Pemerintah Kota Bogor menggelar tes usap kepada warga dan 47 ASN yang ke luar kota saat libur panjang akhir Oktober lalu.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, mulai bergerak melakukan tes usap kepada warga dan aparatur sipil negara yang melakukan perjalanan ke luar kota. Tes usap yang dilakukan ini untuk mencegah penularan Covid-19 meluas ke lingkungan keluarga dan perkantoran.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, menindaklanjuti libur panjang dan cuti bersama pada akhir Oktober, pihaknya mulai melakukan tes usap masif kepada warga dan sejumlah ASN. Pelaksanaan tes usap ini juga tak lepas dari temuan kasus reaktif saat Pemkot Bogor mengelar tes cepat saat masa libur kemarin dan masih berlangsung hingga saat ini.
”Khusus untuk warga Kota Bogor, terutama yang libur kemarin ke luar kota, diimbau untuk mengikuti tes usap. Tes usap ini tidak hanya untuk warga yang ke luar kota, tetapi juga warga yang terkonfirmasi reaktif saat dinas kesehatan menggelar tes. Untuk tes cepat, kami terus lakukan,agar bisa segera dites usap jika memang terkonfirmasi reaktif,” kata Bima Arya, Selasa (3/11/2020).
Bima Arya melanjutkan, pada Senin (2/11/2020) dan Selasa (3/11/2020), rangkaian tes usap sudah berjalan bagi warga Kota Bogor yang reaktif. Tidak hanya warga, rangkaian tes usap oleh dinkes berlaku untuk ASN yang mengambil cuti bersama dan pergi ke luar kota.
”Untuk ASN ada 47 orang yang mengajukan cuti. Kami tes para ASN dan sembari menunggu hasil tes, mereka tidak boleh ke kantor dan beraktivitas di luar rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19,” kata Bima.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, kluster keluarga, perkantoran, dan imported case atau kasus dari luar kota saling terkait serta menjadi penyumbang tertinggi kasus positif di Kota Bogor. Oleh karena itu, khusus ASN yang ke luar kota perlu segera didata dan menjalani tes usap agar penyebaran Covid-19 tidak meluas ke kantor dan keluarga.
”Para ASN ini dalam pantauan, tidak boleh beraktivitas. Begitu pula dengan warga. Tim satgas kelurahan memantau warga yang terkonfirmasi reaktif dan positif dari hasil tes,” kata Retno.
Berdasarkan pembaruan data terakhir, Senin (2/11/2020), kata Retno, pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh atau selesai menjalani isolasi bertambah 58 orang. Total kasus Covid-19 yang sembuh menjadi 1.719 orang atau 80,21 persen dari total konfirmasi positif 2.143 kasus.
”Para ASN ini dalam pantauan, tidak boleh beraktivitas. Kasus Covid-19 di Kota Bogor tercatat 2.143 kasus, seperti 1.719 kasus sembuh, 72 kasus meninggal, dan 352 orang masih menjalani perawatan atau isolasi,” kata Retno.
Retno melanjutkan, dari delapan rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Bogor, rata-rata tingkat keterisiannya 53 persen dari 354 tempat tidur.
Depok zona oranye
Kota Depok kembali ke zona oranye atau tingkat risiko sedang penyebaran Covid-19 setelah seminggu masuk zona merah atau tingkat risiko tinggi.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana, mengatakan, dari rilis satgas pusat, Senin (2/11/2020), Depaok kembali ke zona oranye. Sebelumnya status Kota Depok cukup lama masuk zona merah, lalu masuk ke zona oranye. Belum lama berstatus zona oranye, Kota Depok kembali masuk zona merah pada minggu lalu dan saat ini kembali zona oranye.
”Skor kita di Depok 1,9 dan ada di zona oranye. Namun, kita tetap harus waspada dan tak boleh lengah serta harus tetap disiplin menerapkan 3M,” kata Dadang.
Berdasarkan pembaruan terakhir pada Senin lalu, tercatat penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 50 kasus sehingga total kasus konfirmasi positif Covid-19 berjumlah 7.274 kasus. Sementara kasus sembuh bertambah 71 orang sehingga total adalah 6.024 warga atau 82,82 persen. Selanjutnya, kasus meninggal bertambah satu orang sehingga total menjadi 203 orang atau sebesar 2,79 persen. Adapun kasus konfirmasi aktif berkurang 22 kasus sehingga menjadi 1047 kasus atau sebesar 14,39 persen.
Masih berdasarkan pembaruan data terakhir, kata Dadang, Kecamatan Pancoran Mas menjadi wilayah tertinggi penyebaran Covid-19, terbanyak di Depok dengan 153 kasus aktif. Diikuti Kecamatan Sukmajaya dengan 139 kasus aktif dan Kecamatan Beji dengan 123 kasus.
Dadang mengatakan, sesuai instruksi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, tes usap tetap terus digencarkan. Begitu pula dengan pelacakan kontak erat dengan kasus konfirmasi positif harus bergerak cepat agar tidak semakin banyak warga yang terpapar.
Selain tes usap dan pelacakan kasus, kata Dadang, pihaknya sudah membentuk dan mengerahkan Tim Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) 119. Tim ini sudah bergerak dan membantu penanganan Covid-19 di Kota Depok. Tugas Tim 119 ini tidak sekadar hanya menerima laporan gawat darurat, tetapi juga membantu keterbatasan tenaga medis.
”Tim 119 siaga 24 jam. Penanganan pandemi ini perlu kerja bersama dan bantuan sukarelawan. Tim ini juga ada dua dokter dan perawat yang siap membantu warga. Tim ini akan membantu kerja tenaga medis yang selama ini terus tanpa lelah melayani pasien,” kata Dadang.
Selain itu, Tim 119 ini juga siaga membantu puskesmas dan rumah sakit untuk menjemput dan merujuk pasien sehingga penanganan bisa lebih cepat tertangani.