Mencari dan Mendata Mereka yang Tersisih
Sensus penduduk 2020 berakhir pada 28 September 2020. Warga yang tersisih dan terpinggirkan tak luput dari pendataan ini.

Petugas sensus penduduk ketika menghampiri warga yang tertidur pulas di tepi Kali Krukut, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2020). Sensus itu merupakan sensus terakhir dalam kegiatan sensus penduduk di DKI pada 2020.
Endang (48) tertidur pulas di sebuah bangku kecil di Tepi Kali Krukut dalam situasi gelap gulita. Musik berirama dangdut dari tape recorder mini yang tersimpan di dekat kuping membuatnya kian terlelap. Kilauan cahaya sorotan senter, panggilan petugas, dan dikerumuni nyamuk sama sekali tak membangunkan lelaki separuh baya yang larut jauh dalam alam mimpi.
”Pak, permisi. Maaf Pak. Saya petugas sensus. Pak, bangun. Pak, bangun,” panggil petugas sensus.
Endang terjaga saat tubuhnya diguncang cukup keras oleh salah satu kerabatnya. Masih dalam kondisi setengah sadar, lelaki itu kebingungan di hadapan petugas sensus yang memegang pena dan kertas sembari sesekali menyoroti wajahnya dengan lampu senter.
Petugas dengan sabar menjelaskan tujuan kedatangan mereka. Ia tampak kebingungan hingga lupa alamat tempatnya tinggal. Pengalaman dicacah oleh petugas sensus baru pertama kali dialami lelaki yang bekerja sebagai pemulung selama hidup di Tanah Air.

Petugas sensus saat mendata salah satu warga di Tepi Kali Krukut, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2020) malam.
”Saya kagak ngarti sensus itu apa. Tadi bangun itu udah senang. Mikirnya ditulis, mau dikasih bantuan,” ujar lelaki asal Makassar, Sulawesi Selatan, itu.
Baca juga: Sensus Penduduk di Masa Pandemi
Petugas kemudian bergeser sekitar 10 meter dari tempat Endang. Di sana, satu keluarga bersama anaknya yang masih berumur lima tahun sedang terlelap. Cucuran keringat yang mengalir di wajah mereka sama sekali tak mengurangi kenyamanan tidur keluarga kecil itu. Luas tempat mereka terlelap lebarnya tak sampai 1 meter dan panjang sekitar 2 meter.
Gubuk beratapkan terpal dan berdinding baliho hingga kain lusuh itu dilengkapi lampu dengan pencahayaan temaram. Saking sempitnya gubuk itu, jika dilihat sepintas seperti hanya diisi satu orang. Di gubuk itu, petugas secara bergantian memanggil dan terus berupaya membangunkan keluarga itu. Sudah hampir 10 menit berlalu, belum ada salah satu dari anggota keluarga itu terjaga.

Petugas sensus berupaya membangunkan warga yang tertidur pulas di gubuknya di Kali Krukut, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2020).
Salah satu aparat kepolisian yang mendampingi para petugas sensus kemudian mendekat. Polisi itu berhasil membangunkan suami dari anggota keluarga itu setelah beberapa kali meninggikan nada suaranya.
”Maaf, kami dari sensus. Di data sebentar ya Pak. Nanti boleh tidur lagi,” kata petugas sensus setelah lelaki itu terjaga.
Sensus penduduk yang berlangsung malam itu, Senin (28/9/2020), di tepi Kali Krukut, Tanah Abang, Jakarta Pusat, merupakan satu dari berbagai lokasi yang didatangi petugas di lima kota administrasi dan satu wilayah kabupaten di DKI Jakarta. Sensus itu merupakan sensus terakhir di 2020.
Baca juga: Sensus Penduduk 2020 Dimulai

