Pemutusan mata rantai penularan Covid-19 bergeser ke hotel-hotel. Orang tanpa gejala (OTG) dapat
menjalani isolasi mandiri di kamar penginapan itu. Kini mereka mejadi tamu istimewa, dengan layanan yang berbeda.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS ― Dua hotel di Jakarta mengubah layanannya. Untuk sementara, mereka tidak melayani tamu umum yang menginap, tetapi tamu hotel kali ini adalah pasien klasifikasi orang tanpa gejala dan orang dengan gejala ringan.
Pemandangan berbeda terlihat sejak Minggu (27/9/2020) hingga Selasa (29/9/2020) siang di Hotel U Stay Mangga Besar, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Tidak seperti biasanya, kemarin, tidak terlihat kendaraan parkir di halaman hotel. Di area itu terlihat seorang petugas dengan alat pelindung diri warna putih mengelap kaca bagian dalam pintu masuk. Enam petugas lain berseragam dari Polri, TNI, dan satuan polisi pamong praja berjaga-jaga di pos pada sudut kanan hotel.
”Sejak Minggu, mobil ambulans datang kemari mengantar orang tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan ke hotel ini,” ujar Sersan Dua Norman S, Bintara Pembina Desa Kelurahan Kartini, Sawah Besar, yang bertugas jaga di situ.
Hotel U Stay Mangga Besar adalah salah satu dari dua hotel yang dipakai untuk isolasi mandiri OTG dan gejala ringan. Dua hotel ini disediakan untuk warga yang tinggal di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Menurut rencana akan ada 18 hotel yang disiapkan pemerintah untuk isolasi mandiri OTG dan gejala ringan.
Catatan dari pos jaga, sudah ada 103 orang tanpa gejala dan gejala ringan di situ hingga Selasa siang. Mereka menempati lantai dua ke atas dengan total 140 kamar. Ada empat tenaga kesehatan yang bertugas di situ bersama staf hotel. Seluruhnya mengenakan alat pelindung diri selama bertugas. Tenaga kesehatan menerima kedatangan orang tanpa gejala dan gejala ringan sejak pukul 10.00 hingga pukul 19.00.
Orang tanpa gejala dan gejala ringan datang ke hotel dengan ambulans. Sebelum masuk ke hotel, petugas terlebih dahulu mendisinfeksi mereka serta barang bawaannya. Selanjutnya tenaga kesehatan mendata dan memeriksa kondisi kesehatan mereka, lalu mengantar ke kamar isolasi lewat lift.
”Orang tanpa gejala dan gejala ringan di dalam kamar saja, tidak ada yang keluar-keluar. Makanan diantar ke kamar masing-masing oleh staf hotel,” katanya.
Lobi dan lantai 1 hotel menjadi zona hijau. Di ruang itu hanya untuk tenaga kesehatan, staf hotel, dan petugas keamanan. Akses masuk pun terpisah. Akses depan untuk mereka yang mengenakan alat pelindung diri, orang tanpa gejala, dan gejala ringan. Sementara petugas keamanan melewati tangga darurat dari pintu belakang.
Isolasi mandiri orang tanpa gejala dan gejala ringan juga berlangsung di Hotel Ibis Style Mangga Dua Square, Pademangan, Jakarta Utara. Peruntukan Hotel dengan 212 kamar ini bagi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur. Akses masuk ke hotel di kawasan pusat perbelanjaan ini terbatas hanya lewat satu pintu dari arah belakang. Pengelola sudah menutup akses masuk lewat depan.
Gratis
Penyediaan hotel ini dilakukan atas kerja sama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Kementerian Kesehatan, dan perhotelan. Tidak ada biaya bagi siapa pun yang menjalani isolasi mandiri di hotel ini. Kementerian menganggarkan Rp 100 miliar untuk isolasi mandiri di hotel bintang dua dan tiga selama 14 hari dalam rentang waktu September hingga Desember. Sasarannya 14.000 orang tanpa gejala dan gejala ringan. DKI Jakarta, Bali, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan menjadi fokus awal program ini.
