Demo Pecah, Pasukan Oranye Siaga di Balik Pos Polisi
Di tepian demonstrasi, pasukan oranya bersiaga. Alat kebersihan di tangan. Tanpa kepastian kapan waktu kerja berakhir, mereka juga harus menepis kekhawatiran keluarga di rumah.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
Hampir satu jam sekali, ponsel Rijal (32) berdering ketika kerusuhan pecah di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Kamis (8/10/2020). Bolak-balik sang istri bertanya, ”Kapan pulang?”
Terbakarnya Halte Transjakarta Bundaran HI dan Tosari malam itu ikut menyulut kepanikan keluarga Rijal. Apalagi, sif kerja Rijal seharusnya berakhir pukul 14.00. Sayang, aksi bakar-membakar membuyarkan rencana bersua putranya. Rijal baru pulang ke rumah 10 jam kemudian.
Hari itu, seperti biasa, Rijal berangkat dari rumahnya di Depok, Jawa Barat, menggunakan sepeda motor. Tepat sebelum matahari terbit, ia sudah menyapu jalur pedestrian di sepanjang Jalan H Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat.
Rijal yang bekerja pada sif pagi seharusnya sudah pulang ke Depok sekitar pukul 14.00. Kabar unjuk rasa memaku langkahnya. Ia diminta bersiaga membantu membersihkan area Bundaran HI dan sekitarnya pascademonstrasi.
Bersama puluhan petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU), mereka menunggu tanpa ada kepastian kapan kerja akan berakhir. ”Sampai rumah sekitar pukul 02.00 dini hari. Habis istirahat dua jam, langsung berangkat sif pagi lagi,” ungkapnya saat sedang mencabuti rumput liar di jalur pedestrian Jalan H Agus Salim, Jumat (16/10/2020).
Unjuk rasa Kamis itu berlangsung dari siang hingga sore, tapi kerusuhan baru pecah pada malam hari. Selama menunggu kerusuhan mereda, Rijal dan PPSU lainnya bersiaga di belakang Pos Polisi Bundaran HI. Menurut Rijal, hanya di sana lokasi paling aman saat itu.
Segera setelah para perusuh meninggalkan lokasi, petugas PPSU turun ke jalanan. Mereka segera membersihkan sampah dan puing-puing yang tersisa dari kebakaran Halte Bundaran HI dan Tosari. Atasan mereka memerintahkan agar jangan sampai ada aktivitas warga yang terganggu keesokan harinya.
”Sampah yang terkumpul di sepanjang Jalan MH Thamrin malam itu bisa sampai satu truk,” kenang Rijal.
Paginya, giliran Wendi (53) dan Supardi (49) yang bertugas membersihkan puing-puing di Halte Transjakarta Tosari. Wendi selama ini bertugas sebagai PPSU di Jalan Purworejo, Menteng; sedangkan Supardi di Jalan Blora, Menteng. Keduanya diperbantukan ke kawasan Bundaran HI pada Jumat (9/10/2020).
Pagi itu, Wendi dan Supardi harus bekerja lebih berat dari biasanya. Selain menyapu di area kerjanya sendiri, mereka juga harus membersihkan sampah di area bekas unjuk rasa. Walakin, keduanya tak mengharapkan apresiasi dalam bentuk apa pun.
”Masih bisa kerja saja sudah bersyukur, apalagi di masa (pandemi) kayak gini. Anak saya aja yang masih muda sekarang lagi dirumahkan,” ungkap Wendi.
Pagi itu, Wendi dan Supardi harus bekerja lebih berat dari biasanya. Selain menyapu di area kerjanya sendiri, mereka juga harus membersihkan sampah di area bekas unjuk rasa. Walakin, keduanya tak mengharapkan apresiasi dalam bentuk apa pun.
Mereka membersihkan puing-puing bekas kebakaran sambil menahan kedua matanya yang pedih akibat terpapar gas air mata. Kendati kerusuhan telah mandek sejak Kamis malam, partikel gas air mata masih mencemari udara hingga keesokan harinya.
Aden (39), petugas PPSU di kelurahan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, juga sedang bertugas pada sif pagi saat unjuk rasa. Namun, karena tinggal tak jauh dari lokasi kerusuhan, ia diminta untuk membantu PPSU yang bertugas pada sif siang, yakni pukul 14.00-23.00.
Kerusuhan pada Kamis itu juga pecah di kawasan Tugu Tani yang berjarak 1 kilometer dari tempat tinggalnya di Jalan Kali Pasir, Menteng, Jakarta Pusat. Pukul 20.00, Aden bergegas ke Kantor Kelurahan Kebon Sirih untuk mendapatkan pengarahan.
”Saya pulang sekitar pukul 16.00 sore. Malamnya diminta balik lagi karena rumah saya dekat. Ya memang sudah tugasnya mau gimana lagi,” katanya.
Tugas Aden tidak hanya membersihkan sampah-sampah yang berserakan. Ia juga membersihkan pecahan kaca mobil yang dibakar oleh massa. Belum lagi sederet coretan umpatan kepada DPR yang tersebar di berbagai titik.
”Coretan di aspal termasuk saya yang bersihin. Pakai cat warna apa aja yang penting tulisannya gak keliatan. Kalau baca tulisan-tulisannya, kasar semua isinya,” tambah Aden.
Sementara pada kegiatan unjuk rasa Rabu (14/10/2020) lalu, tugas Aden relatif aman. Ia tak perlu membantu rekan-rekannya yang bertugas pada sif siang atau sif malam.
Jumat ini, aksi unjuk rasa kembali digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia area Jabodetabek di kawasan Istana Merdeka. Menanggapi aksi ini, pasukan oranye tak khawatir dengan menumpuknya sampah pasca-kegiatan. Bagi mereka, membersihkan sampah adalah kewajiban.
Mereka hanya berharap agar peserta unjuk rasa tidak bersikap anarkistis dan membabi buta. Apalagi, sampai merusak fasilitas umum atau bahkan mencelakakan mereka.