Waspada berlebih menyebabkan stres. Kurang waspada berujung maut. Seimbangkan keduanya dengan aktivitas menyenangkan selama 30 menit hingga 1 jam setiap hari.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·5 menit baca
Banyak orang mulai jenuh mengonsumsi berita dan informasi soal Covid-19. Namun, mereka tetap membutuhkan informasi supaya tidak terpapar virus ini. Berdiam di rumah pun rentan menimbulkan stres dan kecemasan. Perlu tarik ulur agar tidak stres dan tetap waspada dengan Covid-19.
Fisena Hardiyanto (29), warga Grogol, Jakarta Barat, sudah jarang mengonsumsi berita dan informasi dari media sosial tentang Covid-19 karena mulai terbiasa dengan keadaan. Apalagi, di luar tampak mustahil mengontrol orang lain sehingga lebih baik mengontrol diri sendiri supaya tetap waspada.
”Sudah jarang, hanya konsumsi selewat saja. Paling berita kasus naik drastis. Oh naik, harus lebih hati-hati. Tidak seperti awal-awal setiap pagi tengok berita dan penasaran dengan perkembangannya,” ujar Fisena, Minggu (27/9/2020).
Ternyata, keseringan menengok berita dan informasi membuatnya bosan dan lelah. Sugesti diri bahwa pandemi momentum yang pas untuk pengembangan diri menjadi solusi. Saban hari selalu ada waktu untuk membaca buku-buku di luar bidang pekerjaannya sebagai humas.
Hobi baru pun muncul dengan bergabung dalam komunitas pencinta tanaman empat bulan terakhir. Lewat komunitas ini terjadi pertukaran informasi tentang tanaman, tips dan trik serta aktivitas bersama tanaman. Setidaknya sudah ada kaktus, lidah mertua, cabai, dan tomat di balkon rumahnya. ”Senang, ada rasa puas melihat biji kecil tumbuh menjadi tanaman. Kekalutan dan kejenuhan karena tidak bisa ke mana-mana terobati,” katanya.
Semenjak awal pandemi di rumah saja menjadi pilihan Dimas Basudewo (43). Konsekuensinya, ia tidak bisa lari ringan dan gowes seperti biasa. Walakin, tiga bulan berjalan kebosanan dan kejenuhan datang. ”Setelah tiga bulan mulai berani aktivitas di luar rumah karena jenuh. Tetapi tetap mengikut protokol kesehatan,” ucap Dimas seusai gowes melewati rute BSD-Cisauk-Cisawang.
Warga BSD, Tangerang Selatan, ini membisukan pemberitahuan grup percakapan Whatsapp supaya terhindar dari infodemik. Tidak hanya itu. Ia juga menyeleksi berita tentang Covid-19, menghindari berita kematian, dan membaca pengalaman orang-orang bertahan di tengah ketidakpastian pandemi.
Cara ini membantunya tetap waspada tanpa khawatir berlebih. Sebab, sepengematannya banyak warga beraktivitas tanpa protokol kesehatan karena tidak percaya ada pandemi. ”Untuk mereka (warga) Covid-19 cuma ada di media sosial saja,” ujarnya.
Reni Nandya (24) juga mengurangi akses terhadap media sosial. Warga Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini tidak sesering biasanya membuka Twitter dan Instagram guna meredam kecemasan karena banyaknya infodemik. Walakin, sesekali tetap mengecek perkembangan kasus di sekitaran tempat tinggalnya.
”Kurangi melihat Instastory orang-orang dan cuitan di Twitter karena banyak yang cuek dan ribut soal pandemi,” kata Reni. Sebagai gantinya, film dan drama menjadi pilihan. Lewat Netflix dan Viu rasa jenuh dan bosan di rumah saja terobati.
Donny Charli (32) tidak bisa lari bersama komunitasnya. Padahal, warga Serpong, Tangerang Selatan, ini biasanya setiap malam Rabu dan Jumat serta Minggu pagi. ”Sebelum pembatasan masih rutin lari, tetapi sekarang ganti dengan olahraga ringan di rumah sebanyak dua kali dalam sepekan,” ujar Donny.
