Penumpang Tetap Waspada meski Jam Operasional KRL Kembali Normal
Kapasitas penumpang hanya 40 persen, warga lansia naik kereta di luar jam sibuk. Untuk sementara, anak balita belum boleh naik kereta meskipun jam operasional kereta rel listrik sudah kembali normal.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jam operasional kereta rel listrik atau KRL kembali normal. Kebijakan yang berlaku di masa pembatasan sosial berskala besar atau PSBB transisi ini bukan untuk melonggarkan protokol kesehatan. Pengelola angkutan tetap mengantisipasi agar pengguna angkutan umum tidak terpapar virus korona baru penyebab Covid-19.
Kembali normalnya jam operasional KRL berlaku mulai Senin (19/10/2020). PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengoperasikan 993 perjalanan lewat 91 rangkaian kereta sejak pukul 04.00 hingga pukul 24.00.
Protokol kesehatan di stasiun dan gerbong tetap berlaku seperti biasa. PT KCI membatasi jumlah penumpang hanya 40 persen atau 74 orang per gerbong, orang lansia hanya dapat naik kereta di luar jam sibuk (pukul 10.00 hingga pukul 14.00), dan anak balita belum boleh naik kereta. Adapun penumpang yang membawa barang berukuran besar atau banyak hanya dapat naik di luar jam sibuk supaya tidak mengganggu jaga jarak.
Tari (25) tak mengubah kebiasaan berangkat dan pulang kerja semenjak pandemi meskipun jam operasional kereta sudah kembali normal. ”Saya pilih kereta kosong dari dipo lokomotif kalau untuk berangkat kerja. Jam pulang kerja lebih cepat sehingga tak ada alasan tunda naik kereta,” ucap Tari.
Setiap pekan karyawan swasta ini lima kali menggunakan kereta. Ia biasanya keberangkatan pukul 06.47 dari Stasiun Bekasi dengan tujuan akhir Stasiun Jakarta Kota. Tidak lupa ia selalu mengenakan masker, membawa masker cadangan, memakai pelindung wajah dan baju berlengan panjang, serta mengantongi antiseptik.
Kebiasaan lainnya, mencuci tangan sebelum dan sesudah naik kereta, meminimalkan sentuhan di dalam gerbong, dan tidak pindah gerbong hingga tiba di stasiun akhir. ”Saya lebih memilih kereta selanjutnya ketimbang kereta yang sudah ada di stasiun dalam kondisi penuh,” katanya.
Innaka (27) juga tidak mengubah waktu keberangkatan dan kepulangan semenjak pandemi. Waktu keberangkatan dari Stasiun Bogor dengan tujuan akhir Stasiun Tebet biasanya di luar jam sibuk. Sementara waktu kepulangan lebih cepat sesuai sif kerja di kantor.
Baginya jam operasional kembali normal tidak otomatis mengubah perilaku bertransportasi di masa pandemi. Sebab, pengelola masih membatasi jumlah penumpang dan banyak petugas di stasiun yang akan memastikan protokol kesehatan berjalan dengan baik.
”Karena memang keperluan hanya untuk mengecek kondisi kantor dua hari sekali,” ujar Innaka. Selalu mengenakan jaket serta sebisa mungkin tidak menyentuh barang-barang di stasiun dan gerbong sudah jadi kebiasaan bertransportasi.
Gigih (25) menggunakan kereta untuk berangkat kerja hanya dua atau tiga kali dalam sebulan. Keberangkatannya dari Stasiun Parung Panjang dengan tujuan akhir Stasiun Tanah Abang. Pulang lebih awal atau lebih malam menjadi pilihannya supaya terhindar dari kepadatan penumpang di stasiun dan gerbong.
”Situasi pandemi tetap waspada seperti biasa. Pasti cuci tangan sebelum masuk dan keluar stasiun serta pakai masker tiga lapis dan baju lengan panjang,” kata Gigih. Ia tidak lupa membawa tisu basah untuk mengelap pegangan di dalam gerbong apabila tidak kebagian tempat duduk. Senin pagi, situasi di stasiun-stasiun kondusif. Hingga pukul 08.00 tercatat jumlah pengguna 107.300 orang. Jumlah ini tidak berbeda jauh dari pekan lalu, 107.166 orang.
