Penurapan di Sepanjang Ciliwung Belum Seimbang
Belum ada pembahasan mengenai hal tersebut, baik dari pihak kecamatan maupun kelurahan. Pembangunan turap di RW 004 berarti harus menggusur rumah-rumah warga di bantaran sungai.
JAKARTA, KOMPAS — Pengerjaan turap beton di Sungai Ciliwung untuk daerah Kebon Manggis, Jakarta Timur, dan Pegangsaan, Jakarta Pusat, yang saling berseberangan belum berjalan seragam. Padahal, musim hujan sudah hampir tiba dan risiko banjir kian mendekat.
Di tepi kali di kawasan Kebon Manggis, pekerjaan menembok bantaran sungai sudah hampir selesai. Adapun di kawasan Pegangsaan masih jauh dari persiapan.
”Perhitungan sejauh ini, tanggal 20 Oktober semua turap beton sudah selesai. Termasuk taman yang akan dibangun di bantaran sungai,” kata Wisnu Ardi, Pemimpin Proyek PT Lamsaruly Artha Kencana (Lake), kontraktor pemenang tender pengerjaan turap beton Masjid Istiqlal dan Kebon Manggis oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Ia ditemui ketika sedang mengawasi pelaksanaan pembangunan turap di Kelurahan Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur, Senin (5/10/2020).
Khusus di Kebon Manggis, PT Lake membangun turap beton sepanjang 400 meter yang dikerjakan sejak Juli 2020. Sebelumnya, pada Maret 2020, di bantaran Sungai Ciliwung di wilayah Rukun Warga (RW) 003 sempat ada tebing yang longsor akibat belum diturap. Kecamatan Matraman membantu membuat beronjong, yaitu kotak persegi panjang dari kawat yang diisi bebatuan dan ditumpuk sepanjang bantaran sebagai penahan sementara agar tanah tidak longsor. Setelah itu, beronjong dibongkar untuk membangun turap secara permanen.
Baca juga : Musim Hujan Mendekat, Warga Kebon Baru Khawatir Kebanjiran
Di samping turap, PT Lake juga memperbaiki Jalan Kesatrian X yang awal tahun ini retak dan nyaris ambles akibat hujan terus-menerus. Badan jalan sudah dipasangi pasak dan akan dicor beton K300 agar tidak terdampak hujan ataupun gesekan aliran sungai. Perihal jalan tersebut akan diaspal merupakan kewenangan Dinas Bina Marga DKI Jakarta. Menurut Wisnu, dengan dicor beton, jalanan sudah bisa berfungsi secara normal.
Ketua RW 003 Kebon Manggis Sumiati mengungkapkan, warga akan meminta BBWSCC agar turut menurap sisa 150 meter dari titik selesainya turap PT Lake hingga ke jembatan menuju Jalan Tambak. Akan tetapi, permintaan tersebut harus melalui proposal terpisah, dan jika dikabulkan, baru bisa dilaksanakan pada 2021 sesuai pagu anggaran yang baru.
”Di sepanjang bantaran sungai agar tidak ada beban yang berisiko merusak turap, warga sudah berkomitmen untuk menjadikannya taman umum, bukan tempat parkir kendaraan,” tutur Sumiati.
Sejak awal, di RW 003 memang tidak ada bangunan permanen di sepanjang bantaran Ciliwung sehingga penurapan mudah dilakukan.
Di RW 003 saat ini juga tengah dikerjakan pelebaran saluran air. Total ada 175 meter got yang akan dibongkar untuk diperdalam dan diperlebar 60 sentimeter. Tujuannya agar aliran air hujan ke Ciliwung dan kanal-kanal sekitar lancar. Pekerjaan sudah mulai dilaksanakan oleh petugas Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jakarta Timur.
Namun, kejelasan pembangunan turap belum ada di RW 004. Perwakilan RW 004 untuk Lembaga Musyawarah Kelurahan Kebon Manggis, Ludi Nurbito, mengatakan, belum ada pembahasan mengenai hal tersebut, baik dari pihak kecamatan maupun kelurahan. Pembangunan turap di RW 004 berarti harus menggusur rumah-rumah warga di bantaran sungai.
”Setidaknya ada 1.000 warga RW 004 yang tinggal di bantaran sungai. Rumah-rumahnya kebanyakan sudah ditembok,” katanya.
Banjir merupakan masalah rutin di sana. Ludi menuturkan, pada pekan ini saja dengan hujan selama tiga hari berturut-turut, rumah warga terendam setinggi sekitar 10 sentimeter.
Terhalang rumah
Pemandangan berbeda terjadi di seberang Kebon Manggis, yakni di Kelurahan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Pada Maret 2020, 18 rumah longsor dan ambles ke dalam Ciliwung akibat hujan deras. Rumah-rumah itu memang dibangun di atas bantaran sungai. Alat berat seperti ekskavator tidak bisa masuk karena terhalang rumah warga sehingga pekerjaan membereskan puing harus dilakukan secara manual oleh petugas Sudin SDA Jakarta Pusat.
Hingga kini tidak ada tanda-tanda akan ada pembangunan turap beton. Perubahan dari bulan Maret ialah di sepanjang rumah ambles itu dibuat beronjong. Itu pun masih setinggi platform, yaitu sekitar 1 meter dari permukaan air.
Baca juga : Penanganan Longsor di Bantaran Sungai Pegangsaan Belum Jelas Berapa Lama
Wisnu menjelaskan, pembangunan turap platform yang sudah dibeton berfungsi sebagai jalan inspeksi bagi petugas Dinas SDA ataupun petugas kebersihan untuk mengambil sampah di kali secara manual. Platform temporer seperti yang terbuat dari beronjong tersebut secara teknis tidak memiliki fungsi apa pun untuk menangkal banjir. Mencegah longsor pun juga tidak bisa karena tanah masih bisa lewat melalui celah-celah batu di dalam beronjong.
”Waktu Kementerian PUPR melelang proyek penurapan Ciliwung di wilayah sini, paketnya memang tidak mencakup sisi Pegangsaan. Hanya paket untuk sisi Kebon Manggis. Mungkin nanti akan dilelang dalam proyek terpisah,” ujarnya.
Puing-puing rumah yang ambles memang tampak telah dibereskan. Akan tetapi, warga kembali membangun bagian rumah mereka yang rusak. Ada yang membangun bilik-bilik baru dari seng dan ada pula yang dari papan tripleks.
Ketika ditemui pada kesempatan berbeda, Lurah Pegangsaan Parsiyo mengakui hal tersebut merupakan kebandelan warga. Mereka melakukannya karena hingga saat ini tidak ada kejelasan tindak lanjut penanganan longsor tersebut.
Ia mengatakan, setelah longsor di bulan Maret, ada pertemuan dengan pihak BBWSCC. ”Saya justru meminta agar mereka menurap beton sepanjang sisi Pegangsaan hingga ke Pintu Air Manggarai karena itu solusi terhadap banjir. Kami sudah mengutarakan siap berdialog dengan warga,” ucapnya.
Menurut dia, warga sejauh ini mengusulkan, apabila hendak diturap, jangan sampai ke atas atau menyentuh rumah-rumah mereka. Cukup di sisi bawah tebing, di dekat platform. Dalam pertemuan itu juga didiskusikan, alat berat untuk menangani sisi Pegangsaan diupayakan bisa masuk dari sisi Kebon Manggis sehingga tidak mengusik permukiman warga. Hingga sekarang belum ada tanggapan lebih lanjut dari BBWSCC ataupun Pemerintah Provinsi Jakarta terkait dengan persoalan ini.