Waspadai Potensi Bencana Puting Beliung Selama Masa Pancaroba
Sejumlah wilayah di Indonesia sedang dalam masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Selama masa peralihan itu, hujan disertai angin kencang mesti diwaspadai.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga harus mewaspadai potensi bencana puting beliung yang masih bisa terjadi karena sebagian besar wilayah di Indonesia sedang dalam masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Dampak masa peralihan musim mulai dirasakan warga di Jakarta dan sekitarnya selama beberapa hari terakhir. Di Kota Bekasi, rumah warga yang rusak akibat bencana puting beliung, tepatnya di Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, bertambah dari 149 rumah menjadi 159 rumah.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi Dede Ade Suhendra mengatakan, rumah warga di Kaliabang Tengah yang rusak akibat puting beliung terus bertambah menjadi 159 rumah pada Sabtu (24/10/2020). Adapun pada saat bencana menerjang daerah itu, Jumat (23/10/2020), rumah warga yang awalnya dilaporkan rusak sebanyak 149 rumah.
”Kami bersama tim dari Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bekasi masih melakukan survei langsung ke rumah-rumah warga atau setiap keluarga. Survei ini untuk mengetahui sejauh mana kerusakan rumah warga,” kata Dede saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu sore.
Ia menambahkan, rata-rata kerusakan rumah warga terjadi pada bagian atap karena rumah warga beratap asbes. Asbes itu dinilai tak kuat berpegangan dengan rangka atap yang terbuat dari baja ringan.
Bencana puting beliung yang melanda Kaliabang Tengah, Kota Bekasi, tidak menimbulkan korban jiwa. Hanya satu warga yang menderita luka ringan karena terkena puing-puing asbes.
Sejauh ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pihak kecamatan, kelurahan, dinas sosial, serta dinas permukiman dan perumahan dari Pemerintah Kota Bekasi sudah menyalurkan berbagai bantuan untuk meringankan beban warga terdampak bencana. Bantuan itu berupa makanan siap saji, bahan kebutuhan pokok, hingga terpal dan tenda pengungsian.
Puting beliung merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Puting beliung berpotensi melanda suatu wilayah pada masa transisi atau pancaroba musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan maupun sebaliknya. (Harry Tirto Djatmiko)
”Tenda pengungsian juga sudah kami bangun. Namun, karena warga lebih banyak mengungsi ke tetangga, keluarga, atau kerabat, tenda pengungsian kami jadikan sebagai posko. Warga juga mendapat bantuan terpal dari dinas sosial. Terpal itu dipakai sebagai atap sementara untuk menutup bagian atap rumah yang hilang,” tutur Dede.
Bencana puting beliung yang terjadi pada Jumat juga melanda Desa Babelan Kota dan Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Di Desa Babelan Kota, 58 rumah warga yang tersebar di enam RT rusak. Sementara di Kelurahan Bahagia, terdapat lima rumah dan satu warung makan di tiga RT yang rusak.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bekasi Muhammad Said, Jumat, mengatakan, puting beliung di daerahnya juga pernah terjadi pada 16 Oktober, tepatnya di wilayah Kecamatan Serang Baru. Kejadian itu mengakibatkan 13 rumah rusak di Desa Jaya Sampurna.
Sementara itu, di Ibu Kota, puting beliung merusak 30 rumah warga di Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, pada Selasa (20/10/2020). Camat Koja Ade Himawan mengatakan, bencana puting beliung di wilayahnya terjadi di Kelurahan Tugu Selatan. Sebanyak 30 rumah warga terdampak. Rumah-rumah tersebut tersebar di wilayah RW 007, tepatnya RT 005, RT 017, RT 018, dan RT 019.
Biasa terjadi
Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, puting beliung merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Puting beliung berpotensi melanda suatu wilayah pada masa transisi atau pancaroba musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan maupun sebaliknya.
Sesuai definisi, puting beliung merupakan angin kencang yang bentuknya berputar menyerupai belalai, keluar dari awan Cumulonimbus (CB) dan terjadi di daratan. Jika terjadi di laut, dinamakan water spout.
”Namun, tidak semua awan CB dapat menimbulkan fenomena puting beliung. Ada kondisi tertentu, seperti kondisi ketika labilitas atmosfer melebihi batas tertentu yang mengindikasikan udara sangat tidak stabil,” kata Hary melalui pesan singkat.
Fenomena angin puting beliung juga terjadi dalam waktu singkat atau kurang dari 10 menit. Luasannya bersifat lokal dengan cakupan 5-10 kilometer. Suatu wilayah yang sudah pernah dilanda puting beliung, potensi kembali dilanda bencana serupa kemungkinannya kecil.
Di Indonesia, berdasarkan data BMKG, puncak curah hujan di Indonesia baru akan terjadi pada November 2020 hingga Maret 2021. Meski begitu, puncak curah hujan di sejumlah daerah di Indonesia berbeda-beda. Misalnya, di Sumatera, diperkirakan puncak curah hujan terjadi pada November 2020. Sementara di Pulau Jawa serta Bali dan Nusa Tenggara, umumnya puncak curah hujan diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2021.
Meski demikian, angin puting beliung kecil kemungkinan dapat merusak rumah warga yang dibangun permanen. Bencana ini memiliki potensi merusak bangunan rumah yang bagian atapnya rapuh.
”Warga kami sarankan memperkuat atap rumah yang rapuh karena sangat mudah terempas. Jika ada pohon di sekitar rumah yang rimbun dan tinggi, segera dipangkas untuk mengurangi beban berat pohon tersebut,” katanya.