Memasuki PSBB transisi jilid dua, Transjakarta secara bertahap membuka lagi rute yang ditutup untuk turut menekan penularan wabah. Pengamat mengingatkan pembukaan bisa dilakukan, tetapi diikuti protokol kesehatan ketat.
Oleh
Helena F Nababan
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 masih berlangsung, tetapi operator angkutan umum di Jakarta mulai memperluas layanan meski secara bertahap. PT Transportasi Jakarta sejak pekan lalu membuka sejumlah rute tambahan di luar rute yang sudah dibuka selama pandemi. Sementara MRT Jakarta bekerja sama dengan Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta atau PPD membuka rute yang melayani dari titik awal keberangkatan penumpang dan titik akhir tujuan.
Direktur Operasional PT Transportasi Jakarta Prasetia Budi, Kamis (12/11/2020), mengatakan, dengan adanya pandemi, tidak semua rute bus Transjakarta yang berjumlah 243 rute (koridor dan nonkoridor) dibuka untuk pelayanan. Pembukaan yang saat ini dilakukan adalah hasil penyesuaian dengan perkembangan kasus Covid-19 serta permintaan pelayanan.
Selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi jilid dua yang dimulai 12 Oktober lalu, Transjakarta secara bertahap membuka kembali sejumlah rute non-BRT (bukan rute dengan jalur khusus bus). Pada 5 November, rute untuk non-BRT 7C (Cibubur-BKN) mulai dibuka untuk melayani pelanggan. Untuk rute ini, sebanyak 15 bus tipe single disediakan untuk melayani pelanggan, Senin-Jumat, dengan bus beroperasi saat jam sibuk pukul 05.00-10.00 dan 15.00-22.00.
Kemudian pada 10 November 2020, Transjakarta membuka lagi tiga rute non-BRT, yaitu TR1 (Stasiun Gondangdia-Senen), TR2 (Stasiun Gondangdia-Balai Kota), dan JAK 10A (Stasiun Gondangdia-Cikini).
”Untuk TR 1 dan TR 2 ini, masyarakat bisa menikmati layanan angkutan secara gratis selama dua pekan ke depan sejak diluncurkan. Selanjutnya dikenai tarif reguler Rp 3.500,” jelas Prasetia.
Untuk ketiga layanan baru tersebut, Transjakarta menyediakan sebanyak total 24 bus. Rinciannya, delapan unit medium bus untuk rute TR1 (Stasiun Gondangdia-Senen), empat unit medium bus untuk rute TR2 (Gondangdia-Balai Kota), dan 12 unit Mikrotrans untuk layanan JAK 10A (Stasiun Gondangdia-Cikini). Ketiga rute ini beroperasi setiap hari kerja, Senin-Jumat, pukul 05.00-22.00.
Kemudian mulai 12 November ini, Transjakarta juga mengoperasikan dua rute non-BRT, yaitu 5F (Kampung Melayu-Tanah Abang) dan rute 7D (TMII-Pancoran).
Untuk rute 5F, Transjakarta menyediakan lima unit bus berpintu masuk rendah (low entry) dan akan beroperasi setiap hari Senin-Jumat. Sementara untuk rute 7D, ada 10 unit single bus yang siap melayani pelanggan setiap hari Senin-Jumat pada jam-jam sibuk pukul 05.00-10.00 dan pukul 15.00-22.00.
”Pembukaan tiga rute pada 10 November itu sekaligus untuk menambah jangkauan layanan Transjakarta yang tercatat sudah mencapai 83 persen pada tahun 2019. Penambahan rute ini diharapkan bisa melayani mobilitas masyarakat, khususnya dalam hal transportasi,” ujar Prasetia.
Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta Susilo Dewanto menyampaikan, berkaitan dengan pengoperasian kembali secara bertahap rute Transjakarta yang sempat ditutup, langkah itu dilakukan dengan sejumlah pertimbangan. Pertama tentu saja karena aktivitas masyarakat dalam periode PSBB transisi ini belum pulih sepenuhnya. Kemudian, adanya relaksasi anggaran yang tersedia untuk Transjakarta sehingga ada kecukupan anggaran untuk dapat beroperasi sampai dengan 31 Desember 2020.