Peruntukan isolasi mandiri di hotel ini bagi warga yang tidak bisa isolasi di rumah karena anggota keluarga lebih banyak dari jumlah kamar, kamar mandi hanya satu, dan tidak mampu secara ekonomi. Warga wajib menyertakan hasil tes positif Covid-19, rujukan puskesmas, dan surat keterangan tidak mampu dari RT/RW untuk isolasi mandiri.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI Jakarta Fify Mulyani menuturkan, warga yang tidak mampu isolasi mandiri di rumah akan dirujuk ke flat isolasi mandiri Wisma Atlet Kemayoran jika masih tersedia tempat tidur atau hotel. Penjemputan terhadap mereka dilakukan petugas puskesmas setempat. Apabila jumlahnya banyak, akan dijemput dengan bus berkapasitas 20 orang.
”Hotel khusus untuk isolasi mandiri. Kalau flat isolasi mandiri di Wisma Atlet penuh, pasien dialihkan ke hotel. Pasien tidak bisa memilih isolasi mandiri di flat atau hotel, tergantung pada tersedianya tempat,” ucap Fify.
Simpang siurnya informasi hotel untuk isolasi mandiri membuat warga bingung. Mereka juga mengeluhkan rumitnya prosedur untuk layanan ini. Joey (25), salah satunya. Warga Jakarta Selatan ini kebingungan mencari hotel untuk isolasi mandiri kenalannya. Sebab, informasi yang beredar simpang siur, seperti hotel mana saja yang menyediakan isolasi mandiri hingga persyaratannya.
”Informasinya simpang siur. Sempat beredar brosur hotel-hotel. Pas dicek ternyata tidak ada. Syaratnya juga cukup ribet. Setahu saya hanya melalui rujukan puskesmas setempat dan mendapatkan persetujuan kalau isolasi mandiri tidak layak dilakukan di rumah,” kata Joey.
Rocaline (34) juga mengeluhkan tidak jelasnya informasi untuk isolasi mandiri di fasilitas milik pemerintah maupun swasta sepulang dari Singapura. Informasi yang beredar justru menimbulkan keresahan karena tempat isolasi penuh, tidak bersih, dan terlalu banyak orang di dalam satu ruangan. ”Malah takut positif kalau isolasi mandiri,” ujar Rocaline, perempuan yang juga warga Jakarta Pusat ini.
Berbekal informasi dari grup percakapan Whatsapp, akhirnya pilihan isolasi mandiri jatuh pada salah satu hotel. Prosedurnya cukup cepat dan aman. Ia merogoh kocek untuk biaya tes usap dan sewa kamar. Hasil tes usap keluar di hari yang sama.
Pastikan aman
Kementerian dan perhotelan memastikan bahwa hotel untuk isolasi mandiri memenuhi syarat protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka pencegahan dan pengendalian Covid-19.
Kementerian Kesehatan memverifikasi hotel-hotel sebelum jadi tempat isolasi mandiri. Syaratnya punya ruangan penerimaan pasien untuk triage, yaitu pengelompokan pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan. Hotel yang dimaksud juga mesti memiliki tim disinfeksi, mini hospital, alat pelindung diri standar untuk staf hotel, menyediakan layanan pengantaran makanan dan minuman ke depan kamar, dan jalur evakuasi jika ada pasien yang kondisinya memburuk.
Selain itu, tersedia akomodasi bagi petugas kesehatan dan keamanan, tempat penyimpanan sementara limbah medis dan infeksius sebelum diangkut ke tempat pengolahan khusus limbah medis, dan staf hotel harus sehat, tidak memiliki penyakit penyerta, dan hasil tes usap negatif.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia DKI Jakarta Krisnadi memastikan staf hotel telah menjalani pemeriksaan kesehatan dengan hasil tes usap negatif dan tidak punya penyakit penyerta. ”Hotel sudah penuhi syarat dan akan ada tes rutin untuk pastikan kesehatan staf hotel,” ujar Krisnadi.
Hotel juga menyediakan layanan pencucian khusus supaya tidak ada sisa droplet di kasur, bantal, dan seprai. Demikian juga layanan makanan selama isolasi mandiri memenuhi standar gizi kesehatan. Langkah ini merupakan salah satu upaya memutus mata rantai penularan virus. Mari menjaga diri sebelum semua sulit untuk diselesaikan.