Terminal Pulo Gebang Mulai Ramai, Pemeriksaan Kesehatan Melonggar
Pengukuran suhu tubuh tidak selalu dilakukan di pintu masuk Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penumpang bus antarkota antarprovinsi mulai ramai di Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Selasa (27/10/2020), sehari menjelang libur panjang. Puncak arus mudik diprediksi berlangsung esok hari. Di sisi lain, penerapan protokol kesehatan terasa lebih longgar dari masa sebelumnya.
Memasuki pintu terminal, tempat cuci tangan masih tersedia. Namun, petugas satpam tak konsisten memastikan semua orang yang masuk mencuci tangan. Pengukuran suhu tubuh juga tidak dilakukan untuk semua pengunjung.
Di Pintu Timur 1, pukul 13.00, misalnya, tidak ada pemeriksaan suhu tubuh dan anjuran mencuci tangan bagi orang yang melewati pintu masuk. Semua pengunjung bisa melintas begitu saja. Sekitar 1,5 jam kemudian, yakni pukul 14.23, petugas kembali meminta pengunjung yang lewat di pintu ini untuk mencuci tangan dan memeriksa suhu tubuh.
Pada Juli lalu, petugas satpam selalu berjaga di Pintu Timur 1. Mereka memeriksa suhu tubuh setiap orang yang masuk serta menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan dan menanyakan keperluan datang ke terminal.
Di tempat pemeriksaan dokumen, penumpang tidak lagi melampirkan hasil
tes Corona Likelihood Metric (CLM) sebagai syarat keberangkatan. CLM merupakan tes daring untuk melihat seberapa besar potensi seseorang terinfeksi virus korona tipe baru.
Petugas hanya memeriksa tiket dan identitas. Setelah itu, penumpang melanjutkan dengan check in mandiri dan menuju terminal keberangkatan. ”Menjelang terminal keberangkatan, ada pengukur suhu digital yang memastikan suhu badan penumpang tidak tinggi,” kata petugas pemeriksaan dokumen Terminal Pulo Gebang, Risnawati.
Menurut pengawas Terminal Pulo Gebang, Bambang Dwi N, CLM tidak diberlakukan lagi seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial di Jakarta. Akan tetapi, protokol kesehatan tetap berlaku. Penumpang wajib memakai masker dan menjaga jarak. Kapasitas bus pun masih dibatasi 50 persen.
Rabu diprediksi puncak penumpang
Libur panjang pada minggu ini, kata Risnawati, turut mengerek jumlah penumpang menuju Jawa dan luar Jawa. Lonjakan arus mudik kemungkinan akan mencapai puncak pada Rabu (28/10/2020) esok.
Pemerintah menetapkan cuti bersama menjelang dan sesudah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada Kamis (29/10/2020). Cuti bersama ditetapkan pada Rabu dan Jumat, disambung dengan libur akhir pekan.
Dalam empat hari terakhir, jumlah penumpang berangkat di terminal ini rata-rata 1.000 orang atau meningkat 20 persen dibandingkan dengan hari normal. Dalam rentang pukul 00.00-08.00 hari Selasa ini saja, ada 165 penumpang meninggalkan Jakarta.
Pada Selasa siang, tujuh bus terparkir di terminal keberangkatan. Bangku di dalam terminal yang diatur dengan jarak fisik pun ramai oleh penumpang.
Salah seorang penumpang jurusan Ngawi, Jawa Timur, Anto (22), ingin pulang untuk merapikan makam ibunya. Di Jakarta, dia bekerja sebagai kuli bangunan. ”Makamnya belum ditembok, makanya izin minta libur ke mandor. Nanti Minggu balik lagi,” ujarnya.
Penumpang lainnya, Adi (26), ingin pulang ke Madiun, Jawa Timur. Dia ingin bertemu keluarga. Karyawan swasta di Jakarta Timur ini libur dari Rabu sampai Minggu (1/11/2020). ”Senin pagi sebelum jam ngantor saya sudah di Jakarta lagi,” katanya.
Menurut agen Perusahaan Otobus Gunung Harta, Ahmad (55), penumpang di masa libur Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini tak seramai tahun sebelumnya. Tahun lalu, Gunung Harta bisa memberangkatkan tujuh bus dengan penumpang penuh dari Terminal Pulo Gebang. Kini, hanya tiga bus yang berangkat dengan muatan maksimal 10 orang. Adapun setiap bus berkapasitas 32 tempat duduk.
”Tahun lalu, banyak penumpang memesan tiket beberapa hari sebelum keberangkatan. Sekarang tak ada yang memesan sama sekali. Semua penumpang beli tiket di terminal waktu mau berangkat. Makanya, kami tak berani menaikkan harga tiket. Tahun lalu, tiket kami naikkan Rp 50.000. Sekarang, ada penumpang saja sudah syukur,” jelasnya.