Lagi, Wisatawan Puncak Bogor Terkonfirmasi Reaktif
Pandemi Covid-19 tidak membuat mobilitas warga Jabodetabek menuju kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, turun. Peluang tertular wabah disadari, tetapi tetap tidak menyurutkan niat mereka berlibur ke Puncak.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor kembali mengelar tes cepat terhadap pengunjung yang datang ke kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Dari hasil pembaruan data, dua wisatawan terkonfirmasi reaktif.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Achmad Zaenudin mengatakan, hari kedua tes cepat di Kawasan Puncak, Bogor, dari pembaruan data, dari 177 tes cepat, dua wisatawan dari Serang, Banten, terkonfirmasi reaktif.
”Ada dua wisatawan dari Banten kami minta pulang karena hasil reaktif saat pengecekan di Simpang Gadog. Wisatawan yang reaktif langsung menjalani tes usap,” kata Achmad, Jumat (30/10/2020).
Achmad melanjutkan, pada Kamis (29/10/2020) juga ditemukan wisatawan yang terkonfirmasi reaktif sebanyak 50 kasus dari 1.000 tes capat. Seperti yang disampaikan Kepala Dias Kesehatan Kabupaten Bogor Mike Kaltarina Suwardi, semua yang terkonfirmasi reaktif (Kamis dan Jumat) didata nama dan alamatnya untuk kemudian berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat dan dilakukan tindak lanjut pelacakan. Rata-rata, kasus terkonfirmasi reaktif berasal dari luar wilayah Bogor. Total Pemerintah Kabupaten Bogor mengelar tes cepat dengan menyediakan 3.000 kit tes cepat Covid-19.
Sementara itu, Enggar Dwi Sakti (28), warga Jakarta Selatan, bersama pasangannya tak ingin melewatkan libur cuti bersama pada akhir Oktober ini untuk berwisata ke Puncak, Bogor. Enggar paham konsekuensi berlibur di Puncak saat ini tidak hanya terjebak macet, tetapi juga berisiko terpapar Covid-19.
”Libur panjang, jadi kesempatan jalan-jalanlah. Tujuan ke Puncak saja, cari udara segara. Selama ini, sejak pandemi, belum pernah jalan-jalan ke luar Jakarta. Sumpek kerja terus, jadi memang perlu jalan-jalan dan penyegaran. Kalau macet pasti, kan, apalagi saya bawa mobil. Memang tiap minggu atau libur selalu macet. Itu sudah biasa toh,” tutur pria asal Semarang tersebut.
Enggar menuturkan, kondisi di sejumlah obyek wisata di Puncak, seperti di kebun teh Cisarua dan Telaga Warna, cukup ramai dikunjungi pengunjung, begitu pula di sejumlah rumah makan. Beberapa pengunjung masih ada yang tidak mengenakan masker dan menjaga jarak. Namun, dari pengamatannya, ia sering berjumpa dengan petugas Satpol PP dan petugas lainya untuk memantau ketertiban protokol kesehatan warga.
”Ya, kepikiran juga kalau terciduk petugas karena enggak tertib protokol kesehatan. Jadi, harus taat pakai masker. Ini untuk mitigasi diri sendiri juga. Bawa semprot pembersih tangan. Sepulang libur juga rencana mau ikut rapid test,” tutur Enggar.
Hal senada disampaikan Regi (33), warga Kota Depok, Jawa Barat. Regi pergi bersama istri dan anaknya yang masih berumur 5 tahun ke Puncak, Bogor. Ia mengaku tak terlalu khawatir tertular Covid-19 asal tetap memakai masker dan tetap menjaga kesehatan.
”Insya Allah aman, kami tetap mengenakan masker. Cuma, memang, kalau ke warung atau tempat makan, ramai,” kata Regi yang berangkat menggunakan sepeda motor.
Diberitakan sebelumnya, okupansi hotel di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, meningkat 55 hingga 60 persen selama libur cuti bersama dan Maulid Nabi Muhammad 1442 Hijriah.
Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor Boboy Ruswanto mengatakan, tingkat okupansi hotel di Kabupaten Bogor, terutama di Kawasan Puncak, Bogor, meningkat rata-rata 55-60 persen.
”Rata-rata, pengunjung menginap 1 malam saja. Tingkat okupansi sampai 1 November atau berakhirnya libur panjang tetap 60 persen. Jadi, memang keterisian hotel tidak boleh lebih dari 60 persen. Kita bersama ikuti aturan protokol kesehatan. Pengunjung yang datang juga harus menaati protokol kesehatan, begitu pula karyawan hotel dipastikan sehat atau negatif Covid-19 dalam bertugas,” tutur Boboy, Jumat (30/10/2020).
Boboy mengatakan, PHRI tetap mendukung aturan pembatasan oleh pemerintah agar penyebaran Covid-19 saat libur panjang akhir Oktober ini bisa tetap berjalan dengan kepatuhan protokol kesehatan.
Wali Kota Bogor Bima Arya bersama tim elang saat inspeksi mendadak ke sejumlah rumah makan dan restoran menemukan pelanggaran protokol kesehatan, seperti tidak menerapkan jaga jarak dan situasi restoran penuh.
”Tak ada pembatasan kapasitas 50 persen di restoran. Semua meja dan kursi terisi penuh. Data juga menunjukkan arus masuk ke Bogor di Tol Jagorawi naik dua kali lipat. Jadi, sejumlah restoran penuh. Kami ingatkan rumah makan-rumah makan tolong diperhatikan jaga jaraknya. Kami pantau, rumah makan yang masih melanggar akan kami tindak, akan kami tutup. Kunci mengurangi penyebaran Covid-19 adalah protokol kesehatan, faktanya tak semua patuh protokol kesehatan,” tutur Bima.
Bima melanjutkan, dari laporan yang ia terima dan pemantauannya, arus lalu lintas di Kota Bogor, baik yang berwisata ke Kota Bogor maupun yang hendak menuju obyek wisata lainnya, naik hingga 30 persen.