Petugas sensus saat mendatangi warga Kali Krukut, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2020) malam.
Pencacahan dengan mendatangi warga negara yang tersisih karena tak tinggal tetap atau terpinggirkan di sudut-sudut Ibu Kota akibat kerasnya perjuangan bertahan hidup bertujuan menggenapkan proses pendataan penduduk di 2020. Sensus penduduk di seluruh Tanah Air, termasuk di DKI Jakarta, sudah berlangsung sejak Februari 2020.
Proses pencacahan di DKI Jakarta dimulai pada Senin tepat pukul 22.00 hingga pukul 00.00. Di Jakarta Pusat, wilayah Kecamatan Tanah Abang, lokasi yang disasar petugas, yakni sepanjang jalan di tepi Kali Krukut. Tunawisma yang didata tersebar di tiga wilayah administrasi kelurahan, yakni Kebon Kacang, Kebon Melati, dan Kampung Bali.
Lelaki itu mengaku memiliki rumah yang dihuni bersama anak perempuannya di wilayah Petamburan, Tanah Abang. Namun, sudah satu bulan, ia memilih pergi dari rumah karena sering dimarahi anaknya. Lelaki itu dianggap membebani ekonomi keluarga.
Kisah yang dialami petugas sensus di wilayah Tanah Abang malam itu berbeda-beda, unik, hingga menyayat hati. Para petugas sensus yang mematangkan persiapan di Kantor Kecamatan Tanah Abang dengan bekal kelengkapan mulai dari alat perlindungan diri—masker, hand sanitizer, pelindung wajah—buku pendataan, senter, hingga jas hujan kemudian bergegas ke tepi Kali Krukut. Perjalanan ke titik awal pencacahan yang berjarak sekitar 500 meter dari kantor kecamatan itu ditempuh petugas menggunakan sepeda motor.
Saat tiba di titik pertama, seorang lelaki paruh baya tengah tertidur pulas beralaskan kain, tepat di tepi jalan di pinggir kali. Petugas lalu menjelaskan maksud kedatangan mereka, ia dengan sabar membuka tas dan menyodorkan kartu tanda penduduk miliknya.

Petugas sensus saat mendatangi warga Kali Krukut, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2020) malam.
Lelaki itu mengaku memiliki rumah yang dihuni bersama anak perempuannya di wilayah Petamburan, Tanah Abang. Namun, sudah satu bulan, ia memilih pergi dari rumah karena sering dimarahi anaknya. Lelaki itu dianggap membebani ekonomi keluarga.
Baca juga: Mencatat Indonesia Melalui Sensus
Seusai didata, para petugas sensus terus bergerak. Setiap warga negara yang berada di tepi kali wilayah kelurahan Kebon Kacang, tak luput dari pendataan petugas. Sekitar satu jam kemudian, petugas tiba di wilayah Kelurahan Kebon Melati. Di tempat itu, sebagai besar warga tampak memilih berbaring atau tidur di tepi jalan beralaskan tikar.
Sementara gubuk mereka berada tepat di di tepi kali dan tak terlihat karena tertutup dinding pagar beton. Jumlah anggota keluarga di wilayah yang oleh warga disebut Tanggul Gedung Ijo itu cukup banyak.
”Jangan kaget, ya, Pak, kalau tiba-tiba jadi banyak. Sebagian belum keluar dari sarang,” kata salah satu warga, saat mereka dihampiri petugas sensus.

Petugas sensus saat mendata warga di Tepi Kali Krukut, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Senin (28/9/2020) malam.
Di tempat itu, setiap keluarga rata-rata memiliki anak lebih dari tiga orang. Mereka bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan Rp 70.000 sampai Rp 80.000 setiap 10 hari.
Kabur ke sungai
Proses pencacahan yang berlangsung lebih kurang dua setengah jam pada malam itu relatif berjalan lancar. Hal ini karena sebagian warga yang menetap di wilayah itu rata-rata sudah diberi tahu pengurus wilayah, baik itu dari kelurahan, RW, maupun RT, bahwa mereka akan didatangi petugas sensus pada malam hari.
Baca juga: Kisah Petugas Sensus Penduduk 2020 yang Berjibaku demi Terwujudnya Satu Data
Namun, saat petugas sensus tiba di Kampung Bali, tepatnya di bagian belakang Stasiun Besar Tanah Abang, ada sebagian warga yang memilih kabur. Salah satu warga yang membangun gubuk tepat di bawah jembatan itu tiba-tiba menghilang ketika dipanggil petugas.
Para petugas sensus bertahan sekitar 10 menit di tempat itu sembari berusaha mencari warga dimaksud. Petugas terus memanggil dan mengarahkan sorotan cahaya senter ke berbagai sudut jembatan hingga semak yang tumbuh di tepi kali itu.

