Gangguan Keamanan Meneror Tangerang Raya, Menggerus Rasa Aman Warga
Rentetan kekerasan dan kejahatan di Tangerang Raya membuat resah warga. Penanganan pandemi Covid-19 yang buruk disebut membuat warga semakin diliputi ketidakpastian sehingga kriminalitas bermunculan.
Sejumlah kasus kriminalitas bermunculan di wilayah Tangerang Raya dalam sepekan terakhir. Kejadian tersebut membuat warga resah. Hak mereka sebagai warga negara untuk memperoleh rasa aman berpotensi terenggut.
Selama sepekan terakhir, wilayah Tangerang Raya mengalami sejumlah gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat atau kamtibmas. Salah satunya bentrok antarwarga di Ciledug, Tangerang, Banten, Selasa (29/9/2020) malam. Fauzan (40), warga yang tinggal di sekitar lokasi bentrokan menjelaskan, kejadian tersebut melibatkan kelompok penjaga lahan kosong dan warga sekitar.
Bentrokan bermula saat terjadi kesalahpahaman antara warga dan kelompok penjaga lahan kosong. Warga sekitar yang beraktivitas di sebuah lahan kosong terlibat keributan dengan penjaga di sana. Penjaga lahan kosong tersebut melukai salah seorang warga. Tidak terima rekannya dilukai, terjadi aksi saling balas hingga keributan membesar.
”Suasananya mencekam. Polisi sama tentara sampai turun mengamankan jalan. Mereka bawa senjata tajam. Daripada jadi korban, saya tutup warung lebih awal,” ujar Fauzan ditemui di sekitar lokasi bentrokan, Rabu (30/9/2020).
Baca juga : Polisi Dorong Korban Lain Penipuan Tes Cepat di Bandara Soekarno-Hatta Segera Melapor
Menurut Fauzan, bukan cuma sekali itu saja terjadi keributan antara warga dan kelompok penjaga lahan kosong. Sejumlah keributan kecil sebelumnya beberapa kali terjadi. Seingat Fauzan, ada tiga kali keributan antarwarga, tapi yang paling besar dan mencekam baru yang ia alami Selasa malam tersebut.
Sebagai warga setempat, Fauzan mengharapkan suasana yang aman dan kondusif untuk beraktivitas. Oleh sebab itu, ia meminta kepada aparat keamanan untuk mengantisipasi kejadian bentrok itu terulang. Selama ini, patroli sudah dilakukan polisi. Namun, Fauzan menilai langkah itu belum cukup.
”Kalau bisa kelompok penjaga lahan itu agar pergi dari sini. Karena sudah beberapa kali bikin keributan. Saya khawatir nanti bisa ada ribut-ribut lagi,” ujarnya.
Permasalahan ego sektoral antarkelompok organisasi masyarakat sangat tinggi dan bisa meletus kapan saja. (Wisnu Wardana)
Kepala Polsek Ciledug Komisaris Wisnu Wardana menyampaikan, polisi telah mengamankan 16 orang untuk dimintai keterangan. Hingga sekarang, polisi belum menetapkan tersangka karena masih melakukan penyelidikan. Bentrokan tersebut menyebabkan tiga orang terluka.
Wisnu mengatakan, wilayah Ciledug yang merupakan kawasan metropolitan membuat wilayah itu rawan terjadi bentrok atau gesekan antarwarga. Permasalahan ego sektoral antarkelompok organisasi masyarakat (ormas) sangat tinggi dan bisa meletus kapan saja.
Selain itu, Wisnu menyampaikan jumlah personel di jajarannya hanya 90 orang. Jumlah yang ia nilai kurang ideal untuk melayani seluruh warga di wilayah hukum Polsek Ciledug yang terdiri dari tiga kecamatan.
”Karena itu, kami berusaha menggalang tokoh-tokoh masyarakat dan agama. Kami kedepankan peran pembinaan masyarakat untuk antisipasi ke depan,” kata Wisnu.
Penganiayaan
Di Kota Tangeraeng Selatan (Tangsel), sejumlah gangguan kamtibmas juga terjadi dalam sepekan terakhir. Gangguan yang dialami warga, antara lain, penganiayaan dan konvoi sekelompok orang dengan senjata tajam. Dua kejadian tersebut terjadi hanya berselang satu hari.
Kejadian pertama menimpa PMS (22) yang diserang sekelompok orang di wilayah Kampung Sawah, Ciputat, Tangsel, Banten, pada Minggu (27/9/2020) dini hari. Amelia (29), warga sekitar, mengatakan, korban diserang menggunakan senjata tajam oleh sekelompok pemuda tidak dikenal. Akibat terkena senjata tajam, tangan korban terluka parah dan harus mendapat perawatan.
”Infonya, sih, para pelaku itu lagi mabuk. Si korban ini mau pulang ke rumahnya kemudian diserang. Saya belum tahu apa motifnya,” kata Amelia.
Baca juga : Ancaman Senyap dari Jalan Raya
Insiden itu membuat Amelia cemas. Sebab, peristiwa yang menimpa PMS itu terjadi dini hari. Amelia yang sering pulang dari bekerja di malam hari khawatir menjadi korban selanjutnya.
