Jakarta Rekrut 1.545 Sukarelawan Pelacak Kasus Covid-19
Masih perlu beberapa hari ke depan untuk melihat tren penambahan kasus dari dampak libur panjang pekan lalu. Sebagai bagian dari antisipasi dini, DKI menambah relawan tracing untuk memperkuat penelusuran kasus Covid-19.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sampai hari kedua setelah libur panjang yang ditandai banyaknya warga Jakarta bepergian ke luar Ibu Kota, angka kenaikan kasus Covid-19 belum terlihat. Namun, guna mengantisipasi lonjakan kasus, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan perekrutan untuk menambah tenaga profesional yang akan melakukan pelacakan atau penelusuran atau tracing.
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, Selasa (3/11/2020), di Gedung DPRD DKI Jakarta, menjelaskan, dari koordinasi pembahasan tentang perkembangan penanganan Covid-19 di DKI Jakarta, untuk libur panjang pekan lalu belum terlihat efeknya terhadap angka kasus. ”Sekarang masih hari kedua. Perlu waktu beberapa hari ke depan untuk bisa mengetahui efek dari libur panjang,” kata Anies.
Pemprov DKI memastikan terus memantau perkembangan melalui gugus tugas di tingkat RT dan RW, serta dikoordinasikan oleh para lurah. Bila ada orang-orang yang memiliki keluhan, mereka akan dipandu untuk bisa segera ke puskesmas dan diperiksa.
Kalau melihat dari periode paling sering muncul gejala biasanya hari ke-5 sampai ke-6 setelah tertular, sampai dengan hari ke-14.
Selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi jilid kedua ini juga terpantau tingkat keterisian ruang rawat inap isolasi di bawah 55 persen. Sementara untuk ruang ICU tingkat keterisian 58 persen.
Sementara untuk hotel-hotel yang menjadi ruang isolasi mandiri pun, saat ini keterisiannya 21 persen. Seperti diketahui, selain membuka satu menara di Wisma Atlet untuk pasien terkonfirmasi Covid-19 tanpa gejala, juga ada sejumlah hotel di DKI Jakarta yang disiapkan sebagai lokasi untuk perawatan pasien tanpa gejala.
Dari puluhan hotel yang disiapkan, ada lima hotel yang sudah dipergunakan sebagai tempat isolasi mandiri pasien terkonfirmasi namun tanpa gejala. Untuk hotel-hotel tersebut, tingkat keterisian pernah mencapai 60 persen, tetapi sekarang 21 persen.
Untuk memperkuat penelusuran, DKI Jakarta melakukan penambahan tenaga profesional untuk melakukan tracing. ”Itu bukan sukarelawan. Itu tenaga profesional untuk melakukan tracing,” kata Anies.
Dwi Oktavia Handayani, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, menyebutkan, tenaga baru yang direkrut itu akan ditempatkan di puskesmas-puskesmas di DKI Jakarta. ”Perekrutan ini kaitannya lebih untuk penguatan tracing kasus,” kata Dwi.
Di dalam laman media sosial Pemprov DKI Jakarta disebutkan, DKI memerlukan 1.545 sukarelawan contact tracer atau pelacak kontak dan 10 data manager atau petugas data. Pendaftaran dibuka sampai dengan 4 November 2020.
Adapun sukarelawan pelacak kontak dan petugas data yang terpilih akan menjalankan tugas sampai akhir Desember. Setiap sukarelawan wajib hadir di puskesmas selama delapan jam per hari.
Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta, kasus Covid-19 di Ibu Kota per Selasa (3/11/2020) bertambah 617 kasus. Angka itu didapat dari pengetesan terhadap 7.998 spesimen, hasil tes PCR terhadap 6.398 orang.
”Hasilnya, 617 positif dan 5.781 negatif. Untuk rate tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 122.409. Jumlah orang yang dites PCR sepekan terakhir sebanyak 51.067,” kata Dwi.
Adapun jumlah kasus aktif di Jakarta turun sebanyak 418 kasus sehingga jumlah kasus aktif sampai hari ini 8.644 orang yang masih dirawat atau isolasi. Sementara jumlah kasus konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari ini sebanyak 107.846 kasus.
Dari jumlah total kasus tersebut, total orang dinyatakan telah sembuh 96.902 orang dengan tingkat kesembuhan 89,9 persen dan total 2.300 orang meninggal dengan tingkat kematian 2,1 persen, sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 3,4 persen.
Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 9,7 persen, sedangkan persentase kasus positif secara total sebesar 8,3 persen. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen.
Lebih lanjut, Dwi Oktavia menjelaskan, untuk tren kasus pascalibur panjang memerlukan waktu untuk bisa memastikan. ”Kalau melihat dari periode paling sering muncul gejala biasanya hari ke-5 sampai ke-6 setelah tertular, sampai dengan hari ke-14,” katanya.