Sejumlah stasiun mencatat kenaikan dan penurunan jumlah penumpang. Stasiun Bojonggede 8.339 pengguna atau naik 4 persen, Stasiun Bekasi 6.429 pengguna atau naik 5 persen, dan Stasiun Cilebut 5.728 pengguna atau naik 3 persen. Sementara Stasiun Citayam 7.407 pengguna atau turun 2 persen.
VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba menuturkan, pengguna dapat mengatur perjalanan dengan lebih fleksibel dan tidak naik kereta yang penuh karena jam operasional dan frekuensi perjalanan kembali normal. Informasi jadwal, posisi kereta, dan pantauan kepadatan di stasiun terpantau lewat aplikasi KRL Access maupun akun resmi.
”Pengguna hendaknya mengatur jadwal keberangkatan terutama pada jam sibuk supaya terhindar dari kepadatan di stasiun dan gerbong,” kata Anne dalam keterangan tertulis. Siapkan diri sebelum memulai perjalanan supaya protokol kesehatan dapat berjalan. Jika tidak, potensi penularan virus korona baru akan tetap tinggi.
Siapkan diri
Ada banyak pertanyaan warga tentang cara yang aman menggunakan angkutan umum selama pandemi. Apalagi rasanya sulit menerapkan protokol kesehatan seperti jaga jarak. Lantas harus bagaimana warga menyikapi kondisi ini ?
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih dalam diskusi ”Bijak Bertransportasi di Era Pandemi Covid-19”, Selasa (15/9/2020), menuturkan, setiap orang wajib menjaga perilaku kesehatan dan pengelola wajib menjaga lingkungan transportasi. Kerja sama keduanya niscaya mewujudkan transportasi yang sehat atau setidaknya meminimalkan risiko paparan virus korona jenis baru.
Setiap orang wajib memastikan dirinya dalam kondisi prima dan sehat sebelum bertransportasi. Kondisi seperti kurang tidur, meriang, dan flu meningkatkan risiko paparan virus karena daya tahan tubuh menurun. Pastikan posisi masker selalu menutup hidung hingga dagu sejak keluar rumah. Bagi sebagian orang yang sulit bernapas karena memakai masker, dapat menyiasati semprotkan minyak wangi atau minyak angin ke masker.
Daeng menyarankan, gunakan masker bedah karena punya lapisan khusus di bagian luar dan dalam. Lapisan bagian dalam menyerap droplet saat berbicara, bersin, dan batuk. Sedangkan lapisan bagian luar kedap air sehingga droplet tidak masuk.
Pengguna masker kain harus memastikan droplet tidak menembus masker. Caranya, kenakan masker, lalu tiup api di depan wajah. Jika api mati, berarti droplet menembus masker. Pengguna wajib melapisi masker dengan lipatan sapu tangan supaya droplet tidak tembus. ”Orang lain bisa terpapar droplet. Begitu juga diri sendiri terpapar dari orang lain,” ujar Daeng.
Seluruh badan harus dalam keadaan bersih, terutama bagian tangan. Sebab, tangan bisa bergerak ke mana saja. Sebaiknya atau sebisa mungkin tidak memegang atau menyentuh apa-apa di dalam angkutan umum. Apabila telah memegang sesuatu, jangan sekali-sekali mengusap bagian mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan atau gunakan antiseptik.
Sosialisasi atau berkelompok sebaiknya tidak berlangsung selama pandemi. Potensi penularan dari aktivitas ini sangat besar karena droplet dari bercakap atau ngobrol. Jika bertemu teman atau kenalan di stasiun atau halte, relakanlah berbeda kereta atau berjauhan tempat duduk. ”Diam lebih baik saat berada di transportasi umum karena mengurangi risiko terpapar virus,” katanya.
Pengelola transportasi umum wajib mendisinfeksi angkutan setiap kali penumpang turun. Akses masuk dan keluar juga krusial sehingga letakan tempat cuci tangan atau antiseptik untuk bersihkan tangan sebelum masuk dan keluar stasiun atau halte.