Polisi Kantongi Ciri-ciri Pelaku Penjambretan Pesepeda di Bintaro
Agar kejadian serupa tidak terulang, polisi mengatakan akan meningkatkan patroli dan pengamanan di kawasan yang dinilai rawan bagi pesepeda.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Polisi masih menyelidiki kasus penjambretan pesepeda di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. Dari hasil penyelidikan sementara, polisi telah mengantongi ciri-ciri pelaku. Agar tak menjadi korban penjambretan, pesepeda diharapkan tak bersepeda secara soliter. Selain itu, pemilihan rute dan barang bawaan menjadi penting untuk diperhatikan.
Kasus penjambretan di Bintaro menimpa anggota TNI, Kolonel (Adm) Ridwan Gultom, pada Sabtu (14/11/2020) pukul 07.45. Saat itu, korban yang tengah bersepeda melintas di Jalan Boulevard Bintaro Jaya dijambret dua pelaku dari arah belakang. Kedua pelaku naik sepeda motor dan langsung melarikan diri setelah mengambil ponsel, SIM, dan kartu anjungan tunai mandiri milik korban.
Kepala Polsek Pondok Aren Ajun Komisaris Riza Sativa, Senin (16/11/2020), mengatakan, polisi masih menyelidiki kasus tersebut. Sejumlah saksi dan kamera pengawas telah diperiksa.
”Ciri-cirinya (pelaku) sudah jelas, termasuk jenis sepeda motor yang digunakan,” kata Riza.
Riza enggan berbicara lebih lanjut mengenai perkembangan penyelidikan kasus itu.
Sementara itu, Kepala Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Besar Iman Setiawan juga belum bersedia memberikan penjelasan detail. Ia hanya menyampaikan, polisi telah diterjunkan untuk mencari informasi sebanyak mungkin di tempat kejadian perkara.
”Kami sedang di lapangan, sedang menyelidiki. Kalau ada informasi lagi, nanti kami kabarkan,” ujarnya melalui pesan singkat.
Disinggung mengenai upaya antisipasi kepolisian agar kejadian serupa tidak terulang, Iman mengatakan akan meningkatkan patroli dan pengamanan di kawasan yang dinilai rawan bagi pesepeda.
Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel berpendapat, patroli oleh polisi tak akan cukup untuk mencegah penjambretan yang menyasar pesepeda. Itu karena Reza melihat perampokan atau penjambretan merupakan kejahatan antara. Artinya, aksi penjambretan atau perampokan ditujukan untuk mendapatkan sumber daya finansial yang akan digunakan untuk mendanai tindak pidana berikutnya.
Ia mencontohkan, pelaku penjambretan yang mendapatkan keuntungan dari hasil menjambret barang berharga milik korban kemudian menggunakannya untuk membeli narkoba atau minuman keras. Contoh lain, perampokan bank yang kemudian hasilnya digunakan untuk mendanai aksi terorisme.
”Oleh karena itu, solusinya tidak cukup hanya dengan berpatroli saat jam orang bersepeda. Karena kejahatan atau pidana hilirnya ada pada narkoba atau miras, pada aspek itu yang sebenarnya harus digencarkan. Kalau itu bisa ditahan atau disumbat, saya percaya penjambretan akan bisa ditekan,” tutur Reza.
Menyasar pesepeda
Insiden penjambretan yang menyasar pesepeda sudah berulang kali terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Sebelum Ridwan Gultom, perwira TNI lainnya, yaitu Kolonel (Mar) Pangestu Widiatmoko, juga menjadi korban penjambretan di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pada 26 Oktober 2020.
Sebelumnya, pada 20 Oktober 2020, seorang pesepeda berinisial TL juga dijambret di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Pelaku berjumlah dua orang dan sempat tarik-menarik dengan korban. Pada akhirnya para pelaku merebut ponsel korban lalu melarikan diri. Akibat insiden itu pula TL mengalami luka di bagian paha.
Penasihat Komunitas Sepeda Bintaro Loop, Robertus Bugie Hartono, menyampaikan, penting bagi pesepeda untuk waspada memilih rute bersepeda. Pesepeda bisa mencermati titik-titik yang rawan terjadi penjambretan atau pembegalan. Selain itu, sebaiknya pesepeda memilih rute yang sering dilewati pesepeda lainnya.
Hal lain yang mesti diperhatikan adalah sebisa mungkin jangan membawa barang-barang yang menarik penjambret untuk beraksi. Kesalahan pesepeda, menurut Bugie, kebanyakan menyimpan barang berharga seperti dompet dan ponsel di tas selempang. Benda berharga sebaiknya disimpan di tas pinggang dan diletakkan di bagian depan badan.
”Yang penting, kalau bersepeda jangan sendirian. Jangan ada yang saling meninggalkan. Beberapa kejadian memang banyak pesepeda tertinggal oleh rekannya karena tidak kuat mengayuh sepeda. Saat sedang sendirian itu dia menjadi sasaran empuk bagi penjambret,” ujar Bugie.