Pemerintah Siapkan Isolasi Mandiri di Hotel, Beban Tenaga Kesehatan Diharapkan Berkurang
Tambahan hotel untuk isolasi mandiri pasien Covid-19 terus disiapkan. Jumlah pasien di Wisma Atlet diharapkan berkurang. Dengan ini, beban kerja tenaga kesehatan diharapkan berkurang.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mengingat kasus Covid-19 yang masih tinggi, penambahan fasilitas isolasi mandiri untuk pasien tanpa gejala dan bergejala ringan terus disiapkan. Harapannya, okupansi pasien di Wisma Atlet, Jakarta, bisa diturunkan. Begitu pula dengan beban kerja tenaga kesehatan di sana.
Hingga kini ada tiga hotel milik swasta yang menyediakan tempat untuk isolasi mandiri. Ketiganya adalah Ibis Senen (Jakarta Pusat), Ibis Style Mangga Dua Square (Jakarta Utara), dan U Stay Hotel Mangga Besar (Jakarta Pusat). Ketiganya memiliki kapasitas 517 kamar. Tingkat okupansi di tiga hotel itu mencapai sekitar 80 persen.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Krishandi mengatakan, ada empat hotel lain yang siap menjadi fasilitas isolasi mandiri. Keempatnya berada di Jakarta Pusat. Nama keempat hotel belum bisa dipublikasi.
”Keempatnya sudah diverifikasi dan siap menjadi fasilitas isolasi mandiri. Kami tinggal tunggu arahan dari Dinkes (DKI Jakarta) dan Satgas Penanganan Covid-19. Secara total, kami menyiapkan 32 hotel untuk isolasi mandiri,” kata Krishandi saat dihubungi dari Jakarta, Senin (5/10/2020).
Empat hotel yang sudah siap berkapasitas 456 kamar. Krishandi menambahkan, hotel yang akan menampung pasien Covid-19 harus lolos uji. Beberapa syaratnya ialah memiliki kamar mandi dalam di tiap kamar, ada jendela untuk akses sinar matahari di kamar, dan luas tempat parkir tidak kurang dari 100 meter persegi.
Hotel untuk isolasi hingga kini kebanyakan ada di Jakarta Pusat. Kami berencana menyediakan fasilitas serupa di utara, selatan, barat, dan timur Jakarta.
Hotel yang terverifikasi juga memiliki zona hijau, kuning, dan merah. Menurut Krishandi, ada protokol yang lebih rinci lagi untuk memastikan keselamatan dan kesehatan semua orang, termasuk staf hotel dan tenaga kesehatan.
Penyediaan hotel untuk isolasi mandiri merupakan kerja sama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Kementerian Kesehatan serta perhotelan. Orang yang menjalani isolasi mandiri di hotel tidak dipungut biaya. Sebab, pemerintah menganggarkan Rp 100 miliar untuk isolasi di hotel bintang dua dan tiga. Isolasi berjalan 14 hari dalam rentang September hingga Desember 2020 (Kompas, 30/9/2020).
”Hotel untuk isolasi hingga kini kebanyakan ada di Jakarta Pusat. Kami berencana menyediakan fasilitas serupa di utara, selatan, barat, dan timur Jakarta,” ujar Krishandi.
Hingga kini, jumlah kasus aktif Covid-19 di Jakarta ada 12.969 kasus atau turun 165 kasus dibandingkan dengan Minggu kemarin. Tingkat kematian 2,2 persen dan per hari Senin ini ada 1.712 kematian. Adapun jumlah orang sembuh sebanyak 65.295 orang.
Okupansi menurun
Koordinator RS Darurat Covid-19 Tugas Ratmono mengatakan, per Senin pagi, tingkat okupansi di Tower IV dan Tower V Wisma Atlet masing-masing 40 persen dan 60 persen. Tower IV dan V digunakan untuk pasien tanpa gejala.
Adapun Tower VI dan VII (untuk pasien Covid-19 sakit ringan dan sedang) huniannya 59 persen dan 66 persen. Tugas mengatakan, ada penurunan tingkat okupansi di Wisma Atlet selama dua minggu terakhir.
”Walau masih ada penambahan kasus Covid-19 di Jakarta, kami melihat penurunan tingkat okupansi. Tingkat huniannya tidak seperti minggu-minggu kemarin yang mencapai 90 persen. Ini karena sekarang pasien bisa isolasi mandiri di hotel,” kata Tugas.
Penurunan tingkat hunian diharapkan bisa menurunkan beban kerja tenaga kesehatan di Wisma Atlet. Menurut Tugas, seluruh tenaga kesehatan dan sukarelawan dikondisikan agar tetap gembira, sehat, dan tidak kelelahan. ”Kami harap tidak ada yang tertular (Covid-19),” ucapnya.
Kurangi beban tenaga kesehatan
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto berujar, banyaknya pasien yang ditangani bisa membuat tenaga kesehatan kelelahan. Ia mengingatkan semua orang untuk memutus mata rantai Covid-19. Selain untuk memutus pandemi, ini juga mengurangi beban tenaga kesehatan.
Menurut riset oleh Program Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagian besar tenaga kesehatan kelelahan. Riset dilakukan terhadap 1.461 responden yang terdiri atas tenaga kesehatan di seluruh Indonesia. Lebih dari 50 persen responden menangani pasien Covid-19.
Riset menunjukkan ada 82 persen responden kelelahan dengan kategori sedang, 17 persen kategori rendah, dan 1 persen kategori tinggi (Kompas.id, 5/9/2020).
”Kami masih punya semangat tinggi untuk bekerja sesuai SOP dan kode etik. Kalau bisa, kami berharap jumlah pasien menurun. Kami mengharapkan kesadaran masyarakat untuk memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak,” ucap Slamet.
Ia menambahkan agar pemerintah memenuhi kebutuhan logistik, seperti obat dan ventilator. Ini penting jika pemerintah mau menurunkan angka infeksi dan kematian.