Pertimbangan lainnya adalah data setiap rute terhadap okupansi (tingkat muatan) saat sebelum pandemi. ”Rute yang banyak penumpangnya adalah rute yang diutamakan,” ujarnya.
Prasetia menambahkan, dengan aktivitas masyarakat yang belum pulih sepenuhnya, jumlah penumpang harian Transjakarta saat hari kerja di periode PSBB transisi ada di kisaran 360.000 orang atau 36 persen dari jumlah penumpang harian dalam kondisi normal yang mencapai 1 juta orang sehari.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) DKI Jakarta Damantoro menambahkan, saat awal pandemi, sudah ada pembahasan beberapa skenario penutupan dan pembukaan rute Transjakarta. ”Sekarang sudah saatnya secara bertahap dibuka. Ini di antaranya terkait juga dengan kontrak kerja dengan operator dan utilisasi armada,” kata Damantoro.
Meski demikian, ia mengingatkan, di masa pandemi ini perlu kehati-hatian dalam merespons kondisi dan risiko penyebaran.
Rute baru bersama PPD
Selain Transjakarta, operator angkutan PPD juga membuka layanan integrasi PPD dan MRT Jakarta sebagai sarana penghubung awal dan akhir perjalanan bagi pengguna transportasi publik di Jabodetabek, terutama Jakarta.
Untuk layanan ini, PPD membuka rute Scientia Square Park, Tangerang, Banten, menuju Stasiun Lebak Bulus Grab dan Summarecon Mall Serpong-Stasiun Lebak Bulus Grab dengan titik drop on dan pick up di bawah pintu masuk keluar (entrance) E.
Direktur Utama Perum PPD Pande Putu Yasa menjelaskan, penandatanganan nota kesepahaman dengan MRT Jakarta itu dilakukan pada Rabu (11/11/2020). Kesepahaman itu terkait studi pengembangan kerja sama layanan transportasi terintegrasi dalam rangka sistem feeder bagi pengguna MRT Jakarta dan Perum PPD.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhammad Effendi serta Direktur Operasional dan Pemasaran Perum PPD Bambang Suryo Sakti, dengan disaksikan oleh Pande Putu Yasa.
Kerja sama itu selain PPD menjadi feeder atau penyuplai penumpang ke MRT Jakarta di awal kegiatan, juga MRT bisa menjadi penyuplai penumpang bagi PPD di akhir perjalanan menuju rumah dalam sistem layanan JR Connexion atau angkutan dari perumahan.
”Jadi, dari rumah, penumpang bisa menggunakan sepeda, terutama sepeda lipat, lalu naik bus PPD dan bisa membawa sepedanya. Kemudian di Stasiun Lebak Bulus bisa melanjutkan perjalanan dengan MRT Jakarta. Begitu juga sebaliknya saat hendak pulang, dari titik asal bisa naik sepeda ke stasiun MRT, naik MRT untuk kemudian di Stasiun Lebak Bulus berganti dengan PPD,” papar Pande.
Dalam kerja sama itu, ada pembangunan tempat tunggu bagi pelanggan bus PPD di area stasiun MRT Jakarta, melakukan studi skema penjualan servis bus PPD melalui kanal media komunikasi MRT Jakarta, serta studi skema layanan transportasi terintegrasi multimoda seperti infrastruktur, layanan, dan tiket di luar bus PPD dan MRT Jakarta.
Muhammad Effendi menyambut baik inisiatif kerja sama ini. ”Kerja sama ini baru permulaan. Saat ini, integrasi antarmoda sangat penting agar layanan transportasi publik kepada masyarakat dapat meningkatkan jumlah pengguna transportasi umum. Sekarang saatnya integrasi dan kolaborasi, bukan lagi kompetisi,” ujarnya.
Djoko Setijowarno, pengamat transportasi dari Universitas Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, mengingatkan, pembukaan layanan baru ataupun pembukaan rute layanan yang sempat terhenti karena Covid-19 saat PSBB transisi bisa dilakukan, tetapi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat. Selain itu, tetap memperhatikan aturan pembatasan jumlah penumpang untuk tetap menjamin keselamatan dan kesehatan menggunakan angkutan umum.