Penularan Covid-19 di Perkantoran Kabupaten Bogor Semestinya Memacu Kewaspadaan
Kluster perkantoran terus bertambah di Kabupaten Bogor. Protokol kesehatan ketat harus dijalankan tidak hanya di lingkungan perkantoran, tetapi juga di lingkungan sosial dan keluarga.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Satu pegawai Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, meninggal karena terkonfirmasi Covid-19. Kasus positif ini menambah jumlah penularan di lingkungan perkantoran sebanyak 10 kasus.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor Syarifah Sofia mengatakan, satu pegawai Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Bogor meninggal setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhakti Pertiwi.
”Pegawai DKP itu memiliki penyakit penyerta, yaitu gula dan asma yang kambuh. Ia lalu dirawat ke rumah sakit dan saat jalani perawatan dan pemeriksaan terindikasi ada flek di paru-paru. Dari situ kemudian dilanjutkan tes usap dan hasilnya positif,” kata Syarifah, Senin (28/9/2020).
Kasus positif di kantor DKP menambah kasus penularan Covid-19 di wilayah perkantoran pemerintahan dan non-pemerintahan di Kabupaten Bogor sebanyak 10 institusi. Dari 10 institusi tersebut, menurut Syarifah, salah satunya di lingkungan DPRD, dan Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto terkonfirmasi positif pada Jumat (25/9/2020).
Syarifah melanjutkan, mengetahui kabar kasus positif di DKP dan di DPRD, pihaknya langsung melacak agar tidak terjadi penularan yang lebih luas. Instutusi lainnya yang menyumbang penularan Covid-19 di Kabupaten Bogor, antara lain, 1 pegawai di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 3 pegawai di Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah; 2 pegawai di PDAM Tirta Kahuripan; 1 pegawai di Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan; 3 pegawai di Dinas Kesehatan; 3 pegawai di PDAM Kabupaten Bogor; 2 pegawai Pengadilan Negeri Cibinong; 1 pegawai kantor Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa; serta KPP Pratama Cibinong.
Syarifah mengatakan, penularan di lingkungan kantor yang terjadi beberapa hari terakhir menjadi perhatian dan harus segera ditangani. Berdasarkan instruksi dari Bupati Bogor Ade Yasin, perkantoran di Kabupaten Bogor harus menjalankan protokol kesehatan ketat. Tidak hanya di lingkungan perkantoran, tetapi juga di lingkungan sosial dan keluarga.
Penularan di lingkungan kantor yang terjadi beberapa hari terakhir menjadi perhatian dan harus segera ditangani. Berdasarkan instruksi dari Bupati Bogor Ade Yasin, perkantoran di Kabupaten Bogor harus menjalankan protokol kesehatan ketat. Tidak hanya di lingkungan perkantoran, tetapi juga di lingkungan sosial dan keluarga. (Syarifah)
”Protokol kesehatan tidak hanya dari perkantoran, tetapi juga secara individu. Kantor-kantor yang menjadi tempat penularan harus tutup satu minggu. Dan, orang yang kontak dengan kasus terkonfirmasi positif harus jalani tes dan isolasi 14 hari. Pelayanan publik dialihkan secara daring,” kata Syarifah.
Berdasarkan data pembaruan Senin sore, total terkonfirmasi positif mencapai 1.755 kasus, positif aktif 619 kasus, pasien sembuh 1.080 kasus, dan meninggal 50 kasus.
Penambahan tempat tidur
Penambahan jumlah kasus positif juga masih terjadi di Kota Bogor. Untuk mengatisipasi lonjakan kasus, Pemerintah Kota Bogor kembali menambah jumlah kapasitas tempat tidur agar penanganan pasien bisa berjalan maksimal.
Selain itu, menurut Wali Kota Bogor Bima Arya, saat ini Pemkot Bogor dan Pemkab Bogor sedang membangun sistem rujukan melalui aplikasi. Melalui aplikasi e-SIR di Kota Bogor dan Sistem Aplikasi Si Tegar (Sistem Informasi Tempat Tidur Ruangan Rujukan Rumah Sakit) di Kabupaten Bogor, rumah sakit tidak bisa menolak pasien.
Agar pelayanan dan penanganan pasien Covid-19 berjalan baik, ketersedian tempat tidur dan ruang isolasi harus memadai. Bima mengatakan, meski ketersedian tempat tidur isolasi pasien Covid-19 di Kota Bogor mencukupi, pihaknya harus tetap siaga dan mengantisipasi lonjakan kasus. Pemerintah setempat sudah meminta penambahan tempat tidur di rumah sakit rujukan.
”Tren kasus positif 20 kasus rata-rata per hari. Sejauh ini ketersediaan tempat tidur aman. Seperti di RS Hermina sudah menambah 13 tempat tidur. Dari seluruh rumah sakit di Kota Bogor ada sebanyak 358 tempat tidur untuk pasien kasus positif di rumah sakit. Tingkat keterisian mencapai 40 persen. Jika kapasitas lebih dari 60 persen dikatakan siaga menurut WHO,” kata Bima.
Agar ketersedian tempat tidur tercukupi khusus pasien Covid-19 gejala sedang berat, menurut Bima, untuk orang tanpa gejala (OTG) tidak akan dirawat di rumah sakit lagi. Pemkot menyiapakan fasilitas nonlayanan kesehatan di BNN Lido dengan ketersedian 122 tempat tidur.
Selain itu, lanjut Bima, Pemkot Bogor juga sedang menyiapkan satu hotel untuk OTG. Hotel tersebut sudah diajukan ke pemerintah pusat untuk dijadikan tempat isolasi khusus OTG.
”Nanti Pak Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama yang akan memutuskan. Sementara ada dua hotel yang siap. Nanti pembiayaannya Kota Bogor mengajukan kepada satgas nasional. Jadi diharapkan dengan dua fasilitas nonkesehatan, tidak ada lagi yang isolasi di rumah. Kita jaga lingkungan keluarga agar tidak ada lagi kluster keluarga,” kata Bima.
Bima melanjutkan, penambahan tempat tidur dan penyedian ruang isoalasi nonfasilitas kesehatan harus menguatkan mitigasi infeksi. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kesehatan juga harus diperhatikan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, kasus positif Covid-19 yang dinyatakan sembuh hingga Minggu (27/9/2020) ada 827 kasus atau 70,08 persen dari jumlah total kasus positif Covid-19 sebanyak 1.180 kasus.
Dari jumlah total kasus positif, 827 kasus di antaranya dinyatakan sembuh. Dari data terakhir pada Minggu, ada sebanyak 49 kasus sembuh. Angka itu jumlah tertinggi tingkat kesembuhan dalam sehari.