Warga Makin Mewaspadai Gejala Covid-19 Saat Musim Hujan
Gejala flu dan Covid-19 yang sulit dibedakan membuat warga kian khawatir. Seiring musim hujan, warga makin waspada dengan gejala flu yang bisa juga adalah gejala Covid-19.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan yang turun semakin sering membuat warga makin mewaspadai potensi kemunculan gejala Covid-19. Sebagian warga yang dilanda flu karena faktor perubahan cuaca ikut cemas. Mereka khawatir terpapar virus korona penyebab pandemi karena gejala flu itu mirip dengan gejala Covid-19.
Kecemasan terkait penularan Covid-19 saat musim hujan muncul lantaran sejumlah gejala yang sulit dibedakan. Wahyudin (36), warga Cengkareng, Jakarta Barat, sempat khawatir karena beberapa hari lalu dilanda demam. Meski demam itu beralasan karena kehujanan saat pulang kerja, dia tetap cemas kalau ada potensi paparan Covid-19.
”Kalau flu, apalagi sampai demam seperti dua hari kemarin, saya jadi terbawa khawatir. Ini, kan, saya masih kerja lapangan, sementara orang-orang sudah pada (kerja) dari rumah. Bisa saja tempat yang saya bersihkan ternyata berpotensi menularkan Covid-19, kita enggak ada yang tahu,” ungkap Wahyudin yang bekerja untuk Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Jakarta Barat, Selasa (13/10/2020).
Rasa cemas muncul lantaran minimnya pengetahuan terkait beda gejala flu dan Covid-19. Nuraini (35), warga Ciracas, Jakarta Timur, sulit membedakan antara gejala flu dan demam biasa dengan gejala pada kasus Covid-19. Dia hanya tahu kalau mengalami demam sampai 38 derajat celsius, dirinya harus melapor ke pengurus warga untuk tes cepat antibodi (rapid test).
Begitu pula Dwi Alishar (50), warga yang melintas di kawasan Jalan Haji Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat. Perempuan ini sempat khawatir ada gejala Covid-19 karena batuk disertai rasa keringnya tenggorokan. Meski begitu, dia jarang bepergian ke wilayah rawan penularan pandemi. ”Pandeminya belum beres, ketambahan lagi musim hujan yang bikin badan sakit musiman. Pokoknya kita pintar-pintar jaga diri supaya enggak sakit,” tuturnya.
Baik Wahyudin, Nuraini, maupun Dwi kini lebih menjaga diri agar tidak sakit selama musim hujan. Nuraini, misalnya, mengaku rutin mengonsumsi minuman vitamin C saat pagi. Sementara Dwi banyak menyediakan buah untuk konsumsi keluarga di rumah.
Gejala beda tipis
Rasa cemas di kalangan publik wajar terjadi karena gejala Covid-19 yang beda tipis dengan penyakit saluran pernapasan lainnya. Ketua Satuan Tugas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menuturkan, hingga kini belum ada gejala khas yang mencirikan seseorang terkena Covid-19. Gejala berupa batuk, bersin, atau demam, tentu bisa terjadi saat musim hujan seperti sekarang.
Meski tampak beda tipis dengan flu atau demam musiman, Zubairi menjelaskan, gejala pada kasus Covid-19 biasanya makin parah setelah beberapa hari. Pada kasus yang parah, kondisi saluran pernapasan menjadi sesak. Dalam riwayat kasus di Indonesia, sesaknya saluran pernapasan karena terjadi peradangan paru atau pneumonia.
Situasi Covid-19 di tengah musim flu menjadi catatan penting di banyak negara. Menurut publikasi JAMA Network Open dari American Medical Association, beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, Brasil, dan Qatar, sempat menghadapi pandemi Covid-19 di tengah musim merebaknya flu.
Osterholm, Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Wabah Menular di University of Minnesota, AS, dalam publikasi itu mengungkapkan, sejumlah negara masih sulit mendeteksi gejala yang saru antara Covid-19 dan influenza. Meski begitu, upaya deteksi harus terus berlangsung agar penanganan tidak salah sasaran.
Meski gejala influenza dan Covid-19 mirip, jumlah kasus yang menjadi parah berbeda. Pada Covid-19, data menunjukkan, sekitar 80 persen mengalami infeksi ringan atau tanpa gejala, 15 persen infeksi parah sehingga membutuhkan oksigen, dan 5 persen mengalami infeksi kritis sehingga memerlukan ventilator (alat bantu pernapasan). Pada penderita influenza, persentase menjadi parah jauh lebih sedikit.
Angka kematian Covid-19 juga lebih tinggi daripada influenza musiman. WHO mencatat, rasio kematian kasar Covid-19 (jumlah kematian yang dilaporkan dibagi dengan kasus yang dilaporkan) 3-4 persen. Untuk influenza musiman, angka kematian ada di bawah 0,1 persen. Namun, kematian sebagian pasien tetap bergantung pada akses dan kualitas pelayanan kesehatan.
Menurut kajian Carlos del Rio dari Fakultas Kedokteran Universitas Emory, AS, yang dimuat dalam publikasi JAMA Network Open, 28 Februari 2020, angka reproduksi Covid-19 adalah 2-3. Artinya, satu penderita bisa menularkan kepada 2 sampai 3 orang lain. Angka tersebut berbeda dengan influenza yang menurut catatan jurnal BMC Infectious Diseases, 4 September 2014, berkisar 1,28.
Kenali gejala
Dari sejumlah penelitian yang terhimpun sejauh ini, Zubairi menyebutkan, kecenderungan gejala Covid-19 tetap bisa dilihat dari batuk, flu, atau demam. Namun, perlu dilihat keparahan penyakit itu selama dua atau tiga hari. Apabila gejala terasa makin parah hingga terasa dada sesak, sebaiknya segera berobat ke layanan kesehatan.
Gejala lain yang muncul juga adalah kehilangan indra penciuman (anosmia) secara tiba-tiba, seperti dilaporkan Asosiasi Dokter THT Inggris pada publikasi daring, 21 Maret 2020. Meski begitu, gejala anosmia tidak spesifik mencirikan seseorang terpapar Covid-19. Zubairi menyarankan, sebaiknya segera lakukan tes jika merasakan keparahan dari gejala yang telah disebutkan.
Zubairi menambahkan, warga sebaiknya pula menghindari pergi ke lokasi fasilitas kesehatan saat pandemi. Sebab, data menunjukkan, penularan justru banyak terjadi di fasilitas kesehatan. Apabila sakit, pertimbangkan kembali urgensi berobat di sana. Menurut dia, lebih baik berobat dengan layanan telemedis jika memungkinkan.