Sehari berselang atau pada Senin (28/9/2020) dini hari, teror senjata tajam juga terjadi di Jalan Jombang Raya, Pondok Aren, Tangsel. Di media sosial beredar luas rekaman video beberapa pemuda sedang konvoi menggunakan sepeda motor sembari mengayunkan senjata tajam. Meski tak sampai memakan korban, video tersebut memicu keresahan warga.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Polres Tangsel Ajun Komisaris Besar Iman Setiawan menyatakan, pihaknya sudah mengamankan pelaku dari dua kasus tersebut. Hanya saja, ia tidak berbicara banyak ketika diminta menjelaskan lebih detail ihwal penangkapan pelaku.
”Sudah diamankan oleh satreskrim (satuan reserse kriminal),” katanya.
Terkait desakan warga untuk lebih mengintensifkan patroli, Iman menyebut selama ini jajarannya sudah melakukan patroli rutin untuk menjaga keamanan warga. Ia membantah saat disebut jarang melaksanakan patroli. Menurut Iman, pengungkapan kasus penganiayaan bias dilakukan kurang dari sehari karena ada petugas patroli yang kebetulan berada di dekat lokasi.
Kendati demikian, ia menerima saran dan masukan warga. Ke depan, Iman akan kembali memetakan ulang titik-titik patroli. Terutama di wilayah-wilayah yang dirasa rawan terjadi gangguan kamtibmas.
Vandalisme di mushala
Di Kabupaten Tangerang terjadi keributan di media sosial yang dipicu beredarnya video yang merekam aksi vandalisme di Mushala Darussalam, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Selasa (29/9/2020). Video tersebut memperlihatkan kondisi dalam mushala yang dicoret-coret cat hitam dengan kata-kata provokatif.
Ihwal vandalisme di mushala itu menyulut amarah warga. Dari hasil penyelidikan dan meminta keterangan sejumlah saksi, polisi lalu menangkap tersangka vandalisme. Tersangka berinisial S (18), mahasiswa perguruan tinggi swasta di Jakarta. Ia tinggal sekitar 50 meter dari mushala yang dimaksud.
Kepala Polres Tangerang Komisaris Besar Ade Ary Syam Indradi menerangkan, hingga saat ini tersangka masih dalam pemeriksaan. Motif perbuatannya karena tersangka meyakini apa yang ia lakukan adalah benar. Polisi, menurut rencana, akan memeriksa kondisi kejiwaan tersangka. Untuk sementara, tersangka mengaku melakukan vandalisme atas kemauan sendiri dan bukan berdasarkan perintah orang lain.
Baca juga : Balap Liar di Senayan Tak Henti Mengganggu Publik sejak Setengah Abad Silam
Karena kejadian itu, Ade mengimbau warga untuk tidak menyebarkan video vandalisme mushala tersebut agar tak memicu perselisihan antarwarga. Ia mengkhawatirkan ada pihak yang kian membakar emosi masyarakat dengan menyebarkan video dengan kalimat-kalimat provokatif.
”Fakta yang ada sangat berbeda dengan persepsi warga. Kami sedang berusaha kumpulkan fakta agar ceritanya utuh. (Video) jangan disebarkan dan ditambahi kata-kata berdasarkan analisa pribadi karena bisa memicu permusuhan,” kata Ade.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengecam aksi vandalisme tersebut. Ia juga meminta warga agar tidak terprovokasi dan tetap tenang. Ahmed memerintahkan jajaran di bawahnya untuk memperkuat lagi sistem keamanan lingkungan. Ketika ada kejadian atau peristiwa, warga diminta melaporkannya kepada aparat penegak hukum agar tak menimbulkan kekacauan.
”(Sepertinya) masih banyak pembinaan kepada pemuda yang harus kita lakukan. Terutama pembinaan di mentalnya” kata Zaki.
Dari rangkaian gangguan kamtibmas di wilayah Tangerang Raya, sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Rakhmat Hidayat, berpendapat, fenomena tersebut tak dapat dilepaskan dari penanganan pandemi Covid-19 yang belum optimal. Pandemi, kata Rakhmat, telah membuat perekonomian warga jatuh sehingga banyak yang menganggur dan mengalami tekanan hidup.
Situasi itu menyebabkan warga mengalami kondisi sosial ekonomi yang terdesak sehingga mengancam keberlangsungan hidup mereka. Karena mengalami tekanan sosial, warga kemudian mudah tergerak untuk menempuh cara-cara instan untuk bertahan hidup, seperti berbuat kriminal.
Rangkaian gangguan kamtibmas di wilayah Tangerang Raya tak dapat dilepaskan dari penanganan pandemi Covid-19 yang belum optimal. Pandemi telah membuat perekonomian warga jatuh sehingga banyak yang menganggur dan mengalami tekanan hidup. (Rakhmat Hidayat)
Kasus vandalisme dan konvoi senjata tajam oleh para pemuda pun, menurut Rakhmat, berkaitan dengan penanganan pandemi meski tak secara langsung. Kondisi yang serba sulit menyebabkan warga stres sehingga mereka mengartikulasikan tekanan hidup itu dengan melakukan tindakan yang mengganggu kamtibmas.
”Maka, penanganan pandemi oleh pemerintah juga sangat penting. Tidak bisa ini diselesaikan dengan pendekatan hukum semata,” kata Rakhmat.