Stres berlebih di masa pandemi tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari. Kekebalan tubuh juga dapat menurun karena stres berlebih menjadi salah satu penyebab limfosit rendah.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Situasi pandemi berpotensi menambah tingkat stres warga. Beberapa penyebabnya dipicu banjir informasi mengenai Covid-19 hingga kebosanan karena terlalu lama beraktivitas di sekitar rumah.
Swaperiksa Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia terhadap 5.661 orang di 31 provinsi antara 4 April dan 7 Oktober 2020 menunjukkan, 68 persen responden mengalami masalah kejiwaan atau psikologis. Dari jumlah tersebut, 67,4 persen mengalami gangguan cemas, 67,3 persen depresi, dan 74,2 persen mengalami trauma psikologis.
Nabila (26) mulai bekerja dari rumahnya di Tangerang Selatan, Banten, sejak Juli karena semakin banyak temuan kasus konfirmasi positif di perkantoran. Awalnya situasi rumah tidak menunjang pekerjaan karena banyak gangguan. Bukannya produktif, justru banyak pikiran sehingga pekerjaan menumpuk.
Sejumlah penyesuaian dilakukannya supaya tidak stres. Membeli perlengkapan kerja, seperti meja dan kursi minimalis, memasang fasilitas internet yang memadai, dan memulai rutinitas pagi dengan sesuatu aktivitas menyenangkan untuk tingkatkan suasana hati. ”Memasak makanan sendiri sebelum mulai kerja. Memasak buat semangat kerja karena suasana hati jadi lebih baik. Juga tidur yang cukup supaya segar,” ucap Nabila, Kamis (22/10/2020).
Lebih banyak waktu di rumah saja tidak membuatnya sering berdagang. Pola tidurnya tetap dijaga, bahkan jika memungkinkan akan tidur lebih awal.
Safira Mutia (22) tidak punya persiapan ketika harus mulai bekerja dari rumahnya di Jakarta Pusat sejak pertengahan Maret. Bekerja di kasur dan ruang tamu terasa biasa saja baginya. Lama-lama produktivitasnya menurun karena mudah letih. ”Lama-kelamaan kerja tidak sesuai dengan tempatnya menghambat produktivitas. Soalnya cepat capek,” ujar Safira.
Penyesuaian ruang kerja di kamar dengan membeli meja dan kursi jadi pilihannya supaya tidak uring-uringan dengan pekerjaan. Di sisi lain ada pengaturan jam kerja karena fleksibilitas bekerja dari rumah. Tujuannya supaya tahu kapan harus mulai dan berhenti. Dirinya juga sebisa mungkin menjaga komunikasi dengan keluarga dan rekan kerja.
”Komunikasi sama orang rumah supaya tidak ada gangguan di jam kerja. Juga tetap terhubung dengan rekan kerja meskipun hanya sekadar pesan singkat supaya bisa berbagi situasi kerja,” katanya.
Stres selama masa pandemi membuat orang mudah cemas hingga depresi. Bahkan, timbul kekhawatiran atau ketakutan berlebihan. Spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, dr Ida Ayu Kusuma Wardani SpKj(K) MARS, dalam siaran langsung Instagram Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, menuturkan, banyak orang cemas dan depresi karena informasi Covid-19, di rumah saja, bekerja dari rumah, dan terpapar virus korona baru.
”Kondisi itu menimbulkan emosi berkepanjangan sehingga khawatir, takut, mudah marah, dan tersinggung. Perlu hati-hati. Sebaiknya mencari jalan keluar dan meminta pertolongan psikiater atau konsultasi lewat berbagai platform,” ucap Ida.
Relaksasi
Menurut dia, pandemi membuat orang khawatir dan takut berlebih sehingga bertindak sangat waspada termasuk menghindari interaksi. Contohnya memakai antiseptik berlebihan, bahkan menyemprotkan ke barang elektronik, seperti tombol lift. Ada juga ketakutan setiap bertemu orang baru sehingga harus mengenakan masker tiga atau empat lapis dan sangat berjarak meskipun orang baru menerapkan protokol kesehatan.
Akibatnya, hubungan dengan orang sekitar terganggu. Mulai dari tidak ingin keluar rumah, uring-uringan, mudah tersinggung, hingga tidak bisa mengendalikan emosi dan terjadi gangguan tidur. ”Stres berlebihan bisa menurunkan kekebalan tubuh karena memengaruhi sistem limfosit. Limfosit ini salah satu senjata perang melawan virus. Jadi, stres tidak boleh sampai berlebihan dan berkepanjangan karena merugikan diri sendiri,” katanya.
Ida menyarankan saring segala informasi tentang Covid-19 yang berserakan di lini masa dan grup-grup percakapan. Jangan mudah percaya informasi yang tidak jelas sumbernya. Bertanyalah kepada ahli atau mencari informasi pembanding dari sumber-sumber resmi.
Selain itu, lakukan juga relaksasi selama di rumah saja. Ada beragam aktivitas, seperti menghirup udara pagi yang masih segar, rekreasi dengan berkebun, bermain bersama keluarga, dan komunikasi secara terbuka satu sama lain. Aktivitas lainnya adalah olahraga bersama teman secara virtual dan meditasi.
Ida mengatakan, relaksasi mengontrol stres supaya tidak berlebih. Dari situ setiap orang bisa belajar menerima kondisi pandemi dan beradaptasi. Apabila sulit mengatasi dengan relaksasi, jangan ragu berkonsultasi kepada profesional.
”Ada banyak psikoterapi yang diberikan kepada pasien untuk mengurangi kecemasan dan menghadapi situasi,” ujarnya. Ia menambahkan, peran keluarga sangat penting sebagai sistem pendukung di tengah situasi pandemi. Kerja sama dan saling terbuka tentang kondisi masing-masing niscaya akan membantu supaya tidak stres berlebih.