Kluster Keluarga Tak Lagi Mendominasi Kasus Covid-19 di Kota Bekasi
Dominasi kasus terbanyak di Kota Bekasi berasal dari Kecamatan Bekasi Utara.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 di Kota Bekasi, Jawa Barat, bergeser dari kluster keluarga ke penularan lokal dan antardaerah. Faktor kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 menjadi catatan khusus.
Data Satuan Tugas Covid-19 Kota Bekasi, pada Senin (19/10/2020), menunjukkan akumulasi kasus korona mencapai 5.515 kasus. Rinciannya, 4.913 kasus sembuh, 468 kasus masih dirawat atau isolasi mandiri, dan 134 kasus meninggal.
Meski ada penambahan kasus, ada tren penurunan kasus positif Covid-19 dibandingkan pekan sebelumnya. Pada periode 12-14 Oktober ada penambahan 379 kasus. Sementara dari periode 14-19 Oktober hanya ada penambahan 219 kasus.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, tren melandainya kasus aktif Covid-19 mulai terjadi pada 18 Oktober 2020. Pada hari itu, dari ratusan sampel yang diperiksa di laboratorium, semua hasilnya negatif. ”Kemarin nihil. Biasanya, kalau 200-300 spesimen diputar (diperiksa), ada 30 sampai 40 kasus. Tetapi, ini tidak bisa dilihat per hari, minimal satu minggu baru kelihatan berapa angka reproduksinya,” kata Rahmat, Senin, di Bekasi.
Kasus Covid-19 di Kota Bekasi kini didominasi kasus transmisi. Kasus dari kluster keluarga yang sempat mendominasi Covid-19 di daerah itu sudah dikendalikan sejak pemerintah menyiapkan ruang isolasi mandiri di Rumah Sakit Darurat Stadion Patriot Candrabhaga dan Green Hotel.
”Paling banyak dari kluster transmisi (lokal dan antardaerah). Dan, yang mendominasi itu di Kecamatan Bekasi Utara,” katanya.
Di Kota Bekasi, kasus tertinggi berdasarkan data harian ada di Kecamatan Bekasi Utara dan Kecamatan Bekasi Barat. Pada Senin, jumlah kasus aktif di dua kecamatan itu masing-masing mencapai 21 kasus.
Kasus di Kecamatan Bekasi Utara itu cukup tinggi karena kurangnya disiplin warga dalam mematuhi protokol kesehatan. Jika kedisiplinan warga membaik, otomatis kasus akan menurun seperti di beberapa kecamatan lain, seperti Pondok Melati dan Bantargebang.
”Kalau kita bisa menekankan kedisiplinan, otomatis kasusnya pasti berkurang. Bantargebang, Pondok Melati, dan Mustika Jaya dulunya tinggi, sekarang melandai karena kedisiplinan membaik,” kata Rahmat.
Adapun untuk mengendalikan lonjakan kasus, Pemerintah Kota Bekasi menargetkan mengoperasikan enam unit portabel tes usap PCR di daerah itu. Enam alat itu akan disimpan di Stadion Patriot Candrabahaga, Laboratorium Kesehatah Daerah Kota Bekasi, dan sejumlah rumah sakit tipe D di kota itu. Enam alat itu ditargetkan dalam 10 hari ke depan mampu memeriksa 10.000 spesimen.
”Jadi kalkulasinya berbanding lurus antara alat uji dan hasil sampel harus selesai satu hari. Makanya, 10.000 alat tes PCR kami targetkan habis dalam beberapa hari ini,” ujar Rahmat.
Selain meningkatkan kapasitas tes, Kota Bekasi juga menambah lagi 40 tempat tidur isolasi pasien Covid-19. Hingga Senin, keseluruhan tempat isolasi pasien Covid-19 di daerah itu mencapai 1.110 tempat tidur.
”Dari 1.110 tempat tidur yang terpakai sampai hari ini ada 729 tempat tidur,” kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Rina Oktavia.
Dari 729 tempat tidur yang terpakai, 118 pasien dirawat di RSUD Kota Bekasi, RSUD Kelas D (20 pasien), rumah sakit swasta (538 pasien), Green Hotel (19 pasien), dan stadion (34 pasien).