Jika pemerintah serius memicu hobi bersepeda jadi kebiasaan baru bermobilitas, keamanan pesepeda dalam segala kondisi, baik saat berkelompok maupun sendiri atau saat hari masih cerah atau sudah gelap, mesti terjamin.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Maraknya penjambretan harta benda warga yang bersepeda dikhawatirkan menurunkan minat gowes masyarakat. Padahal, hobi yang sedang populer di tengah wabah Covid-19 tersebut diharapkan jadi batu loncatan membiasakan masyarakat bersepeda untuk bermobilitas menuju tempat-tempat aktivitas, bukan sekadar olahraga.
”Contohnya, dulu di angkutan umum. Adanya kejahatan di angkutan umum menurunkan minat pengguna. Itu juga yang sekarang ditakutkan,” kata Southeast Asia Director Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Faela Sufa, saat dihubungi pada Selasa (3/11/2020).
Padahal, minat bersepeda yang sedang tumbuh pesat sekarang bisa dimanfaatkan guna mendorong makin banyak orang meninggalkan kendaraan bermotor pribadi untuk bepergian. Karena hobi, orang-orang, menurut Faela, bakal merasakan bahwa bersepeda itu nyaman dan memungkinkan untuk bermobilitas di Jakarta.
Dalam survei ITDP Indonesia, jumlah pesepeda di sepanjang ruas jantung Ibu Kota rata-rata naik saat pandemi, bahkan ada yang kenaikannya lebih dari sepuluh kali lipat. Data awal diambil dari hasil survei pada satu hari di bulan November 2019, sedangkan data berikutnya adalah hasil survei pada satu hari di bulan Juni tahun ini.
Karena bersepeda saat ini cenderung masih dalam level hobi, perhatian pemerintah pada sisi keamanan dari ancaman kriminalitas belum memadai. (Rakhmat Hidayat)
Pengajar sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rakhmat Hidayat, mengatakan, meningkatnya kriminalitas terhadap pesepeda berkorelasi dengan terpukulnya ekonomi masyarakat karena pandemi Covid-19. Kejahatan kemungkinan jadi jalan bagi mereka yang kesulitan, misalnya karena tidak dipekerjakan lagi atau menganggur, agar tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Sementara itu, bersepeda sedang jadi tren yang diikuti warga dari berbagai kalangan, baik kelas menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Kesempatan semakin terbuka lebar bagi begal ketika pesepeda melintasi tempat yang sepi. ”Nah, ini jadi celah baru, modus baru, yang lebih mudah melakukannya,” ujar Rakhmat.
Untuk menekan risiko penjambretan terhadap pesepeda terjadi lagi, Kepolisian Daerah Metro Jaya sudah mengimbau agar para pesepeda menyimpan barang-barang berharga mereka secara lebih baik sehingga tidak mudah dirampas penjahat. Selain itu, pesepeda sebaiknya tidak pergi sendiri dan hanya mengayuh pedal di waktu terang.
Namun, jika pemerintah serius memicu hobi bersepeda jadi kebiasaan baru bermobilitas, keamanan pesepeda dalam segala kondisi, baik saat berkelompok maupun sendiri atau saat hari masih cerah atau sudah gelap, mesti terjamin. Rakhmat berpendapat, karena bersepeda saat ini cenderung masih dalam level hobi, perhatian pemerintah pada sisi keamanan dari ancaman kriminalitas belum memadai.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana dalam konferensi pers Selasa siang, menyatakan, upaya peningkatan jaminan keamanan itu dibahas bersama TNI dari Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, terutama Dinas Perhubungan dan Satuan Polisi Pamong Praja.
”Selama ini, (pengamanan oleh petugas) sudah berjalan, tetapi kadang mereka memanfaatkan saat anggota kami lengah. Itu akan kami tingkatkan untuk menjamin keamanan di Jakarta,” kata Nana.
Nana menyebutkan, pihaknya sudah memetakan lokasi-lokasi rawan kejahatan terhadap pesepeda. Ia mengerahkan personel Samapta Bhayangkara (Sabhara), Brigade Mobil (Brimob), dan polisi lalu lintas untuk berpatroli mengawasi area-area rawan itu.
Faela merekomendasikan agar intervensi pengamanan di lokasi-lokasi rawan ditambahkan dengan penempatan petugas yang berjaga terus-menerus di sana. Selain itu, agar pesepeda aman berkendara sepanjang waktu, kamera pemantau (CCTV) dan penerangan yang memadai perlu dipasang di area rawan.
Terkait penanganan kasus, Nana mengatakan, Polda Metro Jaya dan jajaran menerima 12 laporan kejahatan pada pesepeda kurun September-November. Dari jumlah itu, polisi mengungkap pelaku dari enam laporan kejadian. Total pelaku 10 orang.
Komisaris Besar Yusri Yunus, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, menambahkan, polisi terus mengejar pelaku-pelaku lain yang belum tertangkap, termasuk yang berusaha merebut ponsel seorang perwira marinir TNI Angkatan Laut, Kolonel PW, saat bersepeda di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, 26 Oktober pagi. Para pelaku gagal mendapatkan ponsel PW, tetapi karena berebut PW jatuh dan tangannya patah.
”Kami sudah mengumpulkan semua alat bukti, keterangan saksi-saksi, CCTV pada saat kejadian, sebelum kejadian, dan setelah kejadian. Kami mengidentifikasi ada dua kendaraan pelaku,” ujar Yusri. Pelaku berjumlah empat orang yang berboncengan dengan dua sepeda motor. Ia memastikan petugas sudah mengetahui identitas mereka.