Pamit sebagai Kapolda Metro Jaya, Nana Sudjana: Mutasi Hal Biasa
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana pamit dari jabatannya saat menghadiri kegiatan panen palawija di Tangerang, Banten. Mutasi menurut dia adalah hal yang biasa di internal Polri.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Inspektur Jenderal Nana Sudjana menutup masa jabatannya sebagai Kepala Polda Metro Jaya dengan mengikuti kegiatan panen tanaman palawija di Jatiuwung, Tangerang, Banten, Kamis (19/11/2020). Selain panen tanaman, kegiatan itu juga ia gunakan untuk berpamitan kepada jajarannya sebelum melakukan serah terima jabatan.
”Ini bisa dikatakan, ya, mungkin sekalian (acara) pamitan. Jadi, di masa akhir pengabdian saya sebagai Kapolda Metro Jaya, besok rencana saya melakukan serah terima jabatan,” ujar Nana saat memberikan sambutan sebelum memulai kegiatan panen tanaman palawija.
Ia mengucapkan kalimat perpisahan itu di hadapan Kepala Polres Metro Tangerang Kota Komisaris Besar Sugeng Hariyanto dan Wakil Wali Kota Tangerang Syahrudin yang juga diundang menghadiri kegiatan tersebut. Setelah memulai tugas sebagai Kapolda Metro Jaya sejak 8 Januari 2020, Nana akan berdinas sebagai Koordinator Staf Ahli Kapolri di Markas Besar Polri, Jakarta.
Saat memberi sambutan, ia tidak berbicara banyak mengenai mutasi penugasannya. Setelahnya, wartawan juga tidak berkesempatan menanyakan tanggapan Nana terkait pencopotannya sebagai Kapolda Metro Jaya. Wartawan tidak diperbolehkan menanyakan hal lain selain kegiatan panen palawija.
Wartawan tidak diperbolehkan menanyakan hal lain selain kegiatan panen palawija.
Kendati acara tersebut bertajuk panen tanaman palawija, isi sambutan yang disampaikan tidak banyak berbicara mengenai kegiatan panen dan ketahanan pangan. Selama sekitar 10 menit memberikan sambutan, Nana lebih banyak menyampaikan perihal penanganan Covid-19 di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Selain itu, Nana juga sedikit menyinggung mengenai mutasi jabatannya. Nana menyebut mutasi jabatan sebagai hal yang biasa di tubuh Polri. ”Jadi, saya rasa ini suatu hal yang biasa dalam hal kita berdinas. Sama dengan TNI begitu, saya rasa di pemerintah daerah juga demikian,” katanya.
Sebelum menjabat Kapolda Metro Jaya, Nana dipercaya sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat pada 2019. Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, tersebut memiliki pengalaman panjang di bidang intelijen.
Selama kurang dari satu tahun masa kepemimpinannya, tidak banyak kasus besar yang diungkap. Namun, sebagai Kapolda Metro Jaya, Nana beberapa kali membuat terobosan, dua di antaranya adalah membentuk tim antibegal dan Kampung Tangguh untuk memperkuat peran masyarakat menghadapi pandemi Covid-19.
Pada 16 November 2020, Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Azis memutasi jabatan Nana. Selain Nana, Kapolda Jawa Barat Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi juga dimutasi. Mutasi itu dilakukan karena mereka dinilai tidak melaksanakan perintah Kapolri agar menegakkan aturan protokol kesehatan di wilayahnya. Setelah ditinggal Nana, jabatan Kapolda Metro Jaya selanjutnya akan diemban oleh Inspektur Jenderal Fadil Imran yang sebelumnya menjabat Kapolda Jawa Timur.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi mengatakan, ada sejumlah pekerjaan rumah yang menanti Fadil Imran. Pekerjaan rumah itu, antara lain, terkait izin keramaian yang berkaitan dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan membangun dialog atau komunikasi intensif dengan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Syihab.
Menurut Muradi, pencopotan Nana tidak terlepas dari terjadinya kerumunan massa dalam sejumlah rangkaian acara setelah Rizieq tiba di Indonesia dari Arab Saudi. Oleh karena itu, ia meminta Kapolda Metro Jaya yang baru mampu menyikapi semua izin keramaian secara sama atau adil. Terlebih, kepolisian juga bertugas membantu pemerintah daerah untuk menangani pandemi Covid-19 sehingga peran kepolisian untuk mencegah timbulnya keramaian menjadi penting.
”Pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana Kapolda Metro Jaya berkomunikasi dan berdialog secara intensif dengan Rizieq. Kalau dialog tak bisa (membendung keramaian lagi), saya kira harus ada langkah hukum yang ditegakkan,” ujarnya.
Muradi percaya Fadil bakal mampu menuntaskan pekerjaan rumah tersebut. Ia berkaca pada latar belakang Fadil Imran yang lama bertugas di satuan reserse. Fadil juga merupakan orang yang menangani kasus percakapan di aplikasi Whatsapp yang menyeret Rizieq Syihab pada 2017. Sederet pengalaman di bidang reserse itu diyakini mampu membantu tugas Fadil sebagai Kapolda Metro Jaya yang baru.