Petugas sensus saat mendatangi warga Kali Krukut, Jakarta Pusat, pada Senin (28/9/2020) malam.
”Ayo cukup, biarkan saja. Bahaya kalau dia makin takut dan nyemplung ke sungai,” kata salah satu petugas.
Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Tanah Abang kemudian menjelaskan, sebagian warga di tempat itu memang takut saat didatangi petugas. Ini karena tempat mereka tinggal sering menjadi sasaran razia bangunan liar.
Tak mudah
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik DKI Jakarta Buyung Airlangga, sensus penduduk pada prinsipnya mengunjungi bangunan fisik rumah yang dihuni oleh keluarga. Oleh karena itu, proses pencacahan Senin malam, bertujuan mendatangi warga negara yang bertempat tinggal tidak tetap.
Baca juga: Dari Sensus ke Budaya Registrasi
”Khusus malam ini kami menangkap mereka yang tidak punya tempat tinggal tetap. Dengan demikian, kami menggenapkan dan menyempurnakan pencatatan seluruh masyarakat yang berdomisili di DKI,” kata Buyung.

Kepala Badan Pusat Statistik DKI Jakarta Buyung Airlangga
Proses pencacahan penduduk di DKI Jakarta sudah berlangsung sejak Februari 2020. Proses awal dimulai dengan sensus secara daring dari awal Februari sampai Maret 2020. Dalam proses sensus daring, setiap individu memperbarui datanya secara mandiri melalui laman yang sudah disiapkan BPS.
”Setelah itu kami melakukan pendataan dari rumah ke rumah warga. Ini untuk mereka yang sudah mendaftar secara daring agar ada verifikasi dan mereka yang belum mendaftar," katanya.
Proses sensus penduduk di Jakarta melibatkan sekitar 6.000 petugas. Pencacahan penduduk pada masa pandemi Covid-19 tak hanya menuntut kewaspadaan tinggi para petugas sensus saat berinteraksi dengan warga di lapangan.
Petugas yang terlibat dalam sensus penduduk di 2020 sudah melalui proses seleksi ketat sejak tahap perekrutan. Mereka yang lulus seleksi dan mengikuti kegiatan pencacahan harus dipastikan bebas Covid-19 berdasarkan hasil tes cepat.
Baca juga: Sensus Penduduk 2020, BPS Jamin Keamanan Data Pribadi
”Pada masa pandemi, kami kesulitan mencari petugas karena kami tidak ingin sensus ini menjadi carrier bagi pandemi. Jika saat tes cepat, ada calon petugas yang reaktif, kami harus cari baru lagi. Jadi, proses perekrutan itu berkali-kali,” ucap Buyung.
Di masa pandemi, kendala lain yang dihadapi adalah sebagian masyarakat enggan menerima petugas sensus. Jadi, ada kalanya petugas harus terlebih dahulu bersusah payah meyakinkan masyarakat untuk menerima petugas sebelum dilakukan pendataan.
Proses berat sensus penduduk di 2020 pada masa pandemi Covid-19 telah dilalui. Warga terpinggirkan dan tersisih yang selama ini sering luput dalam pembangunan di tengah kilau Kota Metropolitan, dihampiri, dicari, dan dicatat negara. Tujuannya agar terwujudnya satu data kependudukan Indonesia.