Tak Terlacak, Warga Ikuti Tes Usap dengan Biaya Sendiri
Demi segera mengetahui status kesehatan pribadi atau keluarga, sejumlah orang menjalani tes usap dengan biaya sendiri. Penelusuran kontak yang minim membuat tidak semua orang mendapat fasilitas tes usap gratis.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah warga berinisiatif melakukan tes usap secara pribadi lantaran kontak erat dengan orang yang positif Covid-19. Meskipun ada tes usap wajib dari penelusuran kontak, pelacakan kasus yang tidak berjalan mulus membuat warga memilih melakukan tes mandiri.
Rumah sakit pun melaporkan kenaikan tes usap oleh warga secara signifikan. Munculnya kluster perkantoran membuat warga kian waspada.
Warga Jakarta Barat, Cindy Silviana (31), ketika dihubungi pada Rabu (16/9/2020) menuturkan, suaminya berstatus orang tanpa gejala (OTG) pada awal Agustus lalu setelah mengikuti tes Covid-19 yang difasilitasi perusahaan tempatnya bekerja. Kemudian, suaminya menjalani isolasi di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta.
Selama suaminya diisolasi, tidak ada tenaga kesehatan yang menghubunginya. Karena berstatus kontak erat, dia berinisiatif untuk melakukan tes usap secara pribadi di salah satu laboratorium swasta di Jakarta Selatan. Biayanya Rp 1,3 juta per orang.
Ia membawa serta anaknya dan asisten rumah tangga yang juga tinggal satu rumah dengannya. Hasil tes mereka negatif Covid-19. ”Kami baru dikontak tenaga kesehatan setelah suami pulang ke rumah dan hasil tes Covid-19-nya negatif. Tenaga kesehatan juga meminta hasil tes yang saya lakukan secara mandiri itu,” katanya.
Sebelumnya, anggota tim Covid-19 Puskesmas Palmerah, Elis, Jakarta Barat, menjelaskan, pelacakan kasus memiliki dua sumber. Pertama, tenaga kesehatan mendapat pasokan data dari rumah sakit terkait identitas pasien positif Covid-19 berdasarkan wilayah. Dari data tersebut, tenaga kesehatan akan langsung menghubungi pasien, termasuk kontak erat yang bersangkutan.
Kedua, pelacakan kasus juga dilakukan berdasarkan tes jemput bola (active case finding/ACF).
Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Johannes (28) memutuskan untuk tes usap secara pribadi setelah ditolak untuk mengikuti tes di fasilitas kesehatan terdekat. Padahal, dia tinggal dengan kakaknya yang sedang menjalani isolasi mandiri karena positif Covid-19.
Kakaknya pun baru diketahui terjangkit virus korona setelah menjalani tes Covid-19 dengan biaya sendiri di rumah sakit swasta. Sebelumnya, dokter mendiagnosis kakaknya terjangkit tifus.
Johannes sudah melapor ke puskesmas ataupun rumah sakit daerah dan menyatakan dia kontak erat. Akan tetapi, rumah sakit daerah setempat beralasan tenaga medis tidak memadai waktu itu karena harus memberikan tes usap kepada warga lain yang juga membutuhkan.
Johannes baru dihubungi tenaga kesehatan setelah dua hari kakaknya menjalani isolasi mandiri di rumah, yakni 26 Agustus. Namun, ini sudah terlambat. Dia sudah telanjur mengikuti tes usap di rumah sakit swasta pada 22 Agustus lalu, tak lama setelah hasil tes Covid-19 kakaknya keluar. Johannes merasa lebih aman dan nyaman setelah tes meskipun ia harus merogoh Rp 1,45 juta per orang.
Johannes sudah melapor ke puskesmas ataupun rumah sakit daerah dan menyatakan dia kontak erat. Akan tetapi, rumah sakit daerah setempat beralasan tenaga medis tidak memadai waktu itu karena harus memberikan tes usap kepada warga lain yang juga membutuhkan.
Warga Depok, Jawa Barat, Sonya (25) dan keluarga, sempat keluar kota pertengahan Agustus lalu. Setelah itu, adiknya mengidap batuk dan tak sembuh-sembuh. Adiknya sempat menjalani tes cepat, tetapi hasilnya nonreaktif. Namun, dia tetap curiga karena batuk adiknya tak kunjung sembuh.
Sonya tak yakin bisa mengikuti tes usap di puskesmas. Berdasarkan pengalaman teman-temannya, kalau bukan kontak erat, puskesmas tidak serta-merta memberikan tes usap gratis. Di sisi lain, dia dan sekeluarga khawatir terjangkit virus korona baru. Oleh sebab itu, dia sekeluarga memutuskan tes usap 15 September lalu dengan biaya pribadi.
Banyaknya warga yang berinisiatif melakukan tes usap secara mandiri pun tercatat dalam data rumah sakit. Marketing Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta, dr Ferry, melaporkan, terjadi lonjakan jumlah warga yang menjalani tes usap atas inisiatif sendiri. Dalam sebulan terakhir, Rumah Sakit Atma Jaya mengetes 60-70 orang per hari. Sementara bulan sebelumnya hanya 30-40 orang per hari.
”Adanya kluster baru perkantoran dan kluster rumah membuat masyarakat yang berinteraksi dekat dengan pasien positif Covid-19 melakukan inisiatif mandiri untuk melakukan tes usap mandiri ke rumah sakit terdekat,” ujar dr Ferry.
Manajemen Mayapada Healthcare, Dewi Yuany, pun melaporkan peningkatan warga yang menjalani tes usap, baik warga secara individu maupun karyawan perusahaan. Data rinci mengenai peningkatan ini belum bisa diberikan karena harus menggabungkan data dari empat unit rumah sakit.