Rendahnya kepatuhan menjalankan protokol kesehatan membuat kaum muda turut berkontribusi menyebarkan Covid-19. Di sisi lain, mereka juga peduli dengan menjadi sukarelawan dan aktif menyosialisasikan penanggulangan wabah.
Oleh
Krishna P Panolih (Litbang Kompas)
·4 menit baca
Tingkat kepatuhan yang rendah dalam menjalankan protokol kesehatan membuat kaum muda berkontribusi dalam penyebaran Covid-19. Namun, di sisi lain, generasi muda ini juga mempunyai kepedulian tinggi dalam penanganan penyebaran Covid-19, di antaranya dengan menjadi sukarelawan, membagikan bantuan, dan melakukan sosialisasi pencegahan Covid-19.
Di awal pandemi, virus korona baru dipercaya hanya menyerang golongan tua yang rentan dengan kondisi kesehatan. Setelah delapan bulan berjalan, terbukti virus ini bisa menjangkiti siapa pun, baik bayi, anak, golongan muda maupun tua.
Data di laman Covid-19 menyebutkan, penderita terbanyak pada usia muda. Penderita usia 31-45 tahun dengan kisaran 30,9 persen. Kemudian disusul hampir seperempat masyarakat pada usia 19-30 tahun. Adapun usia di atas 60 tahun hanya 10,4 persen. Meski demikian, penderita di usia produktif tersebut berpotensi lebih banyak sembuh (55,6 persen).
Sebaliknya, tingkat kesembuhan pada usia 60 tahun ke atas hanya 9,2 persen. Hal tersebut berdampak pada risiko kematian yang semakin tinggi di usia tua. Tingkat kematian pada usia 46-59 tahun 38,7 persen dan 42,7 persen pada usia 60 tahun ke atas.
Hal ini berarti golongan usia muda berpotensi menularkan kepada golongan tua (usia 60 tahun ke atas). Golongan tua ini semakin rentan saat mereka juga sudah mulai menderita beberapa penyakit penyerta, seperti hipertensi, diabetes, jantung, dan paru.
Kaum muda tidak bisa tidak harus peduli dengan fakta ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyatakan, kalangan usia 20, 30, dan 40-an kini berkontribusi dalam penularan virus ini. Mereka banyak yang harus dirawat, bahkan ada juga yang berakhir dengan kematian.
Kepatuhan rendah
Mengapa kaum muda ini lebih banyak terpapar virus? Hal ini terkait dengan kepatuhan dalam menjalani protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.
Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 (BPS, September 2020) menunjukkan bagaimana perilaku anak muda dalam menjalani protokol kesehatan, terutama saat di luar rumah. Pada responden usia 17-30 dan 31-45 tahun, persentase kepatuhan tertinggi hanya terlihat dari pemakaian masker (sekitar 90 persen). Adapun penggunaan hand sanitizer; mencuci tangan 20 detik; menghindari jabat tangan dan kerumunan; serta menjaga jarak berkisar 70-80 persen.
Hal yang tak kalah penting adalah alasan ketidakpatuhan tersebut. Sekitar 50 persen, termasuk kelompok usia 46-60 tahun, adalah tidak ada sanksi jika tak menerapkannya. Begitu pula dengan aktivitas ke luar rumah dalam kondisi adaptasi kebiasaan baru. Hanya 30 persen menyatakan tetap melakukan protokol kesehatan dan 40-an persen yang mengaku jarang.
Peran positif
Ketidakpatuhan anak muda tersebut bisa dilihat sebagai perilaku negatif. Akan tetapi, hal tersebut tak bisa dipukul rata. Peran pemuda dalam membantu mengurangi penularan virus juga cukup besar.
Dua pertiga responden jajak pendapat Kompas menilai, pemuda mempunyai kepedulian dalam mencegah penyebaran Covid-19. Hasil survei tersebut senada dengan survei Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) bertajuk ”Youth and Covid-19, Impacts on Jobs, Education, Rights and Mental Well-Being” (Agustus 2020).
Kaum muda bagian dari publik yang terdampak pandemi dari aspek pekerjaan, pendidikan, dan kesehatan mental. Meskipun demikian, mereka ini tetap bersemangat dan terus aktif melakukan kegiatan di lingkup pemerintahan, organisasi sosial, masyarakat, dan lembaga-lembaga sosial. Sebanyak 31 persen aktif sebagai sukarelawan dan 27 persen memberikan bantuan kepada warga terdampak Covid-19.
Kontribusi tersebut tak bisa dikesampingkan. Bentuk partisipasi sederhana yang dilakukan pemuda tersebut diakui oleh separuh lebih responden jajak pendapat Kompas. Mereka menyebutkan, ada tiga jenis kegiatan anak muda yang menonjol di lingkungan sekitar rumah, di antaranya pembagian bantuan (23 persen), menyosialisasikan pencegahan Covid-19 (20,79 persen), dan menjaga lingkungan selama pembatasan sosial berskala besar atau PSBB (24,95 persen).
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef); Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO); dan United Nations Population Fund (UNFPA) adalah tiga organisasi yang terus aktif menyuarakan peran kaum muda dalam mengatasi pandemi ini. Begitu juga pada laman covid19.go.id. Salah satu kampanyenya adalah video berdurasi 40 detik bertajuk ”Kaum Muda, Jadilah Pendorong Perilaku Aman Covid-19”.
Pada laman UNESCO, misalnya, seorang mahasiswa dari Chelmsford, Inggris, membuat sejumlah poster dan rutin membawakan cupcakes bagi para tenaga kesehatan dan sukarelawan medis di sejumlah sarana kesehatan. Ada juga yang berinisiatif mencari sumbangan dari sejumlah perusahaan untuk membuat masker atau faceshield yang kemudian dibagikan kepada masyarakat. Bahkan, ada yang turut membantu memelihara hewan peliharaan warga yang tak terurus selama pandemi.
Unicef juga mengampanyekan program COVID19Diaries. Di sini, kaum muda diajak untuk mengunggah bagaimana pandemi berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari dan apa saja yang kemudian mereka lakukan untuk melindungi diri sendiri dan keluarganya.
Penuntasan pandemi masih harus menempuh jalan panjang. Pemuda jangan hanya dicap sebagai pemberi kontribusi negatif pada penyebaran virus. Namun, perannya terbukti ikut menangani penanggulangan Covid-19. Agar lebih maksimal melaksanakan peran positifnya, pemuda didorong makin disiplin menjalankan protokol kesehatan.