Puluhan Pelajar Ditangkap, Diduga Hendak Ikut Demonstrasi Buruh
Puluhan remaja diduga hendak ikut kerusuhan dalam demonstrasi menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja menjadi UU. Saat ponsel mereka diperiksa satu per satu, ditemukan ajakan berdemonstrasi.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejak Kamis (8/10/2020) subuh hingga pukul 09.30, Kepolisian Daerah Metro Jaya menangkap sekitar 40 remaja dari sejumlah lokasi. Mereka diduga hendak bergabung dalam demonstrasi menolak Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja di area Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
”Ini dari Pancoran ada, Palmerah ada, Jalan Asia Afrika ada, Patal Senayan ada. Dari beberapa titik kami kumpulkan di sini,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo di kolong jalan layang Senayan, Kamis. Dari keterangan yang dikumpulkan, mereka banyak berasal dari luar Ibu Kota, antara lain Serang, Tangerang, Bogor, dan Bandung.
Remaja yang sebagian besar pelajar itu mengenakan atau membawa atribut bernuansa hitam. Sambodo menyatakan, mereka dikhawatirkan akan membuat rusuh. Saat ponsel mereka diperiksa satu per satu, ditemukan ajakan untuk berdemonstrasi.
”Daripada mengacau, provokasi, atau lempar petugas, maka kami amankan dulu,” ujar Sambodo.
Menurut dia, polisi punya wewenang untuk mengamankan mereka dalam 1 x 24 jam. Petugas bakal lebih mendalami lagi motif dan aktor yang kemungkinan terlibat mengundang mereka.
Kebanyakan masih berusia pelajar. Remaja putri berinisial F, misalnya, masih berumur 13 tahun. Ia datang dari Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, karena ajakan teman-teman di lingkungan tinggalnya.
”Katanya, daripada diem di rumah, mending ikutan,” ucap F yang sebelum pandemi Covid-19 sudah tidak bersekolah.
Ia tiba di Jakarta pada Rabu (7/10/2020) dengan menumpang kereta rel listrik. Setelah menginap semalam di Stasiun Karet, ia dan teman-temannya menumpang truk yang melintas, mencari tempat demo. Saat menuju Kompleks Parlemen dari arah Cawang, polisi menahan mereka.
F mengaku tidak tahu tujuan unjuk rasa hari Kamis ini, termasuk isu yang diangkat para pendemo.
Terkait unjuk rasa, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Yusri Yunus mengatakan, pihaknya tidak mengeluarkan surat tanda terima pemberitahuan (STTP) bagi penyelenggara demonstrasi yang sebelumnya melayangkan pemberitahuan. Dengan demikian, polisi tidak memberikan izin demonstrasi. Alasannya, Jakarta sedang dalam kondisi darurat penyebaran Covid-19 sehingga aksi pengumpulan massa dikhawatirkan memicu pembentukan kluster penularan baru.
Yusri mencontohkan, polisi mengumpulkan dan memeriksa 200-an orang di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat karena ditengarai bakal ikut unjuk rasa di depan Kompleks Parlemen. Guna mengecek ada tidaknya penyebaran Covid-19, mereka diikutkan dalam tes cepat (rapid test).
Perkembangan terakhir, tes cepat sudah diikuti oleh 90 orang. Hasilnya, 12 orang diketahui reaktif sehingga diminta untuk berlanjut dengan tes usap PCR (reaksi rantai polimerase) guna memastikan lagi ada tidaknya yang positif Covid-19.
”Ini contoh, ternyata bisa menjadi kluster baru Covid-19. Ini bukan hanya membahayakan teman-teman yang mau menyampaikan pendapat, melainkan juga petugas,” ujar Yusri, Rabu.
Seperti diberitakan, Sidang Paripurna DPR pada Senin (5/10/2020) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, menyetujui RUU Cipta Kerja disahkan menjadi UU. Pertentangan pendapat terkait RUU ini terus berlanjut dan penolakan memicu aksi unjuk rasa di berbagai lokasi di Indonesia. Penolakan muncul karena RUU Cipta Kerja dinilai memangkas hak-hak buruh.
Untuk meredam unjuk rasa di Jakarta, kata Yusri, cara bertindak petugas masih sama seperti sejak awal pekan ini. Terdapat 9.346 personel gabungan yang tersebar di seluruh wilayah hukum Polda Metro Jaya di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, yang melakukan langkah preemtif dan preventif. Langkah preemtif dengan mengimbau kelompok massa agar mengurungkan niatnya berdemo. Langkah preventif dengan menggiatkan patroli-patroli.
Petugas di wilayah-wilayah bergerak untuk mencegat kelompok-kelompok yang hendak bergabung ke Jakarta, terutama ke area Kompleks Parlemen. Karena itu, Senayan hingga kemarin Rabu relatif ”bersih” dari demo.