Kasus Positif Covid-19 di Tangerang Selatan Naik Drastis dalam Sepekan Terakhir
Kasus positif Covid-19 di Tangerang Selatan cenderung meningkat drastis selama sepekan terakhir. Penyebab kenaikan kasus masih diselidiki.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pemerintah Kota Tangerang Selatan mencatat kenaikan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dalam sepekan terakhir. Situasi ini membuat ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 semakin menipis. Penyebab kenaikan kasus masih dianalisis.
”Sedang didiskusikan dengan teman-teman di P2P (Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Tangerang Selatan). Saya analisis dulu penyebabnya apa,” ujar Deden Deni, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), saat dihubungi, Senin (12/10/2020).
Kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kota Tangsel selama sepekan terakhir, sejak 5 Oktober hingga 12 Oktober 2020, meningkat drastis. Data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Tangsel menunjukkan, tren penambahan kasus positif di Tangsel naik secara konsisten.
Pada 5 Oktober, ditemukan 3 kasus baru Covid-19. Setelahnya jumlah penambahan kasus terus mengalami kenaikan. Sebagai contoh, pada 6 Oktober terdapat penambahan 6 kasus baru, kemudian ada tambahan 23 kasus baru pada 7 Oktober, lalu 27 kasus baru pada 8 Oktober, dan tambahan 35 kasus baru pada 9 Oktober.
Pertambahan jumlah kasus sempat turun menjadi 21 kasus baru pada 10 Oktober. Namun, sehari kemudian jumlah kasus baru yang dilaporkan kembali naik menjadi 23 kasus positif Covid-19. Dinamika pergerakan kasus baru di Tangsel cenderung konsisten di atas 20 kasus per hari sejak 7 Oktober 2020.
Kenaikan kasus secara drastis di Tangsel ini terjadi tiga pekan setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat pada 14 September 2020. Saat itu, Pemkot Tangsel tidak mengikuti langkah DKI Jakarta yang mengetatkan PSBB.
Keputusan itu dikhawatirkan akan membuat penularan Covid-19 semakin luas di Tangsel. Sebab, warga DKI Jakarta cenderung mencari tempat hiburan yang masih beroperasi saat PSBB ketat diberlakukan di DKI Jakarta. Tangerang Raya menjadi salah satu pilihan karena mal dan kafe di wilayah tersebut masih beroperasi.
Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany sebelumnya mengatakan, butuh waktu bagi pemerintah untuk melihat apakah mobilitas warga DKI Jakarta ke Tangsel berkontribusi terhadap peningkatan kasus di wilayahnya. Hal itu karena hasil tes usap tidak bisa langsung keluar pada hari tes dilakukan, tetapi beberapa hari atau beberapa pekan setelahnya. Oleh karena itu, dampak PSBB ketat DKI Jakarta terhadap Tangsel baru bisa diketahui beberapa waktu kemudian (Kompas.id, 22/9/2020).
Terkait dugaan itu, Deden mengatakan belum bisa mengambil kesimpulan sebab merasa masih butuh waktu untuk memeriksa di lokasi mana saja terjadi penambahan kasus baru secara drastis. Menurut Deden, dinkes perlu berkoordinasi terlebih dulu dengan organisasi perangkat daerah yang lain untuk memastikan dugaan tersebut, misalnya meminta keterangan dari satuan polisi pamong praja mengenai kerumunan di kafe-kafe.
”Harus jelas apakah ada pergerakan. Kemudian, kami harus cari dulu sebarannya (pertambahan kasus baru) di mana saja. Baru kami bisa menyimpulkan,” tutur Deden.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Banten Budi Suhendar berpendapat, ada sejumlah hal yang mesti dicermati untuk mencari tahu penyebab kenaikan jumlah kasus Covid-19 di suatu daerah, yaitu terkait jumlah tes dan kedisiplinan masyarakat.
Apabila kasus di suatu daerah meningkat drastis, ada kemungkinan itu disebabkan peningkatan jumlah tes yang dilakukan pemerintah sehingga kasus baru pun lebih banyak yang terdeteksi. Di sisi lain, jika jumlah tes ternyata tetap dan kasus tetap meningkat, menurut Budi, bisa saja karena masih terjadi penularan yang semakin meluas di tengah masyarakat.
”Artinya, kalau masih terjadi penularan, perlu ada upaya lebih keras dari pemerintah untuk mengefektifkan protokol kesehatan,” ucap Budi.
Siapkan hotel
Tren kenaikan kasus ini membuat Pemkot Tangsel mulai mengambil ancang-ancang untuk mempersiapkan hotel sebagai lokasi isolasi mandiri bagi pasien tanpa gejala.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Tangsel Imbar Umar Ghazali mengatakan, penjajakan sudah dilakukan bersama dengan Perhimpunan Restoran dan Hotel Indonesia Tangsel. Namun, belum ada kepastian berapa jumlah dan nama hotel yang akan dipergunakan karena kapasitas Rumah Lawan Covid-19 sebagai tempat singgah bagi pasien tanpa gejala dinilai masih mencukupi.
Dari sisi rumah sakit, data Dinkes Tangsel per 11 Oktober 2020 menunjukkan tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di ruang isolasi dan ruang intensive care unit (ICU) di sejumlah rumah sakit di Tangsel sudah hampir penuh. Ruang ICU pasien Covid-19 lebih lengkap karena ada ventilator yang disediakan. Berbeda dengan ruang isolasi yang tidak terdapat ventilator.
Kapasitas tempat tidur ICU yang tersedia di seluruh Tangsel sebanyak 20 tempat tidur. Dari 20 tempat tidur itu, sebanyak 19 tempat tidur sudah terisi sehingga tingkat keterisiannya mencapai 95 persen. Adapun tempat tidur di ruang isolasi yang ada di seluruh Tangsel tercatat 281 tempat tidur. Jumlah tempat tidur ruang isolasi yang terpakai kini mencapai 249 atau sudah 89 persen.