Rencana Vaksinasi Covid-19 Tahap Pertama Sasar 480.000 Warga Kota Bekasi
Kota Bekasi mengusulkan agar 480.000 warga Kota Bekasi diprioritaskan dalam vaksinasi Covid-19 tahap pertama. Proses pendataan warga penerima vaksin saat ini tengah berjalan di tingkat kelurahan.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, menyurati Gubernur Jawa Barat meminta agar vaksinasi Covid-19 tahap pertama diprioritaskan untuk 480.000 jiwa dari jumlah total penduduk Kota Bekasi. Pemerintah daerah setempat saat ini tengah mendata warga Kota Bekasi yang akan diprioritaskan untuk menerima vaksin tahap pertama.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dalam suratnya bernomor 440/6359/dinkes yang ditandatangani pada 14 Oktober 2020 menyampaikan kepada Gubernur Jawa Barat agar 480. 000 jiwa dari keseluruhan warga Kota Bekasi mendapat prioritas dalam pemberian vaksin Covid-19. Dalam surat itu disebutkan, jumlah penduduk Kota Bekasi sesuai data konsolidasi bersih sebanyak 2.458.623 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk usia 18-59 tahun di Kota Bekasi sebanyak 1.551.645 jiwa.
Rahmat dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas dari Bagian Humas Pemkot Bekasi mengatakan, terkait rencana vaksinasi Covid-19, pemerintah daerah tengah mendata warga Kota Bekasi penerima vaksin berdasarkan kriteria dan prioritas. Kriteria dan prioritas itu disesuaikan dengan Instruksi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bekasi Nomor 443.1/1375/SET.COVID-19 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Penanggulangan Covid-19 di Kota Bekasi.
”Instruksi ini secara rinci memberikan tugas kepada dinas kesehatan, dinas sosial, dinas kependudukan dan pencatatan sipil, hingga camat dan lurah se-Kota Bekasi dalam vaksinasi Covid-19 bagi warga Kota Bekasi. Jumlah vaksin untuk 480.000 jiwa ini tersebar di 56 kelurahan. Setiap kelurahan, warga yang akan divaksin ada 8.571 jiwa,” kata Rahmat.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, vaksin yang didatangkan dari luar negeri, menurut rencana, tiba pada November 2020. Sementara vaksin yang diproduksi di dalam negeri baru bisa digunakan pada Januari 2021. Untuk vaksin yang didatangkan dari luar negeri, ia sudah mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk memberikan vaksin tahap pertama kepada warga Kota Depok.
”Saya usulkan warga Kota Depok yang mendapat vaksin pertama. Hanya, tidak bisa 100 persen warga, harus bertahap dulu dari kelompok yang paling riskan, seperti nakes (tenaga kesehatan), TNI-Polri, wartawan, kemudian masuk ke kelompok kedua. Mohon doanya, ini rasa sayang kita kepada warga Depok karena Bodebek menyumbang kasus positif harian paling banyak di Jawa Barat. Itu realitasnya. Jadi, nanti Bodebek didahulukan,” tutur Kamil, kemarin, di Depok.
Keterisian rumah sakit
Di Kota Bekasi, hingga Selasa (13/10/2020), tingkat keterisian pasien Covid-19 di semua rumah sakit mencapai 737 pasien dari total 1.100 tempat tidur. Tempat tidur perawatan dan isolasi pasien Covid-19 tersebar di 46 rumah sakit pemerintah dan swasta serta Rumah Sakit Darurat (RSD) Stadion Patriot Candrabhaga dan The Green Hotel.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Rina Oktavia mengatakan, di RSD Stadion Patriot Candrabhaga yang memiliki kapasitas 55 tempat tidur, hingga Rabu, masih ada 30 pasien yang dirawat. Adapun secara keseluruhan, sejak RSD stadion digunakan, total sudah ada 91 pasien yang pernah dirawat di rumah sakit itu.
”Di The Green Hotel, jumlah kumulatif pasien yang menjalani isolasi sebanyak 22 pasien. Sampai hari ini masih ada 18 pasien,” kata Rina.
Adapun data Satuan Tugas Covid-19 Kota Bekasi pada Senin (12/10/2020) menunjukkan, jumlah akumulasi kasus Covid-19 di daerah itu mencapai 4.917 kasus. Dari jumlah tersebut, 4.045 orang sembuh, 133 orang meninggal, dan 739 masih dirawat atau melakukan isolasi mandiri.
Jumlah akumulasi kasus Covid-19 di Kota Bekasi pada Selasa (6/10/2020) sebanyak 4.001 kasus. Artinya, selama enam hari terakhir ada penambahan 916 kasus. Selain lonjakan kasus, angka kepositifan (positivity rate) di Kota Bekasi juga tinggi, yaitu mencapai 13,75 persen. Persentase itu jauh lebih tinggi dari standar yang ditetapkan WHO, yaitu 5 persen.