Warga Meramaikan Ruang Publik Saat Pandemi Belum Membaik
Ruang publik berangsur-angsur riuh. Ada keramaian warga di sana yang menyulitkan siapa pun menjaga jarak meskipun banyak orang mengenakan masker.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga kembali ramai mengunjungi ruang publik. Upaya untuk menerapkan protokol kesehatan semakin sulit. Hal itu terjadi meski sebagian pihak berusaha menjaga diri di tengah keramaian.
Ramos Pardede (25), warga Mampang, Jakarta Selatan, mengisi waktu cuti kerja pekan ini dengan berkunjung ke pusat perbelanjaan, kafe, dan museum. Suasana di ketiga tempat itu bervariasi, mulai dari tidak terlalu ramai hingga ramai.
”Suasananya sudah seperti biasa saja, tidak seketat awal pembatasan sosial berskala besar. Tetapi, untuk masuk ke mal tetap ada cek suhu tubuh dan pembatasan kapasitas,” ucap Ramos, Rabu (18/11/2020).
Saat berkunjung ke Lotte Shopping Avenue, Jakarta Selatan, situasinya tidak terlalu ramai. Area perbelanjaan, toko, dan pusat jajanan pun terlihat lengang meskipun jamak orang berseliweran.
Berbeda dengan situasi di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, dan Blok M, Jakarta Selatan. Kedua tempat itu ramai dikunjungi warga. ”Jaga jarak minim meskipun orang-orang mengenakan masker. Beberapa titik ada antiseptik,” kata Ramos. Antiseptik baginya sangat membantu untuk mengbersihkan tangan karena potensi sentuhan di keramaian tak terhindarkan.
Sementara Fajar Wicaksono (20), warga Jakarta Selatan, beberapa kali kongko dengan teman-temannya di Jakarta Timur. Mereka mengunjungi salah satu kafe di sana pada pekan lalu dan pekan ini. Suasananya cukup ramai. Bahkan, sepengamatannya cukup banyak pengunjung yang tak mengenakan masker ketika mengobrol. ”Ada ketentuan protokol kesehatan. Orang-orang mengenakan masker, tetapi cukup ramai,” ujar Fajar.
Pengalaman serupa dialami Rizka Nurlaily (24), yang beberapa kali mengunjungi pusat perbelanjaan di Bintaro, Tangerang Selatan. Salah satunya Plaza Bintaro Jaya. Suasana di sana cukup ramai dengan pengecekan suhu tubuh dan cuci tangan di area masuk.
Pekan lalu, misalnya, bersama seorang temannya, Rizka berkunjung ke sana pada siang hari. Suasana cukup ramai sehingga jaga jarak tak terlalu ketat. ”Siang cukup ramai. Tidak tahu kalau malam. Jaga jarak tidak terlalu jauh,” kata Rizka.
Sementara itu, jumlah pengguna kereta rel listrik mulai mengalami peningkatan. Stasiun, antrean, dan gerbong kembali mulai ramai seperti biasanya.
Tari (25) sudah dua hari ini berada dalam keramaian ketika berangkat dari Stasiun Bekasi menuju Stasiun Jakarta Kota. Jam keberangkatannya pukul 06.47 dengan incaran kereta dari dipo lokomotif karena masih dalam kondisi kosong. ”Kereta dari Bekasi penuh terus,” ujar Tari.
Pengakuan Tari sejalan dengan data dari PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Dalam keterangan resminya, PT KCI mencatat kenaikan jumlah penumpang pada Senin (16/11/2020). Ada 113.341 pengguna kereta hingga pukul 08.00 ketimbang 112.952 pengguna pada waktu yang sama pekan lalu.
Kenaikan jumlah penumpang terjadi di Stasiun Citayam sebanyak 8.609 pengguna atau naik 19 persen, Stasiun Bekasi 7.051 pengguna atau naik 13 persen, dan Stasiun Cilebut dengan 5.220 pengguna atau naik 2 persen. Terjadi pula penurunan penumpang, seperti di Stasiun Bogor sebanyak 9.556 pengguna atau turun 1 persen. Saat ini KCI mengoperasikan 997 perjalanan per hari dengan waktu operasional mulai pukul 04.00 hingga pukul 24.00.
Berkaitan dengan mobilitas warga, Dinas Perhubungan DKI Jakarta pada 27 Oktober lalu melaporkan adanya peningkatan dan penurunan pergerakan warga pada masa pembatasan sosial berskala besar transisi. Peningkatan tertinggi terjadi di tempat kerja sebesar 8,07 persen. Kemudian berturut-turut transportasi umum 5,21 persen, taman 3,07 persen, ritel dan rekreasi 2,71 persen, serta permukiman 0,07 persen. Adapun penurunan terjadi di toko bahan makanan dan apotek sebanyak 4,21 persen.