Sebelum pembatasan masih rutin lari, tetapi sekarang ganti dengan olahraga ringan di rumah sebanyak dua kali dalam sepekan.
Olahraga ringan dari rumah berbekal matras ini berlangsung satu jam setiap harinya. Pada Selasa, Kamis, dan Minggu setiap anggota akan berbagi kolase foto olahraga ringan di rumah lewat sosial media. Tujuannya sebagai penyemangat untuk tetap berolahraga di tengah pandemi.
Skolastika (25), karyawan swasta yang indekos di Radio Dalam, Jakarta Selatan, sempat tidak mengikuti perkembangan Covid-19 lewat berita di media massa dan media sosial lantaran bosan. Informasi yang ada menunjukkan ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir. Bahkan, kemungkinan akan lebih lama hingga dua tahun ke depan. ”Makanya sempat tidak baca berita atau informasi-informasi. Malah khawatir, bisa stres lama-kelamaan,” kata Skolastika.
Lebih banyak di indekos saja semenjak pandemi membuatnya kembali membaca berita supaya tahu kondisi dunia luar. Dia pun secara rutin membaca jumlah kasus positif harian. Untuk informasi lainnya berasal dari grup percakapan di media sosial.
Skolastika melepas penat di indekos saja dengan berkomunikasi lewat panggilan suara atau panggilan video dengan orang dekat. Olahraga ringan dan jajan di swalayan menjadi pilihan lain karena menyegarkan pikiran.
Olahraga
Psikolog Indonesian Psychological Healthcare Center Edo S Jaya menuturkan, tidak mungkin hanya di rumah saja karena pandemi belum akan berakhir dalam waktu dekat. Sementara setiap hari keluar rumah sangat riskan terpapar virus sehingga perlu tarik ulur supaya tidak stres dan tetap waspada Covid-19.
Makanya, sempat tidak baca berita atau informasi-informasi. Malah khawatir, bisa stres lama-kelamaan.
Kebanyakan di rumah saja bisa menimbulkan antara lain lemas, otot lemah, stamina kerja menurun, agak pesimistis, dan mudah marah. ”Kadang ada hari hanya berdiam di rumah, kadang ada hari keluar rumah. Keluar rumah untuk bersepeda, berkeliling agar terpapar sinar matahari, dan olahraga supaya dapat energi. Tetapi jangan ekstrem, cuek dengan keluar setiap hari dan beramai-ramai,” ucap Edo.
Edo yang bekerja dari rumah dan sendirian di huniannya mengatur waktu olahraga di luar beberapa kali sepekan, dan belanja ke swalayan 2-3 kali sepekan. Jika beraktivitas di luar dalam waktu lama lebih dari satu jam, keesokan harinya hanya berdiam di rumah saja.
Kegiatan atau hobi tambahan di dalam rumah juga menjadi pilihan agar tidak stres, misalnya merawat tanaman, mempelajari alat musik, dan mencoba aneka resep masakan.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dicky Pelupessy mengatakan, lakukan hal sederhana untuk kurangi kecemasan. Sebab, kecemasan terus-menerus akan melelahkan mental dan fisik.
”Kalau cemas baca atau nonton film, ajak ngobrol, lakukan hal yang disukai atau membuat nyaman. Kalau punya kebun atau tanaman bisa bercocok tanam atau merawat tanaman. Senang musik, sediakan waktu 30 menit sampai 1 jam untuk dengarkan musik,” ucap Dicky.
Dicky biasanya menghabiskan waktu minimal 30 menit bermain dengan anaknya atau menonton selain berita untuk lepaskan stres.
Cara lain, menurut dia, dengan membuat diri nyaman seperti aktivitas bersama warga lain untuk mengurangi dampak pandemi, misalnya menjadi sukarelawan atau terlibat dalam donasi.