Mereka Memilih Berakhir Pekan Sambil Mengembangkan Diri
Tidak mudah menyiasati waktu luang selama tujuh bulan pandemi. Sejumlah orang memanfaatkan waktu luang berlebih selama PSBB yang diperketat ini untuk meningkatkan kemampuan diri, seperti dengan mendaftar kelas daring.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Beragam cara dilakukan untuk menyiasati diri agar tidak bosan selama pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Beberapa orang memanfaatkan libur akhir pekan untuk mengembangkan diri.
Karyawan swasta, Putri (25), ikut kursus daring bahasa Inggris IELTS (International English Language Testing System) selama tiga minggu terakhir. Ia mengaku kehabisan ide untuk menyibukkan diri selama pandemi yang berlangsung hampir tujuh bulan ini. Itu sebabnya ia memutuskan untuk ikut kursus daring.
”Saya begini karena kurang kegiatan. Kursus seperti ini menarik dan (keterampilan) IELTS bisa berguna untuk macam-macam hal. Selain kursus, saya juga membaca buku dan scrolling linimasa media sosial di akhir pekan,” kata Putri di Jakarta, Sabtu (26/9/2020).
Ia mengaku cemas dengan kondisi pandemi saat ini. Sebab, jumlah kasus positif tetap tinggi walau PSBB sudah berlaku kembali. Karena itu, Putri memilih membatasi diri keluar rumah demi mencegah kemungkinan tertular virus korona baru.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat, ada 271.339 kasus positif Covid-19 per hari ini. Angka itu naik 4.494 kasus dibandingkan kemarin.
Di Jakarta, ada 13.155 orang yang hingga kini masih dirawat atau menjalani isolasi. Jumlah orang meninggal akibat Covid-19 adalah 1.679 orang dan yang sembuh 55.350 orang. Mengingat kasus Covid-19 bisa kembali melonjak, Pemprov DKI Jakarta memutuskan memperpanjang PSBB hingga 11 Oktober 2020.
Karyawan swasta yang bermukim di Depok, Valentina (24), menghentikan kegiatan rutinnya ke Jakarta sejak PSBB berlaku. Sebelumnya, ia dan teman-temannya selalu datang ke gereja di suatu mal di Jakarta Selatan setiap Minggu.
”Sekarang aku tidak pernah ke sana lagi sejak PSBB. Sebenarnya aku kangen dengan rutinitas itu karena itulah satu-satunya kesempatanku bersosialisasi,” kata Valentina.
Ia kini memilih terus berada di rumah selama akhir pekan. Untuk mengisi waktu, ia mengikuti sejumlah kelas daring.
”Aku juga belajar duolingo english test (tes kecakapan berbahasa Inggris) dan membuat anting. Anting itu kemudian kujual daring,” ujarnya.
Adapun warga lainnya, Nia (25), juga berdiam di rumah selama pandemi. Untuk mengisi waktu, ia memilih membantu keponakannya belajar, melakukan pekerjaan rumah tangga, membaca, dan menjelajah lewat ponsel. Ia juga menggunakan waktu luangnya yang berlebih untuk mencari pekerjaan di Jakarta.
Selama PSBB yang diperketat ini, Pemprov DKI Jakarta kembali melarang masyarakat makan di rumah makan mana pun. Konsumen yang ingin membeli wajib membawa pulang makanannya. Pemilik rumah makan yang melanggar aturan itu akan diberi sanksi.
Mengutip Kompas.com, per 16 September 2020, ada 23 restoran yang ditutup karena melanggar aturan. Aturan itu ada di Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2020.
Sebagian masyarakat memilih untuk mematuhi aturan dan membawa pulang makanan yang dibeli. Putri mengatakan, ia kini selalu membungkus makanan yang dibeli di rumah makan agar tidak terpapar virus korona.
Kepala Dinas DKI Jakarta Widyastuti dalam kanal Youtube DKI Jakarta menegaskan, rumah makan di Jakarta tetap boleh buka. Namun, aturan tetap dibutuhkan untuk mengurangi risiko penularan. Itu karena orang-orang akan membuka masker saat makan.
”Kadang pihak restoran sudah menyiapkan kursi yang berjarak, tetapi masih ada yang duduk berhadapan, kemudian buka masker dan makan bersama. Mereka yang seperti ini berisiko menularkan satu sama lain. Sebab, tidak ada yang tahu jika anggota keluarga atau teman sekantor kita benar-benar negatif Covid-19,” ujar Widyastuti.
Ia menambahkan, sebanyak 50 persen kasus Covid-19 adalah kasus tak bergejala. Artinya, orang yang terlihat sehat bisa saja ternyata terinfeksi virus korona. ”Kami sarankan untuk dibawa pulang saja (makanannya),” ujarnya.