab Covid-19 yang dianalisa genomnya mengalami mutasi pada protein membran.
”Mutasi C26735T ini terletak di protein membran (M) urutan asam amino ke-71, yaitu Y71 dan terjadi cukup dominan. Kemunculannya terjadi pada 50 persen dari 108 data sekuen genom Indonesia yang sudah dipublikasikan di GISAID,” kata Riza yang juga pendiri Aligning Bioinformatics itu.
Mutasi ini mulai diidentifikasi dari sampel yang dianalisis sejak Juli dan Agustus 2020. Selain di Indonesia, mutasi C26735T juga cukup banyak ditemukan di Malaysia, tetapi jarang ditemukan di negara-negara lain, termasuk di Amerika Serikat dan Brasil.
”Kita belum tahu imbasnya apa dari mutasi ini. Perlu data klinis untuk melihatnya. Sejauh ini yang kami ketahui, mutasi ini belum mengubah asam amino yang terkait dengan struktur virusnya,” katanya.
Sebagai virus ribonucleic acid (RNA), SARS-CoV-2 akan terus bermutasi. Sebelumnya, terjadi mutasi S D614G, yang membuat virus ini lebih menular. Mutasi ini juga telah ditemukan di Indonesia. ”Saat ini mutasi yang lebih diwaspadai adalah mutasi S Y453F dan S A222V di Eropa,” kata Riza.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sejumlah warga mengantre untuk mengikuti tes cepat (rapid test) gratis di Stadion Patriot Chandrabhaga, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (2/11/2020). Pemkot Bekasi menghimbau warga yang melakukan perjalanan luar kota pada libur panjang cuti bersama untuk mengikuti tes gratis Covid-19 untuk penapisan dan pencegahan penyebaran kasus Covid-19.
Hindari ruangan tertutup
Di Kota Bekasi, berdasarkan data Satuan Tugas Covid-19 daerah setempat pada Selasa, akumulasi kasus Covid-19 di kota itu mencapai 10.095 kasus. Dari jumlah itu, 639 kasus masih dalam perawatan, 170 kasus meninggal, dan 9.286 kasus sembuh.
Kasus yang masih tinggi itu, kata Anthoni, cara pengendaliannya hanya bisa berhasil jika masyarakat patuh pada protokol kesehatan. Warga juga diimbau untuk menghindari ruangan tertutup terutama ruangan yang ber-AC. Potensi penularan di ruangan yang tertutup sangat berisiko tinggi.
"Akhir tahun, banyak orang cari hiburan ke luar kota. Protokol kesehatan, termasuk menghindari kerumunan harus diperhatikan, karena yang terjadi sekarang itu kluster keluarga. Banyak dijumpai di Kota Bekasi, ayah, ibu, anak, ikut terpapar Covid-19," katanya.
Di Kota Bekasi, kata Anthoni, temuan kasus cukup tinggi karena pemerintah daerah terus melacak dan mencari kasus. Daerah itu juga memiliki fasilitas laboratorium PCR untuk pemeriksaan spesimen yang mumpuni sehingga mempercepat proses pemeriksaan.
"Kota Bekasi punya empat mesin PCR. Jadi, dalam waktu enam jam sudah ketahuan orang itu terpapar Covid-19 atau tidak," ujarnya.
KOMPAS/STEFANUS ATO
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi
Daya tampung mengecil
Penambahan kasus Covid-19 di Kota Bekasi berdampak pada mengecilnya daya tampung tempat tidur perawatan pasien Covid-19. Hingga Selasa, tingkat keterisian tempat tidur perawatan pasien Covid-19 di Kota Bekasi mencapai 75,33 persen atau sudah 917 tempat tidur yang terisi pasien Covid-19 dari total 1.399 tempat tidur yang ada.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, mengatakan, Dinas Kesehatan Kota Bekasi masih mempersiapakan rencana penambahan kapasitas tempat tidur perawatan pasien Covid-19. Penambahan tempat tidur perawatan itu difokuskan untuk merawat pasien bergejala.
"Kami dianggap ada peningkatan, peningkatan kalau orang tanpa gejala bisa diisolasi di rumah. Tetapi, kalau pasien komorbid, mau tidak mau harus di bawah ke rumah sakit," ujar Rahmat.
Ia menambahkan, kapasitas tampung tempat tidur perawatan pasien Covid-19 di daerah itu masih mencukupi. Daerah-daerah tetanga seperti Kabupaten Bekasi dan Kota Depok, jika ada kekurangan ruang perawatan, Kota Bekasi masih siap untuk menampung pasien dari daerah-daerah itu.
"Kami masih ada slot. Kalau memang ada darurat di tetangga-tetangga kita, silakan saja," ucap Rahmat.