Warga Belum Ada Persiapan Khusus Menghadapi Prediksi Cuaca Ekstrem
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi adanya cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan. Meski begitu, sebagian warga belum melakukan persiapan khusus jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga Jakarta belum melakukan persiapan khusus jika sewaktu-waktu kembali terjadi banjir. Mereka mengandalkan grup percakapan supaya arus informasi kenaikan muka air dan genangan tersebar dengan cepat. Dengan demikian evakuasi tidak terlambat khususnya kepada warga lansia dan anak-anak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai kilat dan angin kencang di sejumlah wilayah hingga 27 November 2020. Beberapa wilayah itu meliputi sebagian besar Sumatera, Bangka Belitung, seluruh Jawa, Nusa Tenggara Barat, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Cuaca ekstrem itu dipicu adanya sirkulasi siklonik dan gelombang atmosfer Madden-Julian Oscillation. Akibatnya banjir telah melanda sebagian wilayah Indonesia bagian barat.
Ihin Solihin (45), warga Rawa Jati, Pancoran, Jakarta Selatan, mengatakan, jarang ada persiapan khusus untuk menghadapi banjir karena warga sudah terbiasa sehingga tidak kaget. Warga mengandalkan informasi lewat grup percakapan dan rukun warga serta karang taruna. Kecepatan arus informasi tinggi muka air dan genangan penting untuk mempercepat pengungsian dan evakuasi.
”Persiapan khusus tidak ada. Kami mengandalkan informasi supaya warga secepatnya mengungsi ke puskesmas atau mengevakuasi warga lansia dan anak-anak,” ujar Ihin, Kamis (26/11/2020).
Saat ini, katanya, warga setempat tengah mengikuti sosialisasi dan pelatihan di kelurahan untuk mengantisipasi dampak musim hujan. Kegiatan itu melibatkan karang taruna dan pemuda.
Warga juga berkomunikasi dengan sukarelawan dari lembaga kemanusiaan untuk bantuan jika terjadi banjir. Berkaca dari banjir awal tahun, warga membutuhkan tambahan perahu karet berukuran kecil dan tali tambang untuk evakuasi. ”Butuh tali tambang untuk evakuasi warga. Butuh juga pelampung di samping makanan dan obat,” katanya.
Di sisi lain, lanjutnya, rukun warga dan tokoh masyarakat tak henti-hentinya memberikan pemahaman kepada warga mengenai potensi risiko Covid-19. Sebab, cukup banyak warga yang tak percaya adanya virus karena kasatmata.
Warga Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, juga mengandalkan kecepatan informasi untuk menghadapi banjir. Informasi dari petugas pintu air secepat mungkin disebarkan kepada warga supaya segera mengungsi ataupun dievakuasi.
Husen Gunawan, warga RT 007 RW 012 Bukit Duri, menyebutkan, ada grup percakapan untuk memantau informasi tinggi muka air dari petugas pos pantau. Perangkat kelurahan dan warga secara berkala pagi dan sore berkeliling untuk mengecek sekaligus menyebarkan informasi antisipasi banjir. ”Warga biasa saja. Tidak ada persiapan khusus. Pantau informasi supaya secepatnya mengungsi ke ke tempat yang lebih tinggi,” kata Husen.
Warga, menurut dia, belajar dari banjir awal tahun untuk secepat mungkin mengungsi dan evakuasi. Karena itu, mereka mengupayakan ada perahu karet yang siaga dari Tagana. Biasanya warga sekitar mengungsi ke rukun warga lain yang lokasinya lebih tinggi. Ada juga ruangan kosong yang disiapkan kelurahan untuk pengungsian.
Antisipasi
Gelombang atmosfer Madden-Julian Oscillation saat ini berada di kuadran 2 atau sekitar Samudra Hindia dan berdampak pada pertumbuhan awan di sebagian besar Sumatera, Selat Karimata, dan Jawa bagian barat. Potensi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh keberadaan gelombang Rossby Ekuatorial dan sirkulasi siklonik.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab, di Jakarta, Minggu (22/11/2020), menuturkan, kondisi atmosfer yang tidak stabil dalam sepekan ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. Untuk itu, warga diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati adanya potensi cuaca ekstrem, seperti puting beliung, hujan lebat disertai kilat, dan hujan es.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan hotel dan wisma sebagai tempat pengungsian saat banjir. Tujuannya supaya tidak ada kerumunan di lokasi pengungsian sehingga memperbesar potensi penularan Covid-19.
Menurut rencana, hotel bintang satu atau dua dan wisma akan menjadi tempat pengungsian jika terjadi banjir di wilayah Jakarta. Perangkat kelurahan hingga rukun warga bertugas menyiapkan lokasi pengungsian terdekat dengan lokasi banjir.
Hotel dan wisma akan menjadi tempat pengungsian apabila lokasi lainnya, seperti sekolah, tempat ibadah, dan gelanggang olahraga, sudah penuh atau berpotensi terjadi kerumunan.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Penanganan Pengungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Wardoyo menuturkan, kelurahan dan rukun warga akan menentukan titik pengungsian terdekat dari lokasi banjir. Harapannya, warga tidak menciptakan kerumunan atau berjubel di lokasi pengungsian. ”Belum ada penentuan hotel dan wisma, masih tunggu perkembangan,” ujar Wardoyo, Senin (9